Guru bersahabat dan bersikap terbuka. Guru mengajukan pertanyaan yang mengundang banyak jawaban siswa Guru merespon dan menghargai semua jawaban siswa BENTUK PENATAAN KELAS PEMBELAJARAN AKTIF YANG DINAMIS

10

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEMI. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEMI.

3. UPAYA UNTUK MEWUJUDKAN PAKEMICTL

Di bawah ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru agar tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan Islami.

a. Agar siswa Aktif :

1. Guru bersahabat dan bersikap terbuka.

Akrab, murah senyum, menyapa nama, dan menepuk pundak adalah beberapa teknik untuk menunjukkan bahwa guru bersahabat dengan siswa. Jika perlu guru dapat memulai pembicaraan informal dengan topik-topik yang sedang trend di mata anak-anak. Sering berinteraksi dan terjun ke kelompok-kelompok bahkan duduk di bangku kerja kelompok siswa menunjukkan guru yang akrab. Sebaliknya jika guru duduk dibelakang meja dan ragu-ragu untuk berinteraksi dengan siswa akan memberikan kesan kurang bersahabat dan mengambil jarak. Umumnya hal ini menyebabkan siswa menjadi takut untuk aktif di kelas. Sikap terbuka dan apa adanya juga merupakan indikator guru bersahabat. Sebagai manusia biasa guru juga mempunyai kekurangan dan keterbatasan. Terbukalah kepada siswa termasuk ketika kita tidak mengetahui sesuatu

2. Guru mengajukan pertanyaan yang mengundang banyak jawaban siswa

Pertanyaan yang seharusnya diajukan oleh guru adalah pertanyaan- pertanyaan yang mengundang banyak jawaban dari siswa. Sebagai misal guru dapat membawa sesuatu yang ditaruh dalam kotak, lalu siswa diminta menduga apa yang dibawa oleh guru tersebut? Kegiatan semacam ini akan mengundang banyak jawaban sehingga banyak siswa yang terlibat atau berpendapat di kelas. Perlu pula diketahui bahwa pertanyaan tertutup yang diajukan guru di kelas dapat menyebabkan siswa takut untuk berpartisipasi di kelas

3. Guru merespon dan menghargai semua jawaban siswa

11 Setiap jawaban siswa hendaknya diberikan reward oleh guru sungguhpun jawaban tersebut sesungguhnya kurang mengena. Reward dapat berupa ucapan, acungan jempol, atau tepukan di pundak. Dalam hal ini guru juga perlu memberikan balikan yang positif dan toleran terhadap jawaban yang kurang tepat. Respon positif guru akan mengembangkan motivasi tersendiri bagi siswa.

4. Guru membantu siswa menyelesaikan tugas

Kadang-kadang seorang siswa atau sekelompok siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas. Guru perlu tahu dan memberikan jalan keluar agar siswa atau kelompok siswa tersebut tidak tertinggal dari yang siswa yang lain.

b. Agar siswa Kreatif

: 1. Guru membangun lingkungan belajar yang kreatif Sikap dan tindakan kreatif dapat didorong dengan lingkungan sekitar yang kreatif pula. Guru dapat mendorong kreativitas siswa dengan cara membangun lingkungan kelas yang kreatif. Pemanfaatan bahan-bahan bekas sebagai piranti kelas, pemajangan hasil karya siswa, majalah dinding merupakan beberapa teknik merangsang kreativitas siswa. Mencari sisi positif dari setiap karya siswa akan memotivasi mereka menjadi lebih kreatif 2. Guru memberi kesempatan siswa menghasilkan karya atau menuangkan kreatifitas Tugas mandiri dapat diberikan kepada siswa untuk menuangkan ide-ide kreatifnya utamanya dalam bentuk hasil karya siswa. Kualitas dan kreativitas ini akan muncul manakala guru juga mampu memberikan tugas yang sifatnya terbuka, tugas yang hasilnya antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya tidak seragam. Maksudnya topik dan tema bisa sama namun penuangan gagasan tidak, sehingga hasil karya siswa beragam penampilannya. Contoh: siswa menempelkan gambar hewan yang digunting dan majalah dan memberikan komentar terhadap bagian- bagian tubuhnya. 3. Guru menghargai dan memajang hasil karya siswa Ketika siswa menghasilkan karya tertentu, guru dapat memberikan umpan balik yang meningkatkan harga diri positif mereka. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan komentar positif mengapa kamu pilih warna itu?, Ini menarik sekali, bagaimana penjelasannya?, Mengapa kamu berpendapat seperti ini?. Lebih lanjut menayangkan atau memajangkan hasil karya siswa merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap hasil karya siswa.

c. Agar pembelajaran efektif :

