Perbuatan Kapal Asing yang Merugikan Kedamaian, Ketertiban atau

Selanjutnya, Pasal 18 ayat 1 menegaskan tentang pengertian “lintas” passage yakni : ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Pelayaran melalui laut teritorial untuk tujuan : a. Melintasi laut teritorial tanpa memasuki perairan pedalaman ataupun tanpa singgah di tempat kapal berlabuh di tengah laut roadstead ataupun fasilitas pelabuhan di luar perairan pedalaman; b. Melintasi laut teritorial; 1 Menuju ke perairan pedalaman atau singgah di tempat berlabuh di tengah laut roadstead atau fasilitas pelabuhan di luar laut pedalaman, atau 2 Melintasi laut teritorial dalam pelayaran dari laut pedalaman ataupun dari tempat berlabuh di tengah laut atau dari fasilitas pelabuhan di luar laut pedalaman. Ketentuan ini secara tegas mengakui hak lintas damai bagi kapal asing di laut teritorial dari perairan pedalaman. Bahwa kapal asing itu ada yang hanya berlayar di laut teritorial saja, ada pula yang berlayar di laut teritorial dengan tujuan ke suatu pelabuhan di perairan pedalaman, atau untuk tujuan berlabuh di tempat berlabuh di tengah laut roadstead, atau juga untuk keperluan tertentu di fasilitas pelabuhan di luar laut pedalaman masih dalam area laut teritorial. Selama dalam pelayaran berdasarkan hak lintas damai, kapal asing itu harus berlayar terus menerus, langsung serta dalam tempo yang secepat mungkin. Ini berarti, bahwa kapal itu tidak boleh berhenti ataupun melakukan tindakan- tindakan lain, seperti membuang jangkar atau sauh tanpa suatu alasan yang jelas. Meskipun demikian, berhenti ataupun membuang jangkar atau sauh dapat dibenarkan, sepanjang memang ada alasan yang kuat untuk itu. Demikian ditegaskan dalam Pasal 18 ayat 2. §§§§§§§§§§§§§§

b. Perbuatan Kapal Asing yang Merugikan Kedamaian, Ketertiban atau

Keamanan Negara Pantai ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Konvensi Hukum Laut PBB 1982, Pasal 18 Ayat 1 §§§§§§§§§§§§§§ I Wayan Parthiana, Op.cit, hlm. 107. Pasal 19 ayat 1 dan 2 menegaskan tentang “lintas damai” dan pembatasan- pembatasannya. Pasal 19 ayat 1 merumuskan “lintas damai” itu secara negatif, yakni lintas damai adalah sepanjang tidak merugikan kedamaian, ketertiban, atau keamanan negara pantai. Lintas damai itu harus dilakukan sesuai dengan ketentuan Konvensi dan peraturan-peraturan hukum internasional lainnya. Oleh karena pengertiannya atau definisnya negatif, timbul pertanyaan kemudian, apa kriterianya suatu lintas itu itu dikatakan tidak merugikan kedamaian, ketertiban, dan keamanan negara pantai? Pasal 19 ayat 2 tidak mendefinisikannya, tetapi hanya menyebutkan secara limitatif tindakan atau perbuatan yang tergolong merugikan kedamaian, ketertiban atau keamanan negara pantai. Tegasnya, Pasal 19 ayat 2 menyatakan sebagai berikut : Lintas suatu kapal asing harus dianggap merugikan kedamaian, ketertiban dan keamanan negara pantai, apabila kapal tersebut di laut teritorial melakukan salah satu kegiatan sebagai berikut : a. Mengancam dengan atau menggunakan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, atau kemerdekaan politik negara pantai, atau dengan cara lain apa pun yang merupakan pelanggaran terhadap asas-asas hukum internasional sebagaimana tercantum di dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa; b. Setiap pelatihan ataupun praktik dengan menggunakan senjata jenis apa pun; c. Setiap perbuatan yang bertujuan untuk menghimpun informasi yang merugikan pertahanan atau keamanan negara pantai; d. Setiap perbuatan propaganda yang ditujukan untuk mempengaruhi pertahanan dan keamanan negara pantai; e. Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap pesawat udara di atas kapal; f. Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap peralatan dan perlengkapan militer; g. Pembongkaran ataupun pemuatan setiap komoditas, mata uang ataupun orang, yang bertentangan dengan hukum atau peraturan perundangan- undangan negara pantai yang berkenaan dengan bea-cukai customs, fiskal fiscal, imigrasi immigration, dan kesehatan sanutary. Konvensi Hukum Laut PBB 1982, Pasal 19 Ayat 2. h. Setiap perbuatan yang merupakan pencemaran yang dilakukan dengan sengaja dan sangat serius yang bertentangan dengan ketentuan Konvensi; i. Setiap kegiatan yang berkenaan dengan perikanan; j. Setiap kegiatan dalam bidang penelitian atau survei; k. Setiap perbuatan yang bertujuan menganggu sistem komunikasi atau fasilitas atau instalansi lainnya dari negara pantai; l. Setiap kegiatan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan masalah lintas. Konvensi Hukum Laut Jenewa 1958, tegasnya Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan yakni Pasal 14 ayat 4 yang rumusannya juga negatif, sama sekali tidak merinci tindakan atau perbuatan yang merugikan kedamaian, ketertiban, atau keamanan negera pantai. Tiadanya penegasan kedamaian, ketertiban, atau keamanan negara pantai, mengakibatkan mengakibatkan kemungkinan terjadinya ketidakpastian hukum, khususnya bagi kapal-kapal asing. Dalam kedua Konvensi beberapa kali disebut-sebut “hukum atau peraturan perundang-undangan negara pantai”. Akan tetapi, Konvensi Hukum Laut Jenewa 1958 sama sekali tidak merinci, meliputi hukum dan peraturan perundang- undangan apa saja yang dimaksudkan. Oleh karena itu Konvensi Hukum Laut PBB 1982, merinci secara limitatif. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 21 ayat 1 sebagai berikut : Negara pantai dapat membuat peraturan perundang-undangan sesuai dengan ketentuan Konvensi ini dan peraturan hukum internasional lainnya yang bertalian dengan lintas damai melalui laut teritorial, mengenai semua atau setiap hal berikut: a. Keselamatan navigasi dan pengaturan lalu lintas maritim; b. Perlindungan alat-alat pembantu dan fasilitas navigasi serta fasilitas atau instalansi lainnya; c. Perlindungan kabel dan pipa bawah laut; d. Konservasi kekayaan hayati laut; e. Pencegahan peraturan perundang-undangan perikanan negara pantai; f. Pelestarian lingkungan negara pantai dan pencegahan, pengurangan, dan pengendalian pencemarannya; g. Penelitian ilmiah kelautan dan survei hidrografi; h. Pencegahan peraturan perundang-undangan bea-cukai fiskal imigrasi dan kesehatansaniter negara pantai. †††††††††††††††

4. Peraturan yang Berlaku bagi Kapal Perang dan Kapal Pemerintah yang