Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku,
tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.”
48
e. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah PBL
Tan menyatakan sebagaimana dikutip oleh M. Taufiq Amir berikut dapat merangkum karakteristik yang tercakup dalam proses PBL:
1 Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran 2 Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang
disajikan secara mengembang ill-strucured 3 Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk multiple perspective.
Solusinya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
4 Masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru
5 Sangat mengutamakan belajar mandiri self directed learning 6 Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber
saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting.
7 Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Pemelajar bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan peer teaching, dan
melakukan presentasi.
49
Salah satu bedanya PBL dengan metode belajar yang konvensional. Bahwa yang namanya belajar tidak hanya sekedar: mengingat menghafal, meniru,
mencontoh. Dalam PBL yang namanya “masalah” tidak sekedar “latihan” yang diberikan setelah contoh-
contoh soal disajikan. Akan tetapi “masalah” dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena.
48
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal. 70-71
49
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, …. hal. 22
Savin, Badin Moust Bouhuijs, Schmint menyatakan sebagaimana dikutip oleh M. Taufiq Amir bahwa: “Pendekatan PBL berbeda dengan
pendekatan lain yang biasanya diberikan pendidik pada umumnya:”
50
Tabel 2.2 Perbedaan PBL vs Metode Lain Metode Belajar
Deskripsi
1 Ceramah Informasi dipresentasikan dan didiskusikan oleh
pendidik dan pemelajar. 2 Kasus atau Studi Kasus Pembehasan kasus biasanya dilakukan diakhir
pembelajaran dan selalu disertai dengan pembahasan dikelas tentang materi dan sumber-sumbernya atau
konsep terkait dengan kasus. Berbagai materi terkait dan pertanyaan diberikan pada pemelajar.
3 PBL Informasi tertulis yang berupa masalah diberikan
sebelum kelas dimulai. Fokusnya adalah bagaimana pemelajar mengidentifikasikan isu pembelajaran
sendiri untuk memecahkan masalah. Materi dan konsep yang relevan ditemukan oleh pemelajar
sendiri.
f. Keunggulan PBL Ada di Perancangan Masalah
Wee dan Kek menyatakan sebagaimana dikutip oleh M. Taufiq Amir bahwa: “Masalah yang diberikan haruslah dapat merangsang dan memicu
pemelajar untuk menjalankan pembelajaran dengan baik. Masalah yang disajikan oleh pendidik Dalam proses pembelajaran berbasis masalah PBL yang baik,
memiliki ciri khas, yaitu: 1 Punya keaslian seperti di dunia kerja. Yakni masalah yang disajikan tidak
jauh dari cerminan masalah yang dihadapi di dunia kerja. Oleh karena itu
50
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Jakarta: Kencana, 2009, hal. 27
peserta didik dapat memanfaatkannya apabila menjadi lulusan yang akan bekerja.
2 Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya. Yakni masalah yang dirancang, dapat membangun kembali pemahaman si peserta
didik yang telah didapat sebelumnya. Maksudnya pengetahuan yang baru itu dapat dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dipelajarinya.
3 Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif. Masalah dalam PBL akan membuat pemelajar terdorong melakukan pemikiran yang
metakognitif. Peserta didik menjalankan proses pembelajaran berbasis masalah PBL sekaligus menguji pemikirannya, mempertanyakannya,
mengkritisi gagasannya sendiri serta menjelajahi hal yang baru. 4 Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran. Yakni membuat
suatu rancangan masalah tersebut dikemas dengan menarik agar si peserta didik yang tadinya pasif menjadi aktif dan bertekad untuk menyelesaikan
permasalahannya.
51
g. Kelemahan PBL
Selain adanya keunggulan dari pembelajaran berbasis masalah PBL, metode ini juga mempunyai kelamahan-kelemahan. Sebagaimana dikutip dalam
buku Darwyn Syah bahwa kelemahan pembelajaran berbasis masalah PBL yaitu: 1 Sulit menetukan tingkat masalah yang disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan perkembangan siswa 2 Memakan waktu yang lama dan menyita waktu yang dipergunakan untuk jam
pelajaran lain. 3 Sulit mengubah pola belajar siswa dari menjadikan guru sebagai sumber
belajar utama kepada belajar utama kepada belajar dengan berpikir yang membutuhkan lebih banyak lagi sumber belajar.
52
51
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, …. hal. 32
52
Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007, cet. 2, hal. 133
“Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah PBL lebih sulit karena membutuhkan banyak latihan dan harus mengambil keputusan tertentu
selama perencanaan dan pelaksanaannya.”
53
3. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Fiqih
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam hendaklah ditanamkan sejak ia dalam lahir terlebih pada masa kandungan. Sebab pendidikan pada masa kanak-kanak adalah masa
yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya untuk mencapai cita-cita yang diinginkan sesuai dengan bakat dan minat anak itu sendiri.
“Pendidikan Agama Islam PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragam
hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.”
54
Zakiyah Daradjat menyatakan sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani bahwa: “Pendidikan Agama Islam PAI adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agam Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.”
55
Jadi, Pendidikan Agama Islam PAI adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik
agar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan melalui pengajaran bimbingan atau pelatihan bagi peserta didik untuk menyakini, memahami dan mengamalkan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. “Pendidikan Agama Islam PAI di sekolah pada dasarnya lebih
diorientasikan pada tataran moral action, yakni agar peserta didik tidak hanya
53
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: GP Press Jakarta, 2011, hal. 150
54
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004, hal. 130
55
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004,
…. hal. 130
berhenti pada tataran kompeten competence, tetapi sampai memiliki kemauan will, dan kebiasaan habit dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama
tersebut dalam kehidupan sehari- hari.”
56
Pendidikan atau pembelajaran adalah salah satu wahana yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik. Jadi dalam
konteks pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI pada hakikatnya tidak seorangpun yang dapat membuat seseorang menjadi manusia yang bertaqwa,
cerdas dan lain-lain. Akan tetapi seseorang itu sendiri yang memilih, memutuskan dan mengembangkan jalan hidupnya atas izin Allah SWT.
57
b. Tujuan Dan Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
GBPP PAI 1994 menyatakan sebagaimana dikutip oleh Muhaimin, dkk bahwa: “Secara umum, Pendidikan Agama Islam PAI bertujuan untuk
“Meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta
didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berba ngsa dan bernegara.”
58
Dengan demikian, tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI menuntut siswa untuk menjadi
seorang muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia bagi dirinya sendiri, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di dalam GBPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kurikulum 1999 sebagaimana dikutip oleh Muhaimin, dkk, bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam
PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu: “Agar siswa memahami, menghayati
menyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhl
ak mulia”.
59
56
Muhaimin, Haji, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Perkembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009, 313
57
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung Remaja Rosda Karya, 2001, hal. 184.
58
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
…. hal. 78
59
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
…. hal. 78