1. Guru memberikan tugas dengan jelas . Memberikan tugas dengan jelas merupakan salah satu faktor penting agar 12 pembelajaran berjalan dengan efektif. Seringkali kita tidak menyadari bahwa tugas- tugas yang kita berikan belum dipahami sepenuhnya oleh siswa. Hal ini akan berakibat tugas tidak terselesaikan dengan baik, siswa salah mengerjakan tugas ataupun siswa perlu penjelasan lanjutan. Semuanya ini akan berakibat skenario yang direncanakan terganggu. Khusus mengenai kegiatan-kegiatan yang berurutan atau bertahap, sebaiknya guru mempersiapkan LKS yang dapat membantu siswa menyelesaikan tugas dengan baik. 2. Guru memperhatikan waktu Setiap kali guru memberikan tugas misalnya untuk eksplorasi atau persiapan diskusi, guru perlu menentukan batas waktu. Penentuan batas waktu ini maksudnya agar siswa dapat menyelesaikan kerja tepat pada waktunya. Penting juga untuk mengingatkan siswa tinggal berapa waktu yang masih tersedia. Bagaimana jika siswa belum selesai ketika waktu sudah habis atau siswa selesai sebelum waktunya habis? Guru dapat mendeteksi hal ini dan berperilaku sedikit luwes asalkan pada batas-batas yang tidak mengganggu efektivitas pembelajaran. 3. Guru memanfaatkan sumber belajar dan media yang tepat Sebagaimana telah diketahui, siswa lebih mudah memahami konsep jika guru melibatkan siswa pada pengalaman nyata bukan sekedar verbalistik. Oleh karenanya, guru haruslah cermat dan kreatif dalam memanfaatkan sumber belajar dan media belajar khususnya yang terdapat di sekitar sekolah. Perlu pula digaris bawahi bahwa media pembeajaran tidak harus peralatan laboratorium yang standar. Banyak peralatan rumah tangga yang dapat dimanfaatkan sebagai media belajar bagi siswa. 4. Guru mengakomodasi gaya belajar siswa ketika presentasi Ketika guru mengarahkan atau menjelaskan sesuatu kepada siswa, guru hendaknya mengingat bahwa siswa-siswa memiliki kecenderungan gaya belajar yang berbeda- beda yakni tipe visual, tipe auditif dan tipe kinestetis. Karenanya penting bagi guru untuk memberikan pengalaman belajar yang berimbang dan melibatkan gaya belajar semua tipe. Penggunaan metode ceramah saja misalnya akan merugikan siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetis. 5. Guru mengelola kelas dengan baik Pengelolaan kelas juga menjadi unsur yang berpengaruh dalam mencapai efektifitas pembelajaran. Dalam kelas yang dikelola dengan baik, perilaku siswa terkendali karena kesadaran siswa mengikuti kesepakatan atau aturan internal yang telah disepakati bersama. jadi siswa tertib mengikuti jalannya proses pembelajaran karena kesadaran bukan karena takut kepada guru.

d. Agar pembelajaran menyenangkan

: 13 1 Guru tampil semangat, antusias, dan gembira Penampilan guru merupakan faktor utama terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan. Guru yang murah senyum, antusias dan gembira akan membangkitkan suasana aman bagi siswa. Untuk yang memiliki kesulitan mengenai hal ini, nyanyian dan yel-yel kelas mungkin dapat membantu menciptakan tampilan yang lebih bersahabat 2 Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif Salah satu indikator suasana pembelajaran yang kondusif adalah jaminan rasa aman secara psikologis. Balikan positif dari guru, komentar yang toleran terhadap pendapat yang kurang tepat, serta tidak ada ide yang jelek merupakan beberapa contoh suasana yang menjamin rasa aman siswa untuk berpartisipasi di kelas. 3 Guru memanfaatkan energizer dan humor. Bagaimanapun baiknya pembelajaran dilaksanakan, kadangkala siswa juga mengalami kejenuhan. Pada saat ini guru dapat menampilkan game atau energizer sehingga kelas menjadi segar kembali. Ice breaker juga dapat dimanfaatkan umumnya untuk memecahkan kebekuan suasana ketika peralihan dari satu pelajaran ke pelajaran yang lain. Akan lebih baik jika guru mampu menyelipkan humor-humor ringan di sela-sela pembelajaran atau presentasinya.

e. Agar pembelajaran Islami :

