sederhana seperti di PuskesmasPuskesmas Pembantu, sampai pada yang sangat canggih pelayanannya paripurna seperti di rumah sakit. Berdasarkan status
pemilikan atau pengelolaannya, klinik KB dibedakan atas 2 macam yaitu :
2
1 Klinik KB Pemerintah adalah klinik KB yang dikelola dan dibiayai oleh
pemerintah, seperti Puskesmas, rumah sakit pemerintah, klinik KB milik TNIPOLRI, dan klinik KB milik instansi pemerintah lainnya.
2 Klinik KB Swasta adalah klinik KB yang dikelola dan dibiayai oleh swasta atau
LSOM, seperti praktek bidandokter, klinik KB perusahaan, klinik KB IBI, dan klinik KB swasta lainnya.
Alat kontrasepsi kondom dan pil KB  dapat diperoleh di apotik, RS, Klinik KB, Puskesmas, Tim Keluarga Berencana Keliling TKBK, Pos Alat Keluarga
Berencana Desa PAKBD, Pembantu Petugas Keluarga Berencana Desa PPKBD, dokter, dan bidan swasta.
34
Suntik KB, ImplantAKBK, dan IUDAKDR dapat diperolehdilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, praktek dokter dan bidan swasta. Sedangkan kontap
seperti tubektomi hanya dapat dