Kelompok Padi-padian Situasi Ketersediaan Pangan Tahun 2013-2015 Sementara

NBM 2015 Sementara halaman  34 relatif tinggi utamanya pada SR3 yang berakibat pada gangguan penyerbukan padi, gangguan OPT dan keterlambatan pemupukan khususnya di Sleman. Ketersediaan padi – padian tahun 2015 berdasarkan angka sementara sebesar 1.814 kkalkaphari lebih rendah dibanding tahun 2014 1.944 kkalkaphari. Hal ini dikarenakan menurunnya produksi jagung pada tahun 2015 dibanding tahun 2014. Pada komoditi Padi meningkat dalam hal produksi, dikarenakan produktivitas padi sawah pada tahun 2015 sebesar 66,07 kuha atau naik 3,89 kuha 6,26 dari tahun 2014. Hal itu karena penerapan GP PTT Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kulonprogo, Bantul dan Sleman yang hasilnya dirasakan pada sub round 3. Teknologi yang diterapkan terdiri atas : jarak tanam jajar legowo sisipan, bantuan benih varietas Ciherang dan Pepe di Kulonprogo, Ciherang, IR64 dan Inpari di Bantul dan pemupukan berimbang ada bantuan pupuk NPK. Peningkatan provitas juga disebabkan oleh dampak positif kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier RJIT 16.000 ha, GP PTT 5.000 ha. Produksi padi sawah pada tahun 2015 sebesar 746.810 ton atau naik sebesar 27.616 ton 3,84 dari tahun 2014. Karena produktivitas padi yang naik mengakibatkan produksi padi sawah 2015 naik dari 2014. Ketersediaan Jagung tahun 2014 sebesar 322 kkalkaphari lebih rendah dari tahun 2013 370 kkalkaphari, walaupun bila dilihat dari sisi produksi tahun 2014 312.236 ton lebih tinggi dibanding tahun 2013 289.5880 ton, namun karena pada tahun 2014 penyediaan dalam negeri lebih tinggi dibanding tahun 2013 sehingga ketersediaan energinya juga lebih rendah. Ketersediaan Jagung pada tahun 2015 sebesar 152 kalkaphari lebih rendah dibanding dengan ketersediaan jagung pada tahun 2014 322 kalkaphari, hal ini dikarenakan terjadi penurunan produksi jagung pada tahun 2015, penyebabnya adalah luas panen jagung pada tahun 2015 sebesar 65.485 NBM 2015 Sementara halaman  35 atau turun -2.172 ha -3,21 dari tahun 2014. Hal itu karena panen di sentra produksi Kulonprogo sentolo dan Pengasih kurang air pada SR II, di Gunungkidul bergeser ke kacang tanah. Produktivitas jagung pada tahun 2015 sebesar 45,67 kuha atau turun -0,48 kuha -1,04 dari tahun 2014. Hal itu karena pada periode tanam SR II kurangnya pasokan air. Juga karena sebagian petani menggunakan benih sendiri turunan hibrida. Produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 299.084 ton atau turun sebesar -13.152 ton -4,21 dari tahun 2014. Karena luas panen yang turun dan produktivitas yang turun mengakibatkan produksi tahun 2015 mengalami penurunan. Ketersediaan energi komoditi tepung gandum tahun 2014 sebesar 128 kkalkaphari lebih rendah bila dibanding tahun 2013 255 kkalkaphari, hal ini karena impor tahun 2014 lebih rendah dibanding tahun 2013. Pada tahun 2014 impor tepung gandum sebesar 29.117 ton, impor mie instant 23.891 ton dan ekspor tepung gandum sebesar 1.712 ton, ekspor mie instant 132 ton. Sedangkan tahun 2013 impor tepung gandum sebesar 880.215 ton, impor mie instant 44.635.855 ton dan ekspor tepung gandum sebesar 869.650 ton, ekspor mie instant 44.585.347 ton. Untuk ketersediaan energi komoditi tepung gandum tahun 2015 sebesar 160 kkalkaphari lebih tinggi dibanding tahun 2014 128 kkalkaphari. Hal ini disebabkan terjadi peningkatan angka impor tepung gandum dari wilayah lain. Data impor tepung gandung tahun 2015 sebesar 51.291 ton sedangkan tahun 2014 29.117 ton.

2. Kelompok Makanan Berpati

Ketersediaan energi kelompok makanan berpati tahun 2014 sebesar 345 kalkapitahari sedikit meningkat bila dibanding tahun 2013 344 kalkapitahari, hal ini dikarenakan kenaikan produksi ubi jalar dari 4.951 ton NBM 2015 Sementara halaman  36 tahun 2013 menjadi 5.237 ton tahun 2014. Namun demikian terjadi penurunan produksi ubi kayu yaitu pada tahun 2013 1.013.565 ton menjadi 884.931 ton tahun 2014,hal ini dikarenakan adanya penurunan luas panen LP ubi kayu di Gunung Kidul sebagai sentra produksi utama ubi kayu LP ubi kayu di DIY. Luas panen tahun 2014 sebesar 56.120 Ha, sedangkan tahun 2013 sebesar 58.777 Ha turun 2.657 Ha-4,52. Penurunan LP terjadi pada SR3, disebabkan oleh kurangnya ketersediaan benih bermutu utamanya di Gunungkidul. Namun demikian ada fenomena yang menarik, di Gunungkidul ubi kayu ditanam tumpang sari dengan tanaman jagung, dan kacang tanah. Di Gunungkidul terjadi pengurangan tanaman tumpangsari pada ubi kayu di kecamatan Wonosari, Ponjong, Karangmojo dan Playen.Produktivitas ubi kayu secara umum turun 14,75 kuha -8,55 dari angka tetap ATAP 2013. Penurunan ini disebabkan adanya hujan di bulan Mei sampai dengan Juli yang menyebabkan ubi menjadi muda lagi dan busuk,serta kurangnya ketersediaan benih unggul. Ketersediaan energi kelompok makanan berpati tahun 2015 sebesar 242 kalkapitahari lebih rendah bila dibanding tahun 2014 345 kalkapitahari, hal ini karena penurunan luas panen ubi kayu pada tahun 2015 sebesar 55.626 atau turun -494 ha -,088 dari tahun 2014. Hal itu karena petani beralih ke tebu dan sebagian karena ditanam tumpang sari karena penjarangan tanaman utamanya di Gunungkidul. Produktivitas ubi kayu pada tahun 2015 sebesar 157,01 kuha atau turun -0,68 kuha -,043 dari tahun 2014. Hal itu karena petani lebih memperhatikan tanaman kacang tanah dan palawija lainnya. Produksi ubi kayu pada tahun 2015 sebesar 873.362 ton atau turun sebesar - 11.569 ton -1,31 dari tahun 2014. Karena luas panen yang turun dan produktivitas yang turun mengakibatkan produksi ubi kayu 2015 turun. Walaupun bila dilihat untuk produksi Ubi jalar tahun 2015 lebih tinggi bila