1. Sekolah sebagai tempat belajar sekaligus mengenal ciptaan Allah Belajar adalah upaya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Semua ilmu baik yang bersumber dari ayat-ayat Qur’an dan Hadis Nabi ayat-ayat qouliyah maupun yang bersumber dari alamsain dan teknologi ayat-ayat kauniyah adalah dari Allah. Maka hendaknya guru mampu mengkaitkan antara apa yang dipelajari anak didik dengan penciptanya, sehingga anak belajar berkomunikasi dengan lingkungannya, baik manusia maupun alam sekitar sebagai media berkomunikasi dengan Allah. 2. Memanfaatkan ciptaan Allah dalam kehidupan sehari-hari Apapun yang dipelajari anak didik di sekolah adalah untuk bekal kehidupannya pada saat ini dan masa depannya. Oleh karena itu seorang guru hendaknya mampu memilihkan materi yang aplikatif untuk kehidupan sehari-hari agar tumbuh akhlaq mulia dan kreatifitas sebagai bekal masa depannya, sehingga mampu menjadi generasi-generasi muslim-muslimah yang berakhlaq mulia, berkualitas dan bermanfaat sebagaimana sabda Nabi SAW: “khayr al-nas ahsanuhum khuluqan wa anfa’uhum li al-nas” 14

