yang berada pada arah darat dari garis penutup tersebut juga mempunyai status sebagai perairan pedalaman.
§§§§
Ketentuan-ketentuan tersebut di atas dalam Konvensi ini pada umumnya mengambil alih ketentuan-ketentuan Konvensi 1958 tentang Laut Teritorial dan
Jalur Tambahan yang telah di uraikan di atas. Kedudukan negara pantai tetap dipertahankan sebagai pemilik kedaulatan penuh atas lautperairan pedalamannya.
Kedaulatan ini pun tidak disertai dengan keharusan untuk menjamin hak lintas damai bagi kapal asing sebagaimana halnya di laut teritorial.
2. Laut Teritorial
Pasal 2 Konvensi menentukan bahwa kedaulatan negara pantai meliputi laut teritorialnya, termasuk ruang udara di atasnya dan dasar laut di bawahnya.
Dalam hukum laut yang baru ini kedaulatan negara tetap dibatasi dengan hak lintas damai bagi kapal asing.
Selain ketentuan mengenai garis pangkal untuk mengukur lebar laut teritorial garis air rendah, garis pangkal lurus, dan garis penutup sebagaimana
telah disebutkan di atas, Konvensi memuat ketentuan yang lebih terinci mengenai beberapa keadaan khusus yang dapat mempengaruhi penetapan garis pangkal,
seperti instalasi pelabuhan, tempat berlabuh di tengah laut dan evelasi surut dan yang lebih penting lagi adalah adanya kenyataan di mana telah dicapai
kesepakatan mengenai batas terluar laut teritorial yaitu 12 mil laut diukur dari garis pangkal sesuai dengan pasal 4 UNCLOS. Artinya, ini merupakan pemecahan
terhadap suatu masalah yang belum terselesaikan pada Konferensi Hukum Laut yang pertama dan kedua, yang diadakan pada tahun 1958 dan 1960. Beberapa
§§§§
Ibid, Pasal 10
negara tertentu batas 12 mil ini merupakan perluasan laut teritorialnya, sedangkan untuk beberapa negara lainnya hal ini diartikan sebagai kegagalan Konvensi untuk
mengesahkan tuntutan mereka yang lebih luas lagi. Belanda termasuk ke dalam kelompok pertama, dan peraturan perundang-undangan yang memperluas laut
teritorialnya hingga 12 mil telah disahkan dan mulai berlaku pada tahun 1985. Lebih jauh lagi, lebar laut teritorial 12 mil ini mengakibatkan beberapa
selat yang menurut hukum laut klasik termasuk ke dalam pengaturan laut lepas, kini tunduk pada pengaturan laut teritorial; kebebasan berlayar yang dahulu
dinikmati di laut lepas kini tidak diperoleh lagi di selat-selat tersebut. Mengenai hal ini Konvensi mencantumkan beberapa ketentuan khusus untuk selat-selat
tertentu, di mana hak lintas damai dianggap tidak mencukupi lagi. Akhirnya Konvensi memuat ketentuan-ketentuan untuk penetapan batas laut teritorial antara
negara-negara yang pantainya berhadapan dan berdampingan, apabila tidak ada persetujuan yang menyatakan sebaliknya, tidak satu negara pun yang berhak
untuk menetapkan batas laut teritorialnya melebihi garis tengah, yaitu garis yang titik-titiknya sama jarak dari titik-titik terdekat pada garis-garis pangkal yang
digunakan untuk mengukur lebar laut teritorial masing-masing negara seperti yang diatur dalam pasal 15 UNCLOS.
†††††
3. Jalur Tambahan