NBM 2015 Sementara halaman
25
B. Hasil Kajian Sub Sektor Tanaman Pangan
Penyempurnaan NBM pada sub sektor tanaman pangan, dilakukan melalui kegiatan “Penyempurnaan Neraca Pangan Komoditas Jagung dalam rangka NBM”
pada tahun 2002. Kegiatan ini dilakukan di tujuh Provinsi sentra produksi jagung yaitu Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah : Mendapatkan besaran susut perontokan, pengeringan, pengangkutan dan
penggilingan Mendapatkan besaran konversi jagung dari bentuk jagung ontongan basah
tanpa kulit dan tangkai menjadi ontongan kering, jagung ontongan kering menjadi jagung pipilan kering, jagung pipilan kering menjadi berasan jagung
dan pipilan kering menjadi jagung tepung Mendapatkan besaran stok jagung di industri pengolahan.
Hasil kegiatan Penyempurnaan Neraca Pangan komoditas jagung tersebut belum dapat dipergunakan untuk memperbaiki tabel NBM. Hal ini disebabkan
tercecer yang diteliti dalam studi tersebut baru mencakup sebagian dari konsep tercecer dalam tabel NBM. Angka tercecer yang terdapat dalam tabel NBM adalah
sejumlah bahan makanan yang tercecer pada saat produksi sampai dengan bahan makanan tersebut tersedia pada tingkat pedagang pengecer. Tercecer bisa terjadi
karena pengangkutan, pewadahan maupun penyimpanan. Tercecer yang dihasilkan dari kegiatan “Penyempurnaan Neraca Pangan Komoditas Jagung dalam rangka
NBM” hanya angka tercecer pada pengangkutan pertama atau pengangkutan dari rumah petani sedangkan tercecer pengakutan pada perdagangan tidak termasuk.
Demikian pula dengan tercecer karena pewadahan ataupun penyimpanan. Dengan demikian angka tersebut belum bisa digunakan pada penyusunan tabel NBM.
NBM 2015 Sementara halaman
26
C. Hasil Kajian Sub Sektor Hortikultura
Salah satu kelemahan dari tabel NBM Sub Sektor Hortikultura sampai saat ini diantaranya adalah pada besaran tercecer dan besaran konversi. Besaran
konversi yang digunakan merupakan hasil penelitian yang telah lampau sehingga sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini, bahkan untuk besaran tercecer
bukan merupakan hasil penelitian tetapi hanya merupakan kesepakatan dari Tim NBM terdahulu. Untuk itu pada tahun 2003 dilakukan kegiatan”Perencanaan
Neraca Bahan Makanan Komoditas Hortikultura” yang bertujuan : 1. Mendapatkan besaran konversi dari kering panen ke kering konsumsi untuk
komoditas bawang merah dan bawang putih. 2. Mendapatkan besaran tercecer untuk komoditas sayur- sayuran : bawang
merah, bawang putih, kentang, cabe, kubis, tomat dan kacang merah 3. Mendapatkan besaran tercecer untuk komoditas buah- buahan : pisang, jeruk,
salak, mangga, durian, pepaya dan nanas. Kegiatan penyempurnaan NBM Sub Sektor Hortikultura dilaksanakan di
sebelas Provinsi yang merupakan daerah potensi produksi hortikultura yaitu : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Papua.
Studi besaran tercecer pada sub Sektor Hortikultura baru bisa dilakukan terhadap tujuh komoditas buah dan tujuh komoditas sayuran. Sehingga untuk
komoditas yang lain masih menggunakan besaran tercecer lama. Demikian pula untuk besaran konversi bawang putih, mengingat pada waktu pencacahan musim
panen bawang putih sudah lewat maka sampel untuk studi konversi bawang putih menjadi kurang terwakili. Dengan demikian untuk konversi bawang putih dari
kering panen ke kering konsumsi sebaiknya masih menggunakan besaran konversi yang lama.