Hasil Kajian Sub Sektor Perkebunan

NBM 2015 Sementara halaman  28 dikonsumsi maka sebaiknya dalam penyusunan Tabel NBM, komoditas inti sawit tidak perlu ditampilkan. 3. Besaran tercecer beberapa komoditas sub sektor perkebunan Parameter pemakaian kelapa untuk industri makanan dalam NBM adalah jumlah kelapa daging yang dipergunakan untuk kopra yang nantinya akan digunakan untuk menghasilkan minyak goreng turunan dari kelapa. Dalam penyusunan NBM selama ini minyak goreng kelapa diasumsikan semuanya berasal dari kopra. Namun berdasarkan survey industri besarsedang yang dilakukan oleh BPS, diperoleh informasi bahwa pembuatan minyak goreng ada yang berasal dari kelapa daging yang disebut sebagai proses basah. Dengan demikian seharusnya ketersediaan minyak goreng kelapa berasal dari kelapa dagingminyak goreng dan kopraminyak goreng. Besaran parameter pemakaian kelapa daging untuk industri makanan yang digunakan selama ini sebesar 45 terhadap penyediaan dalam negeri, sedangkan hasil kajian sebesar 34,79 dari penyediaan dalam negeri hasil kajian tahun 2003. Pada tahun 2011 pada komoditi kelapa berkulit daging yang diolah untuk industri makanan berubah dari 53,12 Kajian I – O menjadi 63,29 , dan tahun 2011 konversi kelapa daging ke kopra mengalami perubahan dari 45 menjadi 25 Ditjenbun. Pada tahun 2010, angka konversi gabah kering giling GKG ke beras sebesar 62,74 persen dan pada tahun 2014 berubah menjadi 62,85 . Berdasarkan hasil rumusan WNPG Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012 20 – 21 November 2012 menetapkan bahwa Tingkat Konsumsi Energi sebesar 2.150 Kal dan Protein 57 gram; Tingkat Ketersediaan Energi 2.400 Kal dan Protein 63 gram.Sedangkan penggunaan secara langsung baik untuk sayur maupun makanan lainnya merupakan sisa setelah dikurangi untuk industri makanan dan non makanan, tercecer dan eksport.Data produksi kelapa tercatat dalam bentuk equivalen kopra sehingga perhitungan dimulai dari Kolom 3 kelapa daging NBM 2015 Sementara halaman  29 kopra kemudian kolom 2 dikonversi 222 10045, kemudian Kolom 3 kelapa berkulit sama dengan kolom 2 pada kelapa daging kopra dan dikonversi 417 10024.

E. Upaya Penyempurnaan dengan Menggunakan Tabel I – O

Dari Tabel NBM versi I – O yang dipergunakan untuk mengisi kekosongan kolom – kolom komponen NBM yang seharusnya ada isian, tetapi tidak tersedia datanya. Komponen – komponen tersebut diantaranya : 1. Perubahan Stok kolom 4 : - Selama ini hanya terisi pada komoditi beras dan gula pasir; - Dengan menggunakan besaran rasio I – O dari tabel I – O, perubahan stok dapat terisi pada seluruh komoditi kecuali kelompok buah, kelompok sayur dan kelompok ikan. 2. Ekspor kolom 7 : - Ekspor pada Tabel NBM selama ini belum termasuk makanan olahan, sementara pada tabel I –O sudah termasuk; - Dengan menggunakan rasio I – O dapat diperoleh ekspor termasuk makanan olahan. Pada saat ini baru 2 komoditi yaitu tepung gandum dan gula pasir. 3. Pakan kolom 9 : - Pada tabel NBM selama ini baru terisi pada komoditi gabah, jagung pipilan, ubi jalar, ubi kayu, kacang hijau dan susu; - Dengan menggunakan rasio I – O, kolom pakan juga terisi pada komoditi beras dan kedelai. NBM 2015 Sementara halaman  30 4. Bibit kolom 10 : - Pada tabel NBM kolom 10 terisi untuk komoditi gabah, jagung, kentang, kacang tanah lepas kulit, kedelai, kacang hijau, bawang merah, bawang putih, telur ayam buras dan telur itik; - Dengan tabel NBM I – O selain komoditi diatas juga ada isian pada kelapa dan kelompok sayur. 5. Industri Makanan kolom 11 dan Industri Non Makanan kolom 12 : - Data Industri yang selama ini dicakup hanya industri besar sedang. Pada tabel NBM I – O sumber data industri selain besar sedang juga ditambah estimasi pada industri kecil dan rumah tangga; - Komoditi yang menggunakan rasio I – O untuk data industri makanan kolom 11 adalah kelapa dan kacang tanah; - Dengan menggunakan rasio I – O beberapa komoditi dapat terisi pada industri non makanan kolom 12 kecuali gaplek dan tapioka. 6. Tercecer kolom 13 - Besaran konversi pada tabel NBM yang masih relevandigunakan yaitu komoditi seperti padi, beras, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah berkulit, kacang tanah lepas kulit, kedelai, kacang hijau, telur ayam buras, telur ayam ras, telur itik dan susu sapi; - Besaran konversi hasil kajian sudah dipakai pada gula pasir, jeruk, mangga, nenas, salak, durian, pisang, pepaya, bawang merah, bawang putih, kubis, tomat, cabe,kentang, kacang merah, kelapa daging, kopra, minyak goreng kelapa, minyak sawit dan minyak goreng sawit; - Besaran tercecer ikan masih menggunakan yang lama sebesar 15 persen; - Selain komoditi di atas menggunakan besaran rasio I – O.