Goldmann melalui Faruk 2010: 81-90, kelompok sosial yang patut dianggap sebagai subjek kolektif dari pandangan dunia itu hanyalah kelompok
sosial yang gagasan-gagasan dan aktivitas-aktivitasnya cenderung ke arah suatu penciptaan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan
sosial manusia. Pandangan dunia tragik mengandung tiga eleman, yaitu pandangan
mengenai Tuhan, pandangan mengenai dunia, dan pandangan mengenai manusia. Pandangan dunia tragik menganggap Tuhan tidak mempunyai peran dalam
kehidupan manusia, Tuhan dapat dikatakan tidak ada. Pandangan dunia tragik memandang dunia sebagai segalanya dan sekaligus bukan apa-apa. Pandangan
dunia tragik mangenai manusia memiliki dua ciri. Yaitu pertama, manusia itu penuntut secara mutlak dan ekslusif nilai-nilai yang tidak mungkin. Kedua,
tuntutannya sekaligus untuk “segala dan bukan apa-apa” dan ia secara total tidak peduli terhadap konsep yang mengandung gagasan mengenai relativitas Faruk
2012: 81-84. Pertama, pandangan mengenai Tuhan yaitu manusia menyadari kehadiran
Tuhan dan tidak melepaskan tuntutan-Nya atas perilaku kehidupan. Yang benar bukan kekuatan dan kekuasaan akal manusia, melainkan kekuatan dan kekuasaan
Tuhan. Karena sorotan dari Tuhan tersebut, tetapi karena tidak berperanan-Nya di dalam dunia, Tuhan dalam pandangan tragik sekaligus ada dan tiada Faruk, 2012:
82.
Kedua, pandangan mengenai dunia yaitu segala sesuatu yang mungkin menurut hukum duniawi menjadi tidak ada dan tidak berarti di hadapan Tuhan.
Manusia mengetahui keterbatasan dunia dan, karena itu, menolaknya. Akan tetapi, pemahamannya akan nilai ketuhanan, hanya bisa diperoleh dalam dunia itu sendiri
Faruk, 2012:83. Ketiga, Pandangan mengenai manusia yaitu kesadaran akan dua
ketidakcocokan yang saling mengisi, yang secara timbal-balik mengondosikan dan memperkuat diri. Dengan sikap paradoksal, manusia sekaligus raja dan
budak, iblis dan malaikat Faruk, 2012:83. Penulis menggambarkan hubungan dari ketiga elemen dalam pandangan
dunia tragik yang terdiri atas pandangan mengenau Tuhan, pandangan mengenai dunia, dan pendangan mengenai manusia sebagai berikut:
Bagan 2 . Pandangan Dunia Tragik
Pandangan Dunia Tragik Melalui bagan di atas dapat dilihat hubungan dari masing-masing elemen
yang ada dalam pandangan dunia tragik. Pandangan mengenai Tuhan direspon sekaligus dikaitan dengan keberperanan Tuhan di dunia, bagaimana dunia melihat
Tuhan karena Tuhan diakui dan ditiadakan oleh dunia melalui pandangan Pandangan
mengenai manusia
Pandangan mengenai
dunia Pandangan
mengenai Tuhan
mengenai dunia. Dari respon Tuhan di dunia, manusia melihat hubungan antara Tuhan dan dunia yang meresponnya serta manusia yang menjadi perespon
tersebut untuk dapat diterapkan dalam hubungan sosial manusia melaui pandangan mengenai manusia. Dari pandangan mengenai manusia kemudian
dikembalihan lagi melalui pada pandangan mengenai Tuhan dalam pandangan dunia tragik.
G. Metode dan Teknik Penelitian
Objek penelitian yaitu objek atau hal yang menjadi fokus penelitian. Dalam KBBI 2008 disebutkan bahwa, objek formal adalah aspek atau sudut
pandang suatu ilmu dalam melihat objek ilmu tersebut, sedangkan objek material adalah benda atau hal yang menjadi objek atau bidang ilmu.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk meneliti sastra lisan. Berikut langkah-langkahnya:
1. Penentuan Narasumber
Menurut Taum 2011: 237-238, pandangan dan sikap terhadap sumber data sangat berpengaruh kepada hasil penelitian yang akan dilakukan. Spradley
1997 dalam Taum 2011 mengingatkan bahwa dalam studi lapangan seringkali terdapat kekaburan dalam penggunaan istilah informan, subjek penelitian,
responden, dan pelaku. Pemilihan narasumber dilakukan dengan beberapa yang
dijadikan penulis sebagai prasyarat, yaitu: pertama narasumber mengetahui cerita tentang Danau Teluk Gelam, kedua, narasumber mengetahui tentang adat-istiadat
suku Ogan, dan ketiga narasumber merupakan masyarakat yang berada di kawasan Kabupaten Ogan Komering Ilir dan juga bersinggungan dengan
masyarakat suku Ogan baik secara adat maupun hubungan masyarakat.
2. Pengumpulan Data-data Sosial Budaya
Dalam penentuan data di lapangan, selain data utama berupa teks-teks sastra baik puisi maupun prosa, seorang peneliti sastra lisan perlu juga
menghimpun berbagai informasi mengenai latar belakang sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Gambaran ini dipandang perlu, mengingat tradisi
sastra lisan merupakan sesuatu yang lebih dari sekadar cermin masa lampau. Data-data sosial budaya itu dapat mencakup latar belakang sejarah, gambaran
geografis, dan demografis, agama dan kepercayaan, korpus kebudayaan yang lebih luas, dan kehidupan sastra pada umumnya Taum, 2011: 238-239. Data-
data sosial berkaitan dengan hubungan masyarakat dan hal-hal yang terjadi dalam hubungan tersebut seperti respon masyarakat pendatang terhadap adat dan
sebaliknya. Pengukuhan adat sebagai milik bersama karena sebagian orang mengakui adat tersebut berdasarkan wilayah bukan suku tertentu. Data-data
budaya berkaitan dengan adat istiadat yang berlaku dan dilestarikan maupun yang hanya berupa dokumentasi sebagai pengukuhan akan keberadaannya.
Dalam penelitian ini data-data sosial budaya diperoleh melalui observasi lapangan dan studi pustaka. Observasi lapangan dilakukan dengan wawancara
yang dilakukan secara langsung oleh peneliti berkaitan dengan bagaiamana masyarakat saat ini merespon legenda Danau Teluk Gelam dan adat-istiadat yang
masih berlaku, juga pengetahuan masyarakat tentang adat yang sudah mulai ditinggalkan. Respon masyarakat inilah yang menunjukkan minat masyarakat
terhadap cerita rakyat khususnya legenda Danau Teluk Gelam semakin menipis. Bahkan sebagian besar masyarakat tidak mengetahu keberadaan legenda tersebut.
Observasi juga dilakukan dengan menggali pustaka-pustaka yang berhubungan dengan adat masyarakat Ogan untuk memudahkan penulis mengetahui hal-hal
yang sebelumnya tidak dihiraukan dan bagaimana tradisi itu berlangsung. Selain itu geografis wilayah menguatkan keberadaan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Data-data yang berkaitan dengan budaya dan tradisi tersebut disajikan dalam Bab II.
3. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam pengumpulan
data yaitu sebagai berikut:
a. Wawancara. Dalam wawancara ada dua tahap penting. Tahap pertama
„wawancara bebas‟ free interviewnon-direted interview yang memberi kebebasan seluas-luasnya kepada informan unutk berbicara. Tahap kedua,
„wawancara terarah‟ structureddirected interview, yakni mengajukan
pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan mendalam indepth-interview Taum 2011: 239.
b. Pengamatan observasi. Pengamatan adalah melihat dan mengamati suatu
kejadian tari, permainan, tingkah laku, dll dari gejala luarnya sampai ke dalamnya dan menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat hasil
pengamatan Taum 2011: 239. c.
Perekaman dan pencatatan. Teknik ini perlu digunakan unutk mendapatkan data utama penelitian, misalnya puisi atau prosa lisan.
Perekaman menggunakan tape recorder perlu disesuaikan dengan suasana. Teknik pencatatan bisa dipergunakan unutk mentranskripsikan hasil
rekaman menjadi bahan tertulis dan mencatat berbagai aspek yang berkaitan dengan suasan pernceritaan dan informasi-informasi lain yang
diperpanjang perlu selama melakukan wawancara dan pengamatan Taum 2011: 240.
4. Pengarsipan
Taum 2011: 240-241 menyebutkan beberapa teknik atau model pengarsipan, akan tetapi ada beberapa keterangan yang perlu dimasukkan
hal-hal tersebut meliputi: 1
Bahan folklor: klasifikasi mitoslegenda permainandll. 2
Teks yang telah ditranskripsikan: teks asli dan terjemahannya. 3
Kolofon: keterangan tentang waktu, tempat, dan pelaku pencatatan. Pelaku pencatatan meliputi narasumber atau penutur dan peneliti nama,
umur, tempat tanggal lahir, pendidikan, pendidikan pekerjaan, kedudukan dalam adatmasyarakat.
4 Keterangan sekitar bahan aparat kritik: berbagai catatan etnografis,
keterangan tentang teks yang kurang jelas, penilaian dan interpretasi peneliti sendiri.
