Sejarah dan Perkembangan Keluarga Berencana

keluarga yang matang maka kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi. 22 Dalam pengertian sempitnya secara khusus keluarga berencana dalam kehidupan sehari-hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar persetubuhan. 22

2.4. Sejarah dan Perkembangan Keluarga Berencana

Masalah keluarga berencana dapat disoroti oleh etika individual, etika sosial, dan etika seksual. 21 Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar negeri. Pada awal abad ke-19, di Inggris, upaya keluarga berencana mula- mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes 1880-1950 menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger 1883-1966 yang dengan Program Birth Control-nya merupakan pelopor Keluarga Berencana Modern. 23 Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada November 1921 diadakan American National Birth Control Conference I. Salah satu hasil konferensi tersebut adalah pendirian American Birth Control League dengan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Pada tahun 1948, Margareth Sanger ikut mempelopori pembentukan International Committee on Planned Paranthood yang dalam konferensinya di New Delhi pada 1952 meresmikan berdirinya International Planned Universitas Sumatera Utara Parenthood Federation IPPF. Sejak saat itu berdirilah perkumpulan – perkumpulan Keluarga Berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 23 Pelopor KB di Indonesia adalah Dr. Sulianti Saroso pada tahun 1952 yang menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi. Pada tanggal 23 Desember 1957 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI diresmikan oleh dr. R. Soeharto sebagai ketua. Beliau memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3 macam usaha yaitu mengatur kehamilanmenjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan, dan memberi nasehat perkawinan. 20 Pada Februari 1967 telah dilaksanakan Kongres pertama PKBI yang mengharapkan agar program KB dicanangkan sebagai program pemerintah. Pada November 1968 berdirilah Lembaga Keluarga Berencana Nasional LKBN yang diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam kebijaksanaan. Tahun 1970 pengelolaan program KB dikelola oleh suatu badan independent, yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN, menggantikan LKBN, yang pertanggungjawabannya langsung kepada Presiden RI. 23 Program KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran. Sejak Pelita III dampak demografis dari Program KB memperhatikan target penurunan tingkat kelahiran kasar, yaitu dengan menetapkan target penurunan 50 dari 44 tahun 1971 menjadi 22 pada tahun 1990. Sedangkan pada Pelita V Program KB Nasional mencanangkan gerakan KB Nasional, yaitu Universitas Sumatera Utara gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. 23 Tahap selanjutnya program KB menjadi Gerakan KB yang ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manumur dilandasi oleh Undang-Undang No.10 tahun 1992 tentang kependudukan dan keluarga sejahtera. Ini berarti bahwa tahapan yang akan dilaksanakan merupakan tahap pembinaan yang semakin teknis dalam mewujudkan keluarga sejahtera dan berkualitas. 20 Pada tanggal 29 Juni 1994 Presiden Soeharto mencanangkan gerakan pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga. Pelayanan yang diberikan dan strategi yang digunakan selalu berupaya memuaskan pelanggan sehingga sekarang program KB bukan semata-mata kepentingan pemerintah melainkan sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Masyarakat dan calon akseptor sudah lebih memahami keuntungan dan manfaat penggunaan kontrasepsi. Sistem pelayanan yang diterapkan sekarang adalah sistem cafeteria dimana masyarakat sudah mampu memilih sendiri cara kontrasepsi apa yang terbaik dan cocok untuknya. Petugas kesehatan memberikan KIE Keluarga Informasi Edukasi atau konseling dan pengambil keputusan adalah pasangan suami istri. 20 Universitas Sumatera Utara

2.5. Tujuan Keluarga Berencana