Kesimpulan PENEGAKAN EKSPLOITASI SUMBER DAYA PERIKANAN DI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pengaturan atas eksploitasi sumber daya perikanan di wilayah laut ZEE oleh kapal asing menurut hukum internasional harus ditinjau terlebih dahulu mengenai zona wilayah atau batas-batas zona maritim suatu wilayah dan sumber daya alam yang terkandung dalam eksploitasi tersebut. Adapun zona wilayah atau batas-batas zona maritim itu meliputi perairan pedalaman laut territorial, jalur tambahan, landas kontinen, kepulauan, laut lepas, dasar samudera dalam dan zona ekonomi eksklusif. Berdasarkan tinjauan tersebut maka aturan hukum terhadap kapal asing yang melakukan eksploitasi sumber daya perikanan di wilayah laut ZEE penegakannya dikaitkan dengan hak lintas damai menurut hukum internasional yang meliputi hak lintas damai menurut Konvensi Hukum Laut Jenewa 1958 dan hak lintas damai menurut Konvensi Hukum Laut PBB 1982. 2. Pengaturan atas eksploitasi sumber daya perikanan di wilayah laut ZEE oleh kapal asing menurut hukum nasioal harus ditinjau terlebih dahulu mengenai jenis eksploitasi sumber daya perikanan yang dilakukan di wilayah ZEE tersebut. Terhadap kapal asing yang melakukan eksploitasi tersebut penegakannya didasarkan pada hak lintas damai kapal asing di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang No.4Prp.1960 tentang Perairan Indonesia dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1962 tentang Lalu Lintas Damai Kendaraan Asing di Perairan Indonesia yang merupakan tindak lanjut atas Undang-undang Nomor 4Prp. 1960 yang kemudian dirubah menjadi Undang-undang No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. Berkaitan dengan efektifitas pengaturan terhadap eksploitasi sumber daya alam diwilayah laut ZEE, p ada dasarnya peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia sudah baiknya adanya yaitu dengan mengeluarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, namun terhambat dengan pelakasanaan penegakan hukum yang lemah dan adanya tumpang tindih kewenangan sehingga menyebabkan tekanan yang berlebihan terhadap fungsi sumber daya hayati laut, juga kerusakan berupa kerusakan di kawasan laut yang disebabkan oleh pencurian hasil laut yang dapat mengancam keberlanjutan dan kelestarian sumber daya perikanan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. 3. Penegakan eksploitasi sumber daya perikanan di wilayah laut zee oleh kapal asing menurut hukum nasional dan hukum internasional tidak terlepas dari adanya tanggung jawab hukum baik dari Negara Indonesia maupun internasional. Tanggung jawab hukum ini berkaitan dengan penegakan hukum dari hukum nasional dan hukum internasional tersebut dan tidak dipungkiri selalu mengalami kendala dalam penegakannya. Adapun bebrapa contoh kasus yang berkaitan dengan penegakan terhadap eksploitasi sumber daya alam di wilayah laut ZEE antara lain Illegal Fishing di Laut Arafura dan Illegal Fishing yang terjadi di Afrika Barat. Penegakan yang dilakukan terhadap kapal asing yang melakukan illegal fishing tersebut adalah dengan melakukan penenggelaman terhadap kapal asing tersebut dan menindak para ABK didalamnya. Adapun upaya dalam penyelesaian sengketa hukum laut meliputi proses penyelesaian yang tidak mengikat para pihak dan penyelesaian perselisihan yang mengikat para pihak. Penyelesaian sengketa dengan proses penyelesaian sengketa yang tidak mengikat dilakukan melalui proses konsiliasi dan penyelesaian sengketa yang mengikat para pihak dilakukan melalui arbitrasi dan mahkamah internasional.

B. Saran