Dalam penelitian ini, pengarsipan formaliterasi, dan penerjemahannya sudah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Penulis melengkapi kedua naskah yang diperoleh itu dengan kolofon dan
keterangan bahan dengan catatan etnografis. Data yang diperoleh, dikaji dengan dua teknik utama, yakni: kajian struktural A.J. Greimas dan pandangan dunia
tragik Goldman.
H. Sistematika Penyajian
Hasil studi ini akan disajikan dalam lima bab, Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II, konteks sastra dan kebudayaan
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Bab III berisi analisis struktural A.J. Greimas yang terdiri atas aktansial dan struktur fungsional terhadap legenda Danau Teluk
Gelam. Bab IV berisi pandangan dunia tragik Goldmann terhadap legenda Danau Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir. Bab V merupakan penutup yang
berisi kesimpulan dan saran.
BAB II GEOGRAFI DAN BUDAYA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,
SUMATRA SELATAN
Geografi suatu wilayah menjadi penting untuk diketahui apabila akan membahas karya sastra dari daerah itu, misalnya untuk menganalisis legenda
Danau Teluk Gelam terlebih dahulu peneliti harus terlebih dahulu mengetahui geografi Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagai tempat asal legenda tersebut.
Karya sastra atau legenda pada umumnya mengungkap tentang alam dan budaya yang terjadi di suatu tempat, begitu pula legenda Danau Teluk Gelam yang
mengungkap tentang asal mula terjadinya Danau Teluk Gelam. Di bawah ini akan dipaparkan geografi dan demografi Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang terdiri
atas keadaan alam, mata pencaharian, penduduk, agama dan kepercayaan, sistem kekerabatan, bahasa tradisi sastra lisan maupun tulisan, permainan, kesenian, dan
sejarah. Kedudukan cerita Legenda Danau Teluk Gelam dalam masyarakat dan
kebudayaan di Kabupaten Ogan Komering Ilir diketahui melalui hubungan legenda dengan karya sastra lain, keberadaan Danau Teluk Gelam, dan respon
masyarakat terhadap legenda tersebut.
A. Kondisi Kabupaten Ogan Komering Ilir
Sebenarnya “Ogan” adalah nama salah satu sungai di antara empat sungai besar yang terdapat di Sumatra Selatan. Daerah Ogan adalah daerah yang terletak
di sepanjang aliran sungai Ogan, berhulu di Ringgit, sampai ke perbatasan sungai Ogan dan sungai Musi di tengah-tengah kota Palembang Nawawi dan Alak
Masykur dalam Tarigan, 1972: 6-7.
Gambar 4. Peta Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan
Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki luas wilayah sebesar 19.023,47 Km2 dengan kepadatan penduduk sekitar 35 jiwa per km2. Wilayah ini terletak
antara 104o,20‟ sampai 106o,00‟ derajat Bujur Timur BT dan 2o,30‟ sampai 4o15‟ derajat Lintang Selatan LS, dengan ketinggian rata-rata 10 mdpl. Secara
administratif wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki batas sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang, sebelah selatan
berbatasan dengan Propinsi Lampung, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, dan sebelah
OKI
timur berbatasan dengan Selat Bangka dan Laut Jawa. Kabupaten Ogan
Komering Ilir ini terdiri atas 18 Kecamatan yang meliputi antara lain adalah:Air Sugihan, Cengal, Jejawi, Kota Kayuagung, Lempuing Jaya, Mesuji, Mesuji
Makmur, Mesuji Raya, Pampangan, Pedamaran, Pedamaran Timur, Pematang Panggang, Sirah Pulau Padang, Teluk Lubuk, Tulung Selapan, Teluk Gelam,
Lempuing Jaya,
dan Pangkalan
Lampam http:riansyahefran-
punyakoe.blogspot.com201202profil-singkat-kabupaten-ogan-komering.html.
B. Keadaan Alam
Hampir seluruh tanah Ogan terdiri dari dataran rendah dan rawa-rawa. Ada dua jenis sawah di daerah Ogan yang disebut “ume lebak” dan “ume
pematang”. “Ume lebak” yaitu sawah yang banyak tergenang air dan memakan waktu yang lama untuk mengeringkannya, sedangakan “ume pematang” yaitu
sawah yang sedikit tergenang air Tarigan dan Anisi Sjakoni, 1972: 13-14. Pertanian di daerah ini menghasilkan beras, jeruk, nenas, pisang, embam mangga
kuweni, mangga, pepaya, sayur-mayur, dan sebagainya. Ada pula perkebunan karet dan sawit .
