Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1. Bagi peneliti, Sebagai pengetahuan peneliti selama pelaksanaan dan penyususnan skripsi. 2. Bagi guru ataupun calon guru, sebagai masukan dalam melaksanakan proses pembelajaran Fiqih dengan memvariasikan berbagai strategi, model pembelajaran, dan memanfaatkan media pembelajaran agar proses belajar mengajar lebih hidup. 3. Bagi siswa, sebagai motivasi dalam proses belajar siswa baik dikelas maupun diluar kelas. 7

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Teori Konsruktivisme

a. Pengertian Teori Konstruktivisme

“Teori kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi bentukan kita sendiri.” 1 Secara sederhana kontruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan seseorang itu adalah konstruksi bentukan dari seseorang yang mengetahui sesuatu karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang langsung dapat ditemukan akan tetapi melalui dari suatu perumusan yang diciptakan seseorang yang sedang mempelajari pengetahuan tersebut. 2 Bahwa pengetahuan tersebut tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing- masing orang. Tiap orang harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri, karena pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi akan tetapi suatu proses yang berkembang terus menurus. Jadi seorang belajar itu membentuk pengertian. “Teori pembelajaran yang didasarkan pada gagasan-gagasan ini disebut teori pembelajaran konstruktivis constructivist theories of learning .” 3 1 Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, cet ke-14, hal. 37 2 Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar- Mengajar,…. hal. 37 3 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks, 2009, cet ke-1, hal. 6 Anderson, dkk menyatakan sebagaimana yang dikutip oleh Robert E. Slavin bahwa: “Inti teori kontruktivis ialah gagasan bahwa pelajar masing-masing harus menemukan dan mengubah informasi yang rumit kalau mereka ingin menjadikannya milik sendiri.” 4 “Revolusi konstruktivis mempunyai akar yang jauh dalam sejarah penddikan. Pendekatan itu sangat mengandalkan karya Piaget dan Vygotsky sebagai sumber, yang keduanya menekankan bahwa perubahan kognisi terjadi hanya ketika pengertian sebelumnya mengalami proses ketidakseimbangan dari sudut informasi baru. Piaget dan Vygotsky juga menekankan sifat sosial pembelajaran.” 5 “Teori Pieget maupun Vygotsky adalah teori kontruktivis, yang menekankan bahwa anak secara aktivis mengkontruksi atau menyusun pengetahuan dan pemahaman, bukan penerima pasif.” 6 Karena menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar merekonstruksi makna sesuatu, entah itu dari teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. 7 Sehubungan dengan itu maka ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar, yaitu: 1 Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami, 2 Konstruksi makna adalah proses yang terus-menerus, 3 Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu, 4 Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi yang baik untuk memacu belajar, 5 Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, 6 Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. 8 Jadi menurut teori kontruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana si subyek belajar membangun sendiri pengetahuannya. subyek juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari. 4 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik ,….. hal. 6 5 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik ,…. hal. 6 6 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2010, cet ke- 3 hal. 66 7 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: KANISIUS, 1997, hal. 61 8 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan ,…. hal. 61

b. Model-model Pembelajaran Konstruktivisme

1 Pembelajaran Tindakan a Inglish menyatakan sebagaimana dikutip oleh H. Martinis Yamin bahwa: “Definisi action learning adalah proses pembelajaran dengan pertama kali mengumpulkan orang-orang untuk mencari solusi dari suatu masalah, dan dalam proses mencari solusi atau pemecahan masalah tersebut individu ataupun kelompok ikut berkembang seiring dengan berjalannya proses pembelajaran.” 9 Dengan demikian pembelajaran ini menuntut siswa untuk mencari solusi dari suatu permasalahan dikerjakan baik secara individu atau kelompok adanya klien atau orang yang masalahnya dipecahkan, supervisor kelompok orang yang berhubungan langsung dengan klien untuk menumbuhkan kerja sama dengan baik didalam untuk untuk memecahkan masalah, proses didalam proses tersebut mengamati masalah refleksi, perumusan hipotesa dan tindakan. b “Pembelajaran tindakan banyak dipakai disekolah bisnis dan sekolah keperawatan, misalnya Harvard Business, dan juga paling banyak digunakan dalam program pasca sarjana yang khusus berkonsentrasi pada pengembangan sumber daya manusia.” 10 2 Pembelajaran Otentik a Smith dan Reagan menyatakan sebagaimana dikutip oleh H. Martinis Yamin bahwa: “Dalam pembelajaran otentik, pembelajar memberikan contoh atau soal yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dan situasi-situasi contoh 9 H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: GP Press Jakarta, 2011, hal. 20 10 H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran ,…. hal. 21