pembahasan mengenai kasus pelanggaran yang terjadi di wilayah Indonesia atau pun di negara lain. Bab ini juga berisi tentang
upaya yang dilakukkan untuk menyelesaikan sengketa yang dihadapi.
BAB V : Penutup
Bab ini terdiri dari kesimpulan serta penutup dan saran. Merupakan bagian akhir dari skripsi, maka dalam bab ini
dirangkum intisari dari penelitian yang telah dilakukkan, serta memberikan saran terhadap penegakkan hukum terhadap
eksploitasi yang dilakukan oleh kapal asing di wilayah ZEE.
BAB II PENGATURAN ATAS EKSPLOITASI SUMBER DAYA PERIKANAN DI
WILAYAH LAUT ZEE OLEH KAPAL ASING MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
A. Batas-Batas, Zona dan WilayahKawasan Maritim
1. Perairan Pedalaman
Lebar laut teritorial diukur dari apa yang disebut “garis pangkal” dan perairan yang berada pada arah darat dari garis tersebut dinyatakan sebagai
perairan pedalaman. Artinya, batas laut teritorial pada arah ke darat merupakan
batas terluar dari perairan pedalaman suatu negara.
§§§
Garis pangkal biasa untuk mengukur lebar laut teritorial adalah garis terendah, di mana pada keadaan seperti
ini tentunya tidak terdapat perairan pedalaman namun dalam keadaan-keadaan tertentu dapat digunakan garis pangkal yang lain, yang akan menimbulkan adanya
perairan pedalaman.
a. Apabila garis pangkal sangat menjorok ke dalam atau apabila terdapat jajaran
pulau-pulau di sepanjang pantai, suatu garis pangkal lurus dapat ditarik dari titik-titik tertentu pada pantai atau pulau-pulau tersebut. Garis pangkal lurus
harus mengikuti arah umum namun dari pantai dan perairan ke arah darat dari garis ini yang akan membentuk perairan pedalaman harus sangat erat
kaitannya dengan daratan. Keadaan-keadaan tersebut adalah :
††††
b. Apabila sebuah sungai langsung bermuara ke laut, garis pangkal dapat ditarik
melintasi mulutnya dengan melintasi mulutnya dengan menghubungkan titik- titik pada garis air rendah di tepi muara tersebut.
‡‡‡‡
c. Apabila daratan sangat cekung ke dalam sehingga dapat dikatakan adanya
perairan yang dilingkupi oleh daratan dalam keadaan di mana daerah lekukan lebih besar dari setengah lingkaran dengan diameter yang sama
lebarnya dengan lebar mulut lekukan tersebut, laut teritorial dapat diukur dari garis penutup yang ditarik pada mulut lekukan, dengan ketentuan bahwa
garis penutup tersebut panjangnya tidak boleh melebihi 24 mil laut. Perairan
§§§
Albert W. Koers, Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut, UGM Press, Yogyakarta, 1991. hlm. 5.
United Nations Convention On The Law Of The Sea, 1982. Pasal 5.
††††
United Nations Convention On The Law Of The Sea, 1982. Pasal 7.
‡‡‡‡
Ibid, Pasal 9.
yang berada pada arah darat dari garis penutup tersebut juga mempunyai status sebagai perairan pedalaman.
§§§§
Ketentuan-ketentuan tersebut di atas dalam Konvensi ini pada umumnya mengambil alih ketentuan-ketentuan Konvensi 1958 tentang Laut Teritorial dan