Pengertian Teori Konstruktivisme Teori Konsruktivisme

pemahaman, makna, solusi dari pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Karena pembelajaran ini didasarkan pada model, bahwa pengetahuan dapat dibuat dalam populasi dimana anggota aktif berinteraksi dengan berbagai pengalaman dan mengambil asimetris peran. 6 Pembelajaran Penemuan “Pembelajaran penemuan discovery learning adalah komponen penting pendekatan konstruktivis modern yang mempunyai sejarah panjang dalam inovasi pendidikan.” 18 Bergstrom, O’Brien dan Wilcox menyatakan sebagaimana dikutip oleh Robert E. Slavin bahwa: Siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip bagi diri sendiri. 19 Dengan demikian, pembelajaran penemuan ini menuntut siswa untuk mengkaji, mencari dan menemukan informasi secara mandiri terhadap suatu permasalahan yang timbul terkait dengan materi pelajaran. 7 Permainan Epistemik “Permainan epistemik adalah satu formulasi belajar struktur masyarakat untuk menciptakan pengetahuan. Aturan-aturan permainan dapat mengambarkan perdefinisian pola budaya. Kerjasama yang dilakukan untuk menghasilkan pola-pola budaya 18 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks, 2009, hal. 10 19 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik ,…. hal. 10 tertentu, pola yang dimaksud adalah peran serta dalam permainan efistemik.” 20 Dengan demikian, pembelajaran ini siswa bekerja sama antara satu dengan lainnya. Karena pola epistemik itu bersifat “menyeluruh” didalam pola-pola tersebut berisikan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan dapat diterima oleh masyarakat. 8 Pembelajaran Generatif Duffy dan Jonassen sebagaimana dikutip oleh H. Martinis Yamin bahwa: “Pembelajaran generatif adalah pembelajaran yang dimulai dari pembelajar, pembelajar memberikan suatu masalah atau soal yang harus dipecahkan oleh peserta didik, dan menentukan strategi- strategi pemecahan masalah.” 21 Dengan demikian, dalam pembelajaran ini menuntut siswa untuk menghubungkan gagasan baru terhadap pengetahuan awal dalam memaknai bahan baru. 9 MicroworldSimulasi a Dell menyatakan sebagaimana dikutip oleh H. Martinis Yamin bahwa: “Simulasi adalah model-model dunia nyata yang sederhana sampai model sintetik atau rekaan, namun dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik pindah dari model simulasi satu ke model yang lain, atau bisa disebut dunia pengganti.” 22 Dengan demikian, dalam menggunakan proses pembelajaran ini tidak menggunakan benda atau kegiatan yang sebenarnya, malainkan kegiatan yang bersifat pura-pura. 20 9 H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: GP Press Jakarta, 2011, hal. 27 21 H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran ,….hal. 28 22 H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran ,…. hal. 30 Selain itu siswa juga diajak untuk berkompetensi dengan lainnya, berpikir kritis dalam pengambilan keputusan. b Sedangkan menurut Wina Sanjaya bahwa: “Simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. ” 23 Oleh karena itu untuk megembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat. 10 Pembelajaran Berbasis MasalahProblem Based Learning a Hsiao menyatakan sebagaimana dikutip oleh H. Martinis Yamin bahwa: “PBL peserta didik belajar dengan diikutsertakan dalam aktivitas-aktivitas pemecahan masalah. Dalam proses ini, pembelajaran dimulai dengan pembelajar membelajarkan isi pelajaran seperti pada belajar konvensional yang biasa ditemui.” 24 Dengan demikian, masalah tersebut mendorong siswa untuk mencari, berpikir kritis dan berbagi informasi yang sesuai dengan masalah tersebut. Untuk menyelesaikan permasahan tersebut mereka dapat belajar secara berkelompok atau individual. b Agar proses pembelajaran berbasis masalah PBL berjalan dengan efektif, maka kelompok satu dengan kelompok lainnya dapat bekerja sama, saling memotivasi, bertukar pikiran, dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan tersebut. 23 Wina sanjaya, Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pedidikan, Jakarta: Kenacana, 2006, cet ke-6 hal.157 24 H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: GP Press Jakarta, 2011, hal. 30