Selain itu siswa juga diajak untuk berkompetensi dengan lainnya, berpikir kritis dalam pengambilan keputusan.
b Sedangkan menurut Wina Sanjaya bahwa: “Simulasi dapat
diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang
konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. ”
23
Oleh karena itu untuk megembangkan pemahaman dan penghayatan
terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
10 Pembelajaran Berbasis MasalahProblem Based Learning
a Hsiao menyatakan sebagaimana dikutip oleh H. Martinis Yamin bahwa: “PBL peserta didik belajar dengan
diikutsertakan dalam aktivitas-aktivitas pemecahan masalah. Dalam proses ini, pembelajaran dimulai dengan pembelajar
membelajarkan isi pelajaran seperti pada belajar konvensional yang biasa ditemui.”
24
Dengan demikian, masalah tersebut mendorong siswa untuk mencari, berpikir kritis dan berbagi informasi yang sesuai
dengan masalah tersebut. Untuk menyelesaikan permasahan tersebut mereka dapat belajar secara berkelompok atau
individual. b Agar proses pembelajaran berbasis masalah PBL berjalan
dengan efektif, maka kelompok satu dengan kelompok lainnya dapat bekerja sama, saling memotivasi, bertukar
pikiran, dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan tersebut.
23
Wina sanjaya, Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pedidikan, Jakarta: Kenacana, 2006, cet ke-6 hal.157
24
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: GP Press Jakarta, 2011, hal. 30
c Duffy dan Cunningham menyatakan dalam buku H. Martinis Yamin
bahwa lima
strategi dalam
menggunakan pembelajaran berbasis masalah PBL:
1 Permasalah sebagai satu kajian. Yakni, dalam proses
belajar mengajar permasalah tersebut dipersentasikan pada awal pembelajaran untuk menarik perhatian peserta
didik.
2 Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
Yakni, terlebih
dahulu peserta
didik membaca
permaslahan yang
akan dipersentasikan
atau didiskusikan, kemudian dipergunakan untuk menjajaki
pemahaman mereka.
3 Permasalahan sebagai contoh. Yakni, permasalahan
tersebut didintegrasikan kedalam materi agar dapat mengilustrasikan suatu konsep, prinsip dan prosedur.
4 Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses. Yakni, permasalahan digunakan untuk
mendorong peserta didik berpikir secara kritis dalam memecahkan permasalahan tersebut.
5 Permasalahan sebagai stimulus aktivitas otentik.
Yakni, permasalahan digunakan untuk mengembangkan keterampilan
seorang siswa
dalam memecahkan
masalah,
25
c. Prinsip Pembelajaran Kontruktivisme
Pada abad 21 teori pembelajaran mengalami pergeseran paradigma baik dari lembaga sekolah maupun perguruan tinggi mengarah tujuan
pembelajaran pada teori prilaku. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman para pakar pembelajaran menyadari bahwa proses yang dilakukan adalah
menciptakan peserta didik belajar untuk mengetahui learning to know, belajar
25
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran ,…. hal. 31
untuk berbuat learning to do, belajar untuk hidup bersama-sama life to life together.
26
“Vygotsky mengembangkan konsep zone of proximal development Peserta didik memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda: Tingkat perkembangan
pertama adalah perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial.” Dengan demikian dalam tingkatan pertama adalah siswa tersebut menentukan
fungsi intelektualnya untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan pada tingkatan perkembangan kedua si anak dapat mempelajari
sesuatu dapat bertanya kepada guru, orang tua, teman sebaya atau dengan orang
yang ahli pada bidangnya.
“Jean Piaget adalah seorang psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Beliau menjelaskan bagaimana proses
seseorang dalam teori perkembangan intelektua l.”
27
Dengan demikian pembelajaran konstruktivisme itu adalah mempermudah siswa dalam belajar.
Karena dalam proses pembelajaran dikelas menekankan keaktifan siswa itu lebih penting dalam menentukan kesuksesan belajar sedangkan guru adalah sebagai
fasilator dan mengarahkan agar siswa tidak bingung dalam mengerjakan sesuatu yang sedang dipelajarinya. Jean Piaget dan Lev Vygotsky mengembangkan
konsep konstruktivis yang dijadikan sandaran pendidikan abad 21.
“Kontruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun to contruct pengetahuan dan pemahaman. Menurut pandangan
kontruktivis, guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan
pengetahuan, merenung dan berpikir secara kritis.”
28
26
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran ,…. hal. 13
27
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: KANISIUS, 1997, hal. 30
28
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2010, cet ke-3 hal. 8
2. Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah PBL
Metode sangat memegang peranan penting dalam pengajaran. Apapun pendekatan dan model yang digunakan dalam proses belajar mengajar, maka harus
difasilitasi oleh metode mengajar. Menurut Nana Sudjana sebagaimana dikutip oleh Darwy
n Syah bahwa: “Metode ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.”
