Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data

NBM 2015 Sementara halaman  19 Kehutanan dan Perkebunan – Dinas Perindagkop dan UKM - Bappeda DIY - Bulog - Dinas Perhubungan dan BPS. Selain berupa data sekunder dari masing- masing dinasinstansi terkait, data juga diperoleh dari hasil wawancara langsung ke berbagai distributor dan pedagangpengecer bahan makanan dari pasar, pabrik maupun toko swalayan supermarket yang ada di wilayah D.I.Yogyakarta. Pengolahan dan analisa data hingga penyelesaian akhir, dilaksanakan oleh tim penyusunan Neraca Bahan Makanan NBM, yang koordinasi pelaksanaannya oleh Badan Ketahanan Pangandan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai data yang masuk, selanjutnya dikompilasikan menurut jenis komoditinya dan dihitung jumlah ketersediaan masing-masing bahan makanan tersebut untuk per kapita per tahun. Sedang untuk mengetahui nilai gizi bahan makanan tersebut, maka dari angka ketersediaan pangan per kapita per hari, diterjemahkan ke dalam satuan energi, protein dan lemak. Akhirnya, dari angka ketersediaan pangan hasil penghitungan Neraca Bahan Makanan yang terdiri dari 12 kelompokjenis bahan makanan tersebut diringkas lagi menjadi 9 sembilan kelompokjenis bahan makanan untuk keperluan analisa guna dibandingkan dengan angka konsumsi yang didasarkan pada pendekatan Pola Pangan Harapan. Tabel NBM menyajikan gambaran menyeluruh tentang penyediaan supply dan penggunaan utilization pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu dalam kurun waktu satu tahun. Komoditas bahan makanan yang disajikan dalam bentuk Tabel NBM terdiri dari komoditas utama asal dan komoditas produk turunan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk. Penyediaan supply suatu komoditas bahan makanan diperoleh dari jumlah produksi dikurangi dengan perubahan stok, ditambah dengan jumlah yang diimpor dan dikurangi dengan jumlah yang diekspor. Ini berarti, komponen – komponen penyediaan terdiri atas produksi, perubahan stok, impor dan ekspor. Bentuk persamaan penyediaan adalah sebagai berikut : NBM 2015 Sementara halaman  20 TS = O - ∆St + M – X Dimana, TS : total penyediaan dalam negeri total supply O : Produksi ∆St : stok akhir – stok awal M : impor X : ekspor Selanjutnya, total penyediaan tersebut akan digunakan untuk pakan, bibit, industri makanan dan non makanan, tercecer, serta bahan makanan yang tersedia pada tingkat pedagang pengecer. Komponen – komponen tersebut merupakan komponen penggunaan utilization. Total penggunaan suatu komoditas bahan makanan adalah sama dengan total penyediaannya; yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut : TU = F + S + I + W + Fd Dimana, TU : total penggunaan total utilization F : pakan S : bibit I : industri W : tercecer Fd : ketersediaan bahan makanan Untuk mendapatkan tingkat ketersediaan bahan makanan pangan per kapita, ketersediaan masing – masing bahan makanan dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Informasi ketersediaan per kapita masing – masing bahan makanan ini disajikan dalam bentuk kuantum volume dan kandungan nilai gizinya dalam satuan kkal energi, gram protein dan gram lemak. NBM 2015 Sementara halaman  21 Pengelompokan jenis pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan PPHberbeda dengan pengelompokan jenis pangan berdasarkan NBM. Oleh karena itu, untuk penghitungan skor PPH perlu dilakukan penyesuaian kelompok pangan dari kelompok pangan NBM ke kelompok pangan PPH. Pengelompokan pangan berdasarkan NBM dan PPH dapat dijelaskan sebagai berikut :  Kelompok NBM Kelompok pangan NBM dibagi menjadi 11 kelompok, yaitu : 1. Padi – padian padi gagang gabah, gabah beras, jagung, jagung basah, gandum dan tepung gandum 2. Umbi – umbian ubi jalar, ubi kayu, ubi kayu gaplek, ubi kayu tapioka dan sagu tepung sagu 3. Gula gula pasir dan gula mangkok gula merah 4. Buah biji berminyak kacang tanah berkulit, kacangtanah