kontinen luas seperti Canada yang mendasarkan pada kriteria eksploitabilitas sebagaimana termuat dalam Konvensi Jenewa 1958 dan tetap mempertahankan
posisi bahwa mereka memiliki hak-haknya di seluruh landas kontinennya, dengan negara-negara yang menginginkan kawasan internasional seluas mungkin.
Konvensi juga menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai penetapan batas landas kontinen antara negara-negara yang pantainya berbatasan atau berhadapan.
Ketentuan dalam pasal 83 UNCLOS ini identik dengan ketentuan mengenai hal yang sama di zona ekonomi eksklusif. Ketentuan lainnya yang identik adalah
ketentuan dalam pasal 121 UNCLOS yaitu mengenai pulau yang tidak mendukung adanya kehidupan manusia atau kehidupan perekonomian yang tidak
dapat memiliki landas kontinennya sendiri.
††††††
5. Kepulauan
Pengaturan mengenai landas kontinen di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang
Landas Kontinen Indonesia.
Zona ekonomi eksklusif bukanlah satu-satunya perluasan yang drastis dari hak-hak negara-negara pantai di dalam Konvensi, rezim kepulauan yang baru pun
menunjukkan hal yang sama. Pasal 46 mengartikan suatu kepulauan sebagai kelompok pulau-pulau dan perairan yang menghubungkannya yang saling
berkaitan erat, sehingga membentuk kesatuan geografis, ekonomi dan politik atau yang secara historis telah dianggap demikian. Suatu negara kepulauan adalah
negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan. Negara-negara ini dapat menarik garis pangkal lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada
Albert W. Koers, Op.cit. hlm. 7.
††††††
Ibid.
pulau-pulau terluar dari gugusan kepulauan tersebut, dengan pulau utama termasuk ke dalam garis-garis pangkal tersebut, dengan perbandingan antara
perairan dan daratan tidak melebihi 9 : 1 dengan suatu pengecualian, panjang garis pangkal tidak boleh melebihi 100 mil laut dan tidak boleh menyimpang dari
kofigurasi umum kepulauan sesuai dengan Pasal 47. Pasal 48 menegaskan lebar laut teritorial, jalur tambahan, zona ekonomi
eksklusif dan landas kontinen diukur dari garis-garis pangkal tersebut. Ini berarti bahwa kedaulatan negara kepulauan meliputi perairan yang dikelilingi oleh garis-
garis pangkal tersebut, termasuk udara di atasnya serta dasar laut di bawahnya. Namun demikian tidaklah dapat disimpulkan bahwa perairan kepulauan ini sama
dengan perairan pedalaman. Perbedaannya adalah bahwa perairan kepulauan tunduk kepada suatu rezim khusus tentang pelayaran dan lintas penerbangan.
‡‡‡‡‡‡
6. Laut Lepas
Laut lepas terbuka bagi semua negara, baik negara yang berpantai maupun yang tidak berpantai, dan kebebasan di laut lepas ini, antara lain adalah; a
kebebasan berlayar; b kebebasan untuk terbang di atasnya; c kebebasan untuk meletakan kabel dan pipa bawah laut; d kebebasan untuk membangun pulau-
pulau buatan dan instalasi-instalasi lainnya; e kebebasan menangkap ikan; dan f kebebasan melakukkan riset ilmiah. Kebebasan-kebebasan ini harus
dilaksanakan oleh negara-negara dengan mempertimbangkan kepentingan negara- negara lain, serta hak-hak yang tercantum dalam Konvensi mengenai eksploitasi
kawasan dasar laut dalam sesuai dengan Pasal 87. Laut lepas harus digunakan
‡‡‡‡‡‡
Albert W. Koers, Op.cit. hlm. 11.
hanya untuk maksud-maksud damai, dan tidak ada satu negara pun dapat menyatakan kedaulatannya terhadap bagian dari laut lepas ini.
§§§§§§
7. Dasar Samudera Dalam