29
Miarso menyatakan sebagaimana dikutip oleh
Martinis Yamin
bahwa: “Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar
orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relative menetap pada diri orang lain.”
30
Dengan demikian pembelajaran tersebut sebagai usaha yang dilakukan oleh pendidik atau orang dewasa lainnya untuk membuat siswa dapat belajar dan
mencapai hasil belajar yang maksimal. “Pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning, merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang memberi kondisi belajar aktif kepada peserta didik dalam kondisi dunia nyata.”
31
“Salah satu metode yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan learner centered dan yang memberdayakan
pemelajar adalah metode Problem Based Learning PBL.”
32
Oleh karena itu pendekatan model pembelajaran berbasis masalah PBL ini bersumber dari
dimensi kreatif seseorang. Banyak terungkap bahwa setiap individu memiliki potensi kreatif yang begitu besar dalam dirinya.
Tan, Wee dan Kek menyatakan sebagaimana dikutip oleh M. Taufiq Amir bahwa: “Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah PBL dimulai dengan
pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, pemelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi
kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang
29
Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007, cet. 2, hal. 133
30
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: GP Press Jakarta, 2011, hal. 70
31
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran …. hal. 146
32
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Jakarta: Kencana, 2009, cet ke- 1, hal.
12
terkait dengan masalah dan melaporkan masalah. Sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi.”
33
Arends menyatakan tiga hasil belajar pembelajaran berbasis masalah PBL sebagaimana dikutip oleh H. Martinis Yamin, yaitu:
1 Penyelidikan dan keterampilan melakukan pemecahan masalah 2 Belajar model pendekatan orang dewasa androgogi
3 Keterampilan belajar mandiri.
34
b. Tokoh Konstruktivistik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
PBL 1 John Dewey, berpendapat bahwa dalam proses belajar mengajar
peserta didik harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Peserta didik harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan
yang diberikan oleh guru. Akan tetapi peserta didik senantiasa merasa haus akan pengetahuan.
35
2 Jean Piaget, membenarkan bahwa anak-anak memiliki sifat
keingintahuan dan terus menerus berusaha memahami di sekelilingnya. Oleh karena itu peserta didik mengkonstruksikan
secara aktif refresentasi-refresentasi dibenaknya mengenai apa yang telah peserta didik pelajari.
36
3 Lev Semyonovich Vygotsky
, “mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal Development ZPD yang
merupakan dimensi psikologis. ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan actual dengan tingkat perkembangan potensial
.”
37
33
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan
,…. hal. 12
34
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: GP Press Jakarta, 2011, hal. 146
35
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran ,…. hal. 147
36
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran ,…. hal. 149
37
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran ,…. hal. 149
c. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah PBL
“Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah lebih sulit karena membutuhkan banyak latihan dan harus mengembalikan keputusan tertentu
salama perencanaan dan pelaksanaannya. Pembelajaran berbasis masalah PBL mempesiapkan peserta didik untuk banyak berpikir untuk memecahkan
permasalahan- permasalahan dalam kehidupan dunia nyata.”
38
Dalam hal ini terdapat 7 Tujuh langkah pembelajaran pembelajaran
berbasis masalah PBL, yaitu: Langkah 1: Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Langkah pertama ini terlebih dahulu setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.
39
Langkah 2: Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan- hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Karena kadang-
kadang masih ada yang harus diperjelas atau ada hubungan yang masih belum nyata antara fenomenanya.
40
Langkah 3: Menganalisis masalah
Langkah ketiga ini anggota mengeluarkan pengetauhan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Adanya diskusi yang
membahas informasi yang tercantum dalam masalah dan ada pula informasi yang ada dalam pemikiran anggota. Anggota kelompok
tersebut mendapat
kesempatan untuk
melatih bagaimana
menjelaskan, melihat alternatif, atau hipotesis yang terkait dengan masalah.
41
38
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran ,…. hal. 150
39
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Jakarta: Kencana, 2009, cet ke- 1, hal.
24
40
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan
,…. hal. 24
41
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan
,…. hal. 24
Langkah 4: Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam
“Bagian yang telah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana yang
bertentangan dan sebagainya.”
42
Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran
“Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan
mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat.”
43
Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain diluar diskusi kelompok
Langkah keenam ini si kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki dan sudah mempunyai tujuan pembelajaran. Kini
saatnya mereka harus mencari informasi tambahan dimana setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan
ini agar mendapatkan informasi yang relevan. Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh
setiap individu atau sekelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.
44
Langkah 7: Mensintesa menggabungkan dan menguji informasi baru
“Pada langkah ketujuh ini kelompok sudah dapat membuat sintesis; menggabungkannya dan mengkombinasikan hal-
hal yang relevan.”
45
Ditahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana sisiwa tersebut meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi
untuk nantinya dipersentasikan dalam bentuk paper atau makalah.
42
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan
,…. hal. 24
43
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan
,…. hal. 25
44
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan
,…. hal. 25
45
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan
,…. hal. 25