Daerah Ogan adalah daerah yang paling banyak menghasilkan ikan, jika dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Selatan. Perikanan yang
dilaksanakan di daerah ini adalah perikanan darat artinya penangkapan ikan tidak dilakukan di laut-laut atau di pantai-pantai lepas, melainkan di sungai-sungai dan
lebung-lebung lebung = kolam ikan yang sifatnya alamiah. Sungai Ogan
mengalami musim ikan sekali atau dua kali setahun, musim ini disebut “ikan molah”. Jenis ikan yang dihasilkan ikan gabus, lele, sepat, kojam, baung, seluang,
betok, dan lain-lain Tarigan dan Sjakoni, 1972: 14.
C. Penduduk
Tarigan dan Anisi Sjakoni 1972: 9-12, penduduk yang mendiami daerah ogan terbagi atas dua golongan besar yaitu penduduk asli dan penduduk
pendatang. Penduduk asli daerah Ogan terdiri dari empat puak kelompok; 1 Uhang Ugan Uhang: jeme: orang, mereka yang mendiami daerah Ogan Ulu dan
sebagian Ogan Ilir dan Komering Ilir, 2 Wang Pegagan wang: orang, mereka mendiami sebagian besar Ogan Ilir, 3 Urang Penesak Urang: orang, mendiami
sebagian Ogan Ilir, 4 Hang Belido hang: orang, mendiami Ogan tengah. Meskipun terdiri dari puak-puak, ditinjau dari segi sosio-kultural, sifat-sifat
penduduk, agama, tidaklah menunjukkan kelainan-kelainan yang berarti. Penduduk pendatang adalah penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti: dari
Jawa, Sunda dan orang China. Jumlah penduduk tahun 2011 mencapai 680.000 jiwa dengan kepadatan
0,36 jiwakm
2
http:www.kaboki.go.id.
D. Agama
Penduduk asli Ogan hampir seluruhnya beragama Islam. Ada juga yang memeluk agama Kristen yaitu penduduk yang mendiami daerah Batu Putih di
dekat Batu Raja Tarigan dan Gaffar, 1972: 7. Masyarakat Sumatera Selatan sebelum masuknya agama islam dan agama lain, percaya pada kekuatan-kekuatan
gaib, makhluk-makhluk halus, kekuatan-kekuatan sakti dan sebagainya. Dengan perkataan lain mereka masih menganut kepercayaan animisme, dinamisme, dan
toteisme Depdikbud 1984: 18.
E. Sistem Kekerabatan
Agama Islam mempengaruhi kehidupan masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Pengaruh tersebut terlihat dari susunan masyarakat yang secara
nyata mengikuti prinsip keturunan menurut Islam. Anak-anak yang dilahirkan dalam hubungan perkawinan adalah anak ibu dan bapak, dan mereka menarik
garis keturunan dari ibu maupun bapak. Di lain pihak, masih ada yang tetap bertahan dengan prinsip keturunan patrilinial yaitu garis keturunan dari bapak
maupun matrilinial yaitu garis keturunan dari ibu. Masyarakat yang susunan kekeluargaannya patrilinial dikenal adanya perkawi
nan “tambil anak” yaitu kedudukan anak akan berubah. Anak adalah milik ibu, dalam arti bahwa anak
menarik garis keturunan memulai garis penghubung dari ibunya, dan seterusnya ke atas Depdikbud 1984: 16. Sedangkan masyarakat yang yang menggunakan
susunan kekeluargaan matrilinial dikenal dengan semendo.
Terdapat dua stratifikasi sosial masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir seperti umumnya di masyarakat Sumatera Selatan, yaitu pertama strata tertutup
yang mirip dengan susunan kasta. Susunan kasta ini terdiri dari empat golongan; golongan keturunan raja-raja yang memerintah pada zaman dahulu kala bergelar
Raden dan Raden Ayu merupakan anak dari permaisuri, keturunan raja bergelar Masagus dan Masayu merupakan anak kesayangan dari selir, keturunan raja
bergelar Kemas dan Nyimas merupakan anak dari selir tapi bukan anak kesayangan, golongan terakhir bergelar Kiagus dan Nyayu merupakan golongan
alim ulama yang taat pada agamanya Depdikbud, 1984: 17.
F. Bahasa Ogan
Dialek bawahan Melayu Ogan seperti juga dialek Melayu Palembang berasal dari satu rumpun bahasa yaitu bahasa Melayu. Bahasa dialek Ogan
terbagi menjadi empat macam yaitu dialek Ogan, dialek Pegagan, dialek Penesak, dan dialek Belida Tarigan dan Gaffar, 1972: 9-10. Orang Ogan mempunyai
huruf aksara yang tersendiri yang disebut “huruf ulu” atau “huruf rencong”.
Huruf ini masih dipakai sampai akhir pemerintahan Belanda di Indonesia terutama bagi orang-orang yang tidak bisa tulisan latin Tarigan dan Gaffar, 1972 : 10.
Sekarang sudah jarang ditemui orang-orang yang mengerti atau mengenal huruf ini.