lepas kulit, kedelai, kacang hijau, kelapa berkulit daging dan kelapa daging kopra 5. Buah – buahan 6. Sayur – sayuran 7. Daging daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging domba, daging kuda, daging babi, daging ayam buras, daging ayam ras, daging itik dan jeroan semua jenis 8. Telur telur ayam buras, telur ayam ras dan telur itik 9. Susu susu sapi dan susu import 10. Ikan tuna, kakap, cucut, bawal, teri, lemuru, kembung, tengiri, bandeng, belanak, mujair, ikan mas, udang, rajungan, kerang darah, cumi-cumi, sotong, lainnya 11. Minyak dan lemak kacang tanah minyak, kopra minyak goreng, minyak sawit palm oil, minyak sawit minyak goreng, lemak sapi, lemak kerbau, lemak kambing, lemak domba dan lemak babi. NBM 2015 Sementara halaman  22  Kelompok Pola Pangan Harapan PPH Kelompok pangan PPH dibagi menjadi 9 kelompok yaitu : 1. Padi – padian beras, jagung dan gandum 2. Umbi – umbian ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas dan sagu 3. Pangan hewani daging, ikan, telur dan susu 4. Minyak dan lemak minyak kelapa, minyak sawit, margarin dan lemak hewani 5. Buah biji berminyak kelapa, kemiri, kenari dan cokelat 6. Kacang – kacangan kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah dan kacang lainnya 7. Gula gula pasir dan gula merah 8. Sayur dan buah sayuran segar dan buah segar 9. Lain – lain teh, kopi, terasi dan bumbu lainnya  Langkah – langkah perhitungan Pola Pangan Harapan PPH :  Penentuan Bobot dalam PPH Berdasarkan triguna pangan, pangan berfungsi sebagai sumber enrgi yang berasal dari karbohidrat, sumber pembangun yang berasal dari protein dan sumber pengatur yang berasal dari vitamin dan mineral. Setiap fungsi berperan sama besarnya, dengan bobot turunan masing – masing 33,3. Penentuan bobot kelompok pangan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Untuk kelompok pangan sumber karbohidrat dan energi, terdiri dari padi – padian, umbi – umbian, minyak dan lemak, buah biji berminyak dan gula, dengan total kontribusi energi AKG dari PPH adalah 74 Deptan, 2001. Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 0,5 berasal dari nilai 33,3 dibagi 74. b. Untuk kelompok pangan sumber protein lauk, terdiri dari kacang – kacangan dan pangan hewani, dengan total kontribusi energi AKG dari PPH adalah NBM 2015 Sementara halaman  23 17. Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 2 berasal dari nilai 33,3 dibagi 17. c. Untuk kelompok pangan sumber vitamin dan mineral, terdiri dari sayur dan buah dengan total kontribusi energi AKG dari PPH adalah 6. Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 5 berasal dari nilai 33,3 dibagi 6. d. Kelompok pangan lainnya aneka minuman dan bumbu dengan kontribusi energi 3 akan diperoleh rating 0,0 yang berasal dari nilai 0 dibagi 3. Rating 0 untuk kelompok pangan lainnya didasarkan pada pertimbangan bahwa konsumsi bumbu dan minuman tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi.  Cara Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan a. Menyesuaikan pengelompokan pangan dari NBM ke kelompok PPH b. Memasukkan data ketersediaan pangan dalam bentuk energi kkalkaphr pada setiap kelompok pangan pada tabel PPH c. Menghitung kontribusi energi dari setiap kelompok pangan terhadap total energi tingkat ketersediaan 2.400 kkalkaphr d. Memasukkan angka bobot dan skor maksimum setiap kelompok pangan ke dalam tabel PPH. e. Menghitung skor PPH dengan mengalikan antara persentase AKE dengan bobot setiap kelompok pangan. f. Jika skor PPH setiap kelompok pangan lebih besar dari skor maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah skor maksimumnya. Jika skor PPH setiap kelompok pangan lebih kecil dari skor maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah skor riilnya. g. Menjumlahkan skor PPH dari seluruh kelompok pangan. Jumlah hasil perhitungan skor PPH maksimal 100. NBM 2015 Sementara halaman  24

