Hak Negara Tidak Berpantai dan Negara yang Geografisnya Tidak

Kapal-kapal ikan asing yang mempunyai hak akses pada zona ekonomi eksklusif suatu negara pantai harus mentaati peraturan perundang-undangan negara pantai yang bersangkutan, yang dapat berisikan kewajiban-kewajiban dan persyaratan-persyaratan mengenai berbagai macam hal, seperti perizinan,imbalan keuangan, kuota, tindakan-tindakan konservasi, informasi, riset, peninjau, pendaratan tangkapan, persetujuan-persetujuan kerja sama, dan lain sebagainya. Apabila suatu cadangan ikan berada dalam dua zona ekonomi eksklusif negara pantai atau lebih, negara-negara yang bersangkutan harus membuat persetujuan untuk langkah-langkah konservasinya. Pasal 63 konvensi menegaskan bahwa apabila suatu cadangan ikan berada di zona ekonomi eksklusif dan di luar itu, negara pantai dan negara-negara yang menangkap cadangan ikan yang sama di luar zona ekonomi eksklusif mempunyai kewajiban yang sama. †††††††††† Pada zona ekonomi eksklusifnya, suatu negara pantai dapat mengambil tindakan-tindakan untuk menjamin ditaatinya peraturan-peraturan yang telah dikeluarkannya, termasuk untuk menghentikan, memeriksa, menahan dan menuntutnya secara hukum, namun kapal yang ditahan harus dibebaskan setelah dibayarkan uang jaminan. Pasal 73 konvensi ini menyatakan negara pantai tidak boleh mengenakan pemenjaraan atau hukuman badan lainnya terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan di zona ekonomi eksklusif. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

b. Hak Negara Tidak Berpantai dan Negara yang Geografisnya Tidak

Menguntungkan Konvensi Hukum Laut Tahun 1982 tidak hanya mengatur persoalan ikan sebagai sumber daya hayati yang menguntungkan negara pantai saja, tetapi †††††††††† Albert W. Koers, Op.cit. hlm. 36. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid. konvensi memberikan peluang atau hak akses terhadap ikan bagi negara yang tidak mempunyai pantai right of landlocked states dan bagi negara yang secara geografis tidak beruntung right of geographically disadvantaged states. Pasal 69 Konvensi menyatakan bahwa negara tidak berpantai mempunyai hak untuk berperan serta atas dasar keadilan dalam penangkapan ikan dari surplus sumber daya hayati di zona ekonomi eksklusif negara-negara pantai. Hak negara tidak berpantai melakukan penangkapan ikan di zona ekonomi eksklusif suatu negara pantai selanjutnya berdasarkan persetujuan antara kedua negara tersebut. Demikian juga negara-negara yang secara geografis tidak beruntung mempunyai hak untuk berperan serta dalam penangkapan ikan di zona ekonomi ekslusif negara pantai berdasarkan keadilan dan kesepakatan antara keduanya sesuai dengan ketentuan pasal 70 Konvensi Hukum Laut Tahun 1982. Negara berpantai dan negara yang secara geografis tidak beruntung tidak dapat melaksanakan haknya tersebut apabila negara pantai yang ekonominya sangat bergantung pada eksploitasi sumber kekayaan hayati di zona ekonomi ekslusif tersebut. Oleh karena itu, semuanya bergantung dan berdasarkan kesepakatan antaera negara pantai dengan kedua jenis negara tersebut, yaitu negara tidak berpantai dan negara yang secara geografis tidak beruntung. §§§§§§§§§§