4. BENTUK PENATAAN KELAS PEMBELAJARAN AKTIF YANG DINAMIS

DAN KREATIF Peserta didik dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan beragam, ada yang memiliki tingkat kepandaian yang tinggi, sedang, dan kurang. Menurut pandangan psikologi pendidikan, sebenarnya tidak ada peserta didik yang pandai atau bodoh, yang lebih tepat adalah peserta didik dengan kemampuan lambat atau cepat dalam belajar. Dalam materi yang sama, bagi peserta didik satu memerlukan dua kali pertemuan untuk memahami isinya, namun bagi peserta didik lain perlu empat kali pertemuan atau lebih untuk dapat menyerapnya. Karena itu, guru perlu mengatur kapan peserta didik bekerja secara perorangan, berpasangan, kelompok, atau klasikal. Jika harus dibentuk kelompok, kapan peserta didik dikelompokan berdasarkan kemampuannya sehinga ia dapat berkonsentrasi membantu peserta didik yang kurang, dan kapan peserta didik dikelompokkan secara campuran berbagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya peer teaching. Dalam kerangka mewujudkan desain belajar siswa maka pengaturan ruang kelas dan siswa setting kelas merupakan tahap penting dalam proses belajar mengajar. Karena itu, kursi, meja dan ruang belajar perlu ditata sedemikian rupa sehinga dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan hal-hal sebagai berikut: 1. Mobilitas : peserta didik ke bagian lain dalam kelas. 2. Aksebilitas : peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang tersedia. 3. Komunikasi : peserta didik mudah berkomunikasi secara intensif kepada seluruh teman di kelas. 4. Interaksi : memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik. Interaksi yang tercipta berupa interaksi multi-arah. 5. Dinamika : kelas dinamis, dibuktikan dengan dinamika kelompok, dinamika individu, dan dinamika pembelajaran. 6. Variasi kerja peserta didik : memungkinkan peserta didik bekerjasama secara perorangan, berpasangan, atau kelompok. Lingkungan fisik dalam ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak ada satu bentuk ruang yang kelas yang mutlak ideal, namun ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas juga perlu dirancang sehingga peserta didik menjadi aktif. Ada setidaknya 10 sepuluh macam formasi kelas dalam kerangka mendukung penerapan pembelajaran aktif Melvin L. Silberman, 1996. Setting atau formasi kelas berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, namun hanya sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas. Jika Anda memilih melakukannya, mintalah siswa untuk membantu memindahkan meja kursi. Hal itu juga membuat mereka ”aktif”. 15 Tata-letak fisik kelas pada umumnya sifatnya sementara ”tentatif”, fleksibel dan realistis. Artinya guru dapat saja mengadakan perubahan setiap saat sesuai dengan keperluan dan kesesuaian dengan materi ajarnya. Jika meubeler meja atau kursi yang ada di ruang kelas dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang diinginkan pendidik. 1. Formasi Huruf U Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik dapat melihat guru danatau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena guru dapat masuk dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi.Guru dapat menyusun meja dan kursi dalam format U sebagai berikut: Selain model di atas, formasi U berikut ini memungkinkan kelompok kecil yang terdiri dari tiga peserta didik atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah. 2. Formasi Corak Tim Guru mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran di ruang kelas agar memungkinkan peserta didik untuk melakukan interaksi tim. Guru dapat meletakkan kursi- 16 kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru, papan tulis atau layar. Atau guru dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada peserta didik yang membelakangi papan tulis. 3. Meja Konferensi. Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi panjang. Susunan ini dapat mengurangi peran penting peserta didik. Jika guru duduk di tengah-tengah sisi yang luas, para peserta didik di ujung merasa tertutup seperti tampak pada gambar berikut: 17 Guru dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan menggabungkan beberapa meja kecil di tengahnya biasanya kosong seperti tampak pada gambar berikut: 4. Formasi Lingkaran. Para peserta didik duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh. Jika guru menginginkan peserta didik memiliki tempat untuk menulis, hendaknya digunakan susunan peripheral, yakni meja ditempatkan di belakang peserta didik. Guru dapat menyuruh peserta didik memutar kursi-kursinya melingkar ketika guru menginginkan diskusi kelompok. 18 5. Kelompok untuk Kelompok. Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi dari kreatifitas kelompok. Guru dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, yang dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar 6. Tempat Kerja Workstation. Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat tepat setelah didemonstrasikan. Tempat berhadapan mendorong patner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama. 7. Pengelompokan Terpisah Breakout groupings. Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Guru dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hendaknya dihindari penempatan 19 ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas, sehingga hubungan diantara peserta didik sulit dijaga. 8. Susunan Chevron. Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak memungkinkan untuk melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik tiga puluh atau lebih dan hanya tersedia beberapa meja, barangkali guru perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah., seperti tampak pada gambar berikut: 9. Kelas Tradisional. Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja kursi, guru dapat mencoba mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan memungkinkan penggunan teman belajar. Guru dapat mencoba membuat nomor genap dari baris-baris ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar kursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka pada baris berikutnya. Format atau setting kelas ini banyak digunakan di lembaga pendidikan manapun karena paling mudah dan sederhana. Tetapi secara psikologis, bila digunakan sepanjang masa tanpa variasi format lain akan berpengaruh terhadap gape psikologis peserta didik seperti merasa minder, takut dan tidak terbuka dengan teman, karena sesama peserta didik tidak pernah saling berhadapan face to face dan hanya melihat punggung temannya sepanjang tahun dalam belajar. Meskipun demikian tidak berarti format kelas seperti ini tidak bisa digunakan untuk pembelajaran aktif, tentu hal ini tergantung bagaimana guru 20 menciptakan suasana belajar aktif dengan strategi yang tepat. Berikut ini tampak gambar formasi kelas tradisional: 10. AuditoriumAula. Formasi auditorium atau aula merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk dilakukan guru guna mengurangi kebosanan peserta didik yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional tradisional. Jika sebuah kelas tempat duduk mudah dipindah-pindah, maka guru dapat membuat bentuk pembelajaran ala auditorium untuk dapat membuat hubungan lebih erat dan memudahkan peserta didik melihat guru. Demikian beberapa alternatif setting kelas terkait formasi meja dan kursi serta ruang belajar yang dapat dipilih guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran di kelas. Formasi yang digambarkan di depan bukan merupakan bentuk yang paten dalam arti tidak dapat dirubah, tetapi bersifat fleksibel dan sangat mungkin dilakukan modifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Disamping formasi kursi dan meja, setting kelas juga terkait dengan penempatan pajangan hasil karya, portofolio peserta didik, pojok baca, tugas sarapan pagi, dan sejenisnya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya menciptakan suasana yang mengesankan dan mencapai tujuan pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran dan pengelolaan kelas classroom management di Indonesia, sejak tahun 2006, beberapa lembaga pendidikan telah menerapkan inovasi baru yakni model pembelajaran moving class. Menurut Aisyah 2007, moving class adalah suatu model pembelajaran dimana siswa berpindah dari kelas yang satu ke kelas lain pada setiap 21 kali pergantian pelajaran, sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang harus ditempuh pada hari tersebut. Sedangkan Preslysia 2007 mengartikan moving classsebagai sistem belajar mengajar bercirikan siswa yang mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya. Lihat:http:isrona.wordpress.com2007movingclassdisekolahberstandarglobal. Menegaskan pengertian tersebut, Sunarto, seorang praktisi pendidikan yang telah mengelola model ini selama kurang lebih dua tahun mengatakan bahwa moving class adalah pola perpindahan kelas rombongan belajar dari ruangan mapel satu ke ruangan mapel lainnya atau ke suatu lingkungan belajar yang dilaksanakan pada setiap pergantian pelajaran dengan posisi guru berada pada ruangan mapel atau lingkungan belajar yang menjadi tanggung jawabnya Sunarto, 2007:6. Moving class bertujuan untuk menciptakan susana pembelajaran yang dinamis dan kondusif bagi peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Lebih dari itu, dalam kerangka penerapan strategi pembelajaran aktif dengan segala variasinya, guru juga sangat dianjurkan melaksanakan proses pembelajaran di luar kelas atau lingkungan tertentu seperti out door atau outbond dalam konteks masih relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan. [].

5. MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS PAKEMICTL