BAB III PENYEMPURNAAN NERACA BAHAN MAKANAN NBM

Penyusunan Tabel Neraca Bahan Makanan NBM sudah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS sejak tahun 1963. Namun demikian sampai saat ini masih terdapat beberapa kekurangankelemahan pada penyusunan Tabel NBM. Kelemahan tersebut diantaranya tidak tersedianya data dasar, besaran-besaran konversi yang digunakan tidak mencerminkan kondisi sekarang, serta jenis komoditas yang dicakup dalam tabel NBM belum mencerminkan komoditas yang dikonsumsi. Dalam rangka memperbaiki Tabel NBM agar informasi yang dihasilkan lebih akurat, telah dilakukan beberapa upaya penyempurnaan secara bertahap. Pada tahun 2002 dan 2003 dilakukan beberapa kegiatan kajian yang bertujuan untuk memperbaiki besaran konversi dan besaran tercecer pada sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, sub sektor hortikultura, dan sub sektor perkebunan.

A. Hasil Kajian Sub Sektor Peternakan

Besaran konversi yang diguanakan pada penyusunan NBM sub sektor peternakan selama ini tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya karena bersumber pada penelitian yang dilakukan pada sekitar tahun tujuh puluhan. Oleh karena itu pada tahun 2002 dilakukan kegiatan “Penyempurnaan Neraca Pangan Komoditas Peternakan Karkas dalam rangka NBM” yang bertujuan untuk mendapatkan besaran konversi : karkas ke bentuk daging, jeroan terhadap karkas, dan lemak terhadap karkas. Studi karkas tersebut dilaksanakan di sembilan Provinsi yaitu Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Khusus untuk DIY terdapat kajian karkas dari UGM pada tahun 2010. NBM 2015 Sementara halaman  25

B. Hasil Kajian Sub Sektor Tanaman Pangan

Penyempurnaan NBM pada sub sektor tanaman pangan, dilakukan melalui kegiatan “Penyempurnaan Neraca Pangan Komoditas Jagung dalam rangka NBM” pada tahun 2002. Kegiatan ini dilakukan di tujuh Provinsi sentra produksi jagung yaitu Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah :  Mendapatkan besaran susut perontokan, pengeringan, pengangkutan dan penggilingan  Mendapatkan besaran konversi jagung dari bentuk jagung ontongan basah tanpa kulit dan tangkai menjadi ontongan kering, jagung ontongan kering menjadi jagung pipilan kering, jagung pipilan kering menjadi berasan jagung dan pipilan kering menjadi jagung tepung  Mendapatkan besaran stok jagung di industri pengolahan. Hasil kegiatan Penyempurnaan Neraca Pangan komoditas jagung tersebut belum dapat dipergunakan untuk memperbaiki tabel NBM. Hal ini disebabkan tercecer yang diteliti dalam studi tersebut baru mencakup sebagian dari konsep tercecer dalam tabel NBM. Angka tercecer yang terdapat dalam tabel NBM adalah sejumlah bahan makanan yang tercecer pada saat produksi sampai dengan bahan makanan tersebut tersedia pada tingkat pedagang pengecer. Tercecer bisa terjadi karena pengangkutan, pewadahan maupun penyimpanan. Tercecer yang dihasilkan dari kegiatan “Penyempurnaan Neraca Pangan Komoditas Jagung dalam rangka NBM” hanya angka tercecer pada pengangkutan pertama atau pengangkutan dari rumah petani sedangkan tercecer pengakutan pada perdagangan tidak termasuk. Demikian pula dengan tercecer karena pewadahan ataupun penyimpanan. Dengan demikian angka tersebut belum bisa digunakan pada penyusunan tabel NBM.