Pengaturan Penegakan Hukum Menurut Perundang-Undangan Nasional

sehingga kepentingan terhadap pemanfaatan laut dapat dilaksanakan secara tertib dan teratur. Sesuai UU No.452009 tentang Perikanan menyebutkan pemerintah berhak melakukan penegakan hukum berupa penenggelaman kapal yang terbukti kapal asing illegal. †††††††††††††††††††††††† a. Jurisdiksi of legislation atau jurisdiction to prescribe wewenang membuat aturan-aturan hukum untuk mengatur berbagai kepentingan, dan Penegakan hukum ataupun pengawasan ini menjadi lebih berat lagi jika diperhitungkan bahwa daerah-daerah yang diliputi pengawasan tersebut tidak hanya terbatas pada perairan Nusantara dan laut wilayah 12 mil itu, tetapi juga landas kontinen dan zona Ekonomi eksklusif Indoensia selebar 200 mil laut. Bertambah luasnya wilayah laut dan daerah-daerah kewenangan Indonesia tentu saja memerlukan perjuangan perluasan kemampuan untuk mengamankannya. Penegakan hukum law enforcement disini diartikan sebagai bagian dari jurisdiksi negara. Jurisdiksi dimaksud meliputi dan mempunyai pengertian yang antara lain adalah : b. Jurisdiction to enforce the law wewenang menegakkan aturan hukum yang berlaku.

b. Pengaturan Penegakan Hukum Menurut Perundang-Undangan Nasional

Riki Septiawan, Loc. Cit. †††††††††††††††††††††††† http:www.mongabay.co.id20141202wow-kerugian-illegal- fishing-kapal-asing-mencapai-20-miliar-usd-per-tahun Diakses pada tanggal 02 April 2015 pukul 18.25. Menurut ketentuan pasal 13 UU No.5 tahun 1983, ditetapkan bahwa dalam rangka melaksanakan hak berdaulat, hak-hak lain, yurisdiksi dan kewajiban- kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1, aparatur penegak hukum Republik Indonesia yang berwenang, dapat mengambil tindakan-tindakan penegakan hukum sesuai dengan UU No. 8 tahun 1981 tentang kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana KUHAP, dengan pengecualian sebagai berikut : a. Pengkapan terhadap kapal danatau orang-orang yang diduga melakukan pelanggaran di ZEE Indonesia meliputi tindakan penghentian kapal sampai dengan diserahkannya kapal danatau orang-orang tersebut di pelabuhan dimana perkara tersebut dapat diproses lebih lanjut; b. Penyerahan kapal danatau orang-orang tersebut harus dilakukan secepat mungkin dan tidak boleh melebihi jangka waktu 7 tujuh hari, kecuali apabila terdapat keadaan force majeure; c. Untuk kepentingan penahanan, tindak pidana yang diatur dalam pasal 16 dan pasal 17 termasuk dalam golongan tindak pidana sebagaimana dimaksudkan pasal 21 ayat 4 huruf b. UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa terhadap kapal-kapal danatau orang-orang yang diduga melakukan itndak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup dilaut khususnya bagi kapal danatau orang-orang tersebut. terhadap kapal-kapal dan atau orang-orang yang berkebangsaan Indonesia dapat diperintahkan perintah ad-hoc ke suatu pelabuhan atau pangkalan yang ditunjuk oleh penyidik dilaut untuk diproses lebih lanjut. Penangkapan tersebut tidak selalu dapat dilaksanakan sesuai dengan batas waktu penangkapan yang ditetapkan dalam UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP, yaitu satu hari. Oleh karena itu untuk tidak tindakan penangkapan di laut perlu diberi waktu yang memungkinkan para aparat penegak hukum di laut membawa kapal dan dan atau orang-orang tersebut kepelabuhan atau penangkalan. Jangka waktu maksimal untuk menarik menyeret suatu kapal dari jarak yang terjauh dari ZEE Indonesia sampai ke suatu pelabuhan atau pangkalan. Dalam memelihara keadaan ZEE Indonesia, kewajiban bagi aparat penegak hukum adalah mengambil tindakan pengamanan maupun lainnya yang dipandang perlu dengan memperhatikan ketentuan mengenai penahanan terhadap tindak pidana menurut UU ini belum belum diatur dalam UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, sedangkan terhadap tindak pidana tersebut penahanan adalah merupakan satu upaya untuk dapat memproses perkara lebih lanjut. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Berhubungan dengan hal tersebut, sekalipun ancaman pidana yang dapat dijatuhkan adalah pidana denda tersebut perlu dimasukkan dalam golongan tindak pidana sebagaiman dimaksud pasal 21 ayat 4 huruf b, UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP. Selanjutnya ditetapkan pula bahwa aparatur penegak hukum dibidang penyidikan di ZEE Indonesia adalah perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang ditunjuk oleh Panglima Bersenjata Republik Indonesia pasal 14 ayat 1. Dalam ayat 2 ditetapkan bahwa penuntut umum adalah jaksa pada pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat 3. Pengadilan yang berwenang mengadili perlanggaran terhadap ketentuan UU ini adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi pelabuhan dimana dilakukan penahanan terhadap kapal dan atau orang-orang sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 13 huruf a. Dari ketentuan tersebut maka dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ P. Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.2013. hlm. 74. dengan perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan laut yang dapat ditunjuk sebagai penyelidik adalah misalnya komandan kapal, Panglima daerah Angkatan Laut, Komandan Pangkalan dan Komandan Stasiun Angkatan Laut sebagai aparat penyidik di ZEE Indonesia adalah sesuai dengan ketentuan pasal 30 ayat 2 UU No. 20 Tahun 1982 tentang ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia dan pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP. Kemudian ditetapkan pula bahwa permohonan untuk membebaskan kapal dan atau orang-orang yang ditangkap akarena didakwa melakukan perlanggaran terhadap UU ini, dapat dilakukan setiap waktu sebelum ada keputusan dari Pengadialn Negeri yang berwenang. dari ketentuan di atas, dapat dijelaskan bahwa permohonan membebaskan kapalorang yang ditangkap karena melakukan perlanggaran sesuai dengan praktek yang berlaku diajukan oleh perwakilan negara dari kapal asing yang bersangkutan. Kemudian penetapan besarnya uang jaminan ditentukan berdasarkan harga kapal, alat-alat perlengkapan dan hasil dari kegiatannya ditambah besarnya jumlah denda maksimum. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

c. Kewenangan Penegakan Hukum di Laut