Peraturan yang Berlaku Bagi Semua Kapal

12. Setiap kegiatan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan lintas. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

1. Hak Lintas Damai Menurut Konvensi Hukum Laut Jenewa 1958

Adanya teknologi yang semakin berkembang, termasuk teknologi kelautan pada sebelum sampai masa antara Perang Dunia I dan II atau paruh pertama abad ke-20, dan perkembangannya yang semakin bertambah pesat setelah Perang Dunia II, mulailah dipandang perlu ada pembedaan antara jenis-jenis kapal tersebut dalam rangka menikmati hak lintas damai di laut teritorial suatu negara. Oleh Komisi Hukum Internasional International Law Commission, pandangan ini ditampung dan dirumuskan di dalam Rancangan Naskah Konvensi Hukum Laut Jenewa pada tahun 1958. §§§§§§§§§§§

a. Peraturan yang Berlaku Bagi Semua Kapal

Pasal 14 ayat 1 Konvensi menegaskan tentang kapal dari semua negara, baik negara berpantai maupun tidak berpantai, menikmati hak lintas damai di laut teritorial negara lain, tetapi harus tunduk pada peraturan-peraturan yang terdapat di dalam pasal-pasal dari bagian ini. Selanjutnya ayat 2 menegaskan tentang pengertian “lintas” atau “melintasi” passage, yaitu pelayaran melalui laut teritorial untuk tujuan, baik untuk melintasi saja laut teritorial tanpa memasuki perairan pedalaman, maupun untuk memasuki perairan pedalaman, bisa juga untuk menuju ke laut lepas dari perairan pedalaman negara pantai yang bersangkutan. Dalam pengertian “lintas” atau “melintasi”, kapal tersebut harus berlayar secara terus menerus tanpa berhenti stopping ataupun membuang sauh anchoring. Akan tetapi sesuai dengan ayat 3, berhenti ataupun membuang sauh ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Suhaidi, Op cit, hlm 166-167 §§§§§§§§§§§ I Wayan Parthiana, Op.cit. hlm. 97. diperkenankan apabila terjadi insiden pelayaran ataupun keadaan terpaksa atau keadaan yang berbahaya yang semuanya ini merupakan faktor yang mengganggu kelancaran pelayaran. Pasal 14 ayat 4 menegaskan tentang suatu “lintas” atau “melintasi” yang dipandang damai passage is innoncent, yaitu sepanjang tidak ada dugaan bahwa kapal itu menganggu kedamaian peace, ketertiban good order, dan keamanan security dari negara pantai. Jadi kapal tersebut harus menaati ketentuan- ketentuan dalam pasal-pasal tentang hak lintas damai dalam Konvensi ini ataupun kaidah-kaidah hukum internasional yang lainnya. Secara konkret, perilaku kapal- kapal yang sedang menikmati hak lintas damai di laut teritorial suatu negara pantai misalnya, dalam pelayaran tersebut kapal itu sambil melakukan penangkapan ikan, atau jika kapal tersebut adalah kapal perang, mengarahkan senjatanya ke daratan dari negara pantai yang bersangkutan, atau melakukan jual beli barang-barang legal ataupun illegal dengan kapal-kapal di tengah laut teritorial negara yang bersangkutan. Bahkan khusus mengenai kapal-kapal ikan atau kapal-kapal nelayan asing foreign fishing vessels yang sedang berlayar di laut teritorial negara pantai berdasarkan atas hak lintas damai, akan dianggap tidak damai apabila kapal-kapal tersebut tidak menghormati hukum dan peraturan perundangan-undangan yang dikeluarkan oleh negara pantai yang bertujuan mencegah kapal-kapal ikan dan nelayan asing melakukkan penangkapan ikan di laut teritorialnya. Ayat 6 mewajibkan kapal-kapal selam yang berlayar di laut teritorial berdasarkan hak lintas damai, untuk berlayar di atas permukaan air laut serta wajib mengibarkan bendera nasionalnya. Kewajiban ini sudah sewajarnya I Wayan Parthiana, Op.cit, hlm. 98. sebab kapal selam yang pada umumnya adalah kapal perang jika berlayar di bawah permukaan air laut, ketika berlayar di laut teritorial tentulah akan sukar diawasi oleh negara pantai, apalagi jika negara pantai itu tidak memiliki teknologi yang canggih. †††††††††††† Pasal 16 ayat 1 memperkenankan negara pantai untuk mengambil langkah- langkah yang dipandang perlu untuk mencegah pelayaran kapal-kapal asing yang tidak damai yang terjadi di dalam lau teritorialnya. Dalam hal kapal itu melanjutkan pelayarannya menuju ke perairan pedalaman internal waters, dalam ayat 2 negara pantai juga berhak untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mencegah terjadinya pelanggaran atas persyaratan yang ditetapkan tersebut sebenarnya harus ditaati oleh kapal itu. Pada ayat 3 ditegaskan tentang hak negara pantai melakukan penundaan untuk sementara waktu terhadap pelayaran atas atas dasar hak lintas damai tersebut di area-area tertentu dari laut teritorialnya, jika penundaan itu sangat penting untuk perlindungan atas keamanan darik kapal- kapal asing itu asing itu sendiri. Pendundaan itu mulai berlaku secara efektif, hanya setelah diumumkan secara sepatutnya. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Pasal 15 ayat 1 dan 2 membebani kewajiban kepada negara pantai yaitu tidak boleh menghalang-halangi kapal-kapal asing menikmati hak lintas damai di laut teritorialnya dan berkewajiban untuk memberikan informasi yang layak mengenai daerah-daerah perairan laut teritorialnya yang berbahaya untuk pelayaran. Perbuatan menghambat atau menghalangi tersebut jelas merupakan pelanggaran atas maksud dan tujuan dari hak lintas damai itu sendiri karena merugikan bagi kapal-kapal asing. Apabila jika tindakan tersebut tidak disertai dengan alasan yang jelas dan kuat. †††††††††††† Ibid. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ I Wayan Parthiana, Op.cit, hlm. 99. Pasal 17 menentukan bahwa kapal-kapal asing yang berlayar berdasarkan hak lintas damai di laut teritorial negara pantai harus tunduk pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh negara pantai yang sesuai dengan pasal-pasal Konvensi ataupun peraturan-peraturan hukum internasional yang lain, khususnya hukum dan peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan pengangkutan dan pelayaran. Ketentuan ini memang sudah sewajarnya demikian, sebab kapal-kapal asing itu berada atau berlayar di laut teritorial yang merupakan bagian wilayah suatu negara. §§§§§§§§§§§§

b. Peraturan yang Berlaku bagi Kapal-kapal Niaga