C. Kapal Asing Dalam Hukum Internasional

Kapal Asing adalah kapal yang berbendera selain bendera Indonesia dan tidak dicatat dalam daftar kapal Indonesia. . Berbicara mengenai kapal asing tidak terlepas dari adanya peranan Hak Lintas Damai terhadap kapal-kapal asing tersebut. Zaman dahulu, yakni sebelum tumbuh dan berkembangnya pranata hukum laut yang bernama laut teritorial dan §§§§§§§§§§ https:rikoapriadi.wordpress.com20130203hak-negara-atas-perikanan- menurut-konvensi-beserta-masalah-normatif. Diakses pada tanggal 17 Mei 2015 pukul 14.00 WIB. http:penelitihukum.orgtagpengertian-kapal-asing Diakses pada tanggal 28 Maret 2015 pukul 17.05 WIB laut lepas, laut masih bebas untuk dimanfaatkan oleh siapa pun tanpa ada pembatasan yang bermakna. Umumnya, pemanfaatan atas laut pada waktu itu hanyalah untuk pelayaran, baik untuk tujuan lalu lintas perdagangan, lalu lintas perpindahan orang, maupun untuk tujuan penangkapan ikan. Bahkan status hukum dari laut itu sendiri tidak pernah dipersoalkan. Laut dipandang sebagai entintas yang tidak dimiliki siapa pun res nullus, dan karena itu, siapa pun dapat memanfaatkannya untuk apa pun, contohnya berlayar ataupun mencari nafkah. ††††††††††† Ketika status hukum atas laut tersebut dipersoalkan, yang melahirkan pranata hukum laut baru adalah laut teritorial dan laut lepas. Untuk mengatasi dilema ini, ditempuh semacam jalan tengah, yakni laut teritorial tetap merupakan bagian wilayah dan kedaulatan negara pantai, tetapi kepada kapal-kapal asing diberikan hak untuk berlayar di laut teritorial dan negara pantai yang bersangkutan. Hak bagi kapal-kapal asing untuk berlayar di laut teritorial suatu negara pantai inilah yang kemudian populer dengan sebutan hak lintas damai right of innoncent passage. Hak Lintas Damai Innocent passage bermula lahir dalam praktek negara-negara di Eropa sesudah abad pertengahan dan dalam perkembangannya mendapat perumusan dalam KHL 1958. Hak lintas damai adalah hak semua negara untuk melintasi atau melayarkan kapalnya melalui perairan laut teritorial suatu Negara pantau sesuai dengan ketentuan Hukum Laut Internasional dan peraturan perundang-undangan Negara Pantai. Adapun rumusan dalam KHL 1958 antara lain : ††††††††††† I Wayan Parthiana, Op.cit, hlm. 96. a. Kapal asing yang diberikan hak melintas harus berlayar secara terus menerus tanpa berhenti kecuali dalam keadaan darurat. b. Dilarang melakukan kegiatan bongkar muat. c. Dilarang melakukan penangkapan ikan. d. Dilarang melakukan kegiatan penelitian ilmiah. e. Dilarang melakukan kegiatan latihan militer. f. Dilarang melakukan kegiatan keamanan, keselamatan, kedaulatan Negara pantai. g. Kapal asing hanya boleh melintas pada alur laut yang telah ditentukan Negara pantai. Negara pantai tidak boleh menghalangi kegiatan hak lintas damai Negara- negara kapal asing kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu. Terkait dengan implementasi hak lintas damai bagi kapal asing tersebut, Negara pantai berhak membuat peraturan yang berkenaan dengan keselamatan pelayaran dan pengaturan lintas laut, perlindungan alat bantuan serta fasilitas navigasi, perlindungan kabel dan pipa bawah laut, konservasi kekayaan alam hayati, pencegahan terhadap pelanggaran atas peraturan perikanan, pelestarian lingkungan hidup dan pencegahan, pengurangan dan pengendalian pencemaran, penelitian ilmiah kelautan dan survei hidrografi dan pencegahan pelanggaran peraturan bea cukai, fiskal, imigrasi dan kesehatan. Lintas suatu kapal asing harus dianggap membahayakan kedamaian, ketertiban atau keamanan negara pantai. Membahayakan yang dimaksud adalah jika kapal tersebut melakukan : 1. Setiap ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara pantai, atau dengan cara lain apapun yang merupakan pelanggaran atas hukum internasional sebagaimana tercantum dalam Piagam Perserikataan Bangsa-Bangsa; 2. Setiap latihan atau praktek dengan senjata macam apapun; 3. Setiap perbuatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang merugikan bagi pertahanan atau keamanan negara pantai; 4. Setiap perbuatan propaganda yang bertujuan mempengaruhi pertahanan atau keamanan negara pantai; 5. Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap pesawat udara di atas kapal; 6. Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap peralatan dan perlengkapan militer; 7. Bongkar atau muat setiap komoditi, mata uang atau orang secara bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan bea cukai, fiskal, imigrasi atau saniter negara pantai; 8. Setiap perbuatan pencemaran dengan sengaja dan serius yang bertentangan dengan Konvensi ini; 9. Setiap kegiatan perikanan; 10. Kegiatan riset atau survey; 11. Setiap perbuatan yang bertujuan mengganggu setiap sistem komunikasi atau setiap fasilitas atau instalansi lainnya dari negara pantai; 12. Setiap kegiatan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan lintas. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

1. Hak Lintas Damai Menurut Konvensi Hukum Laut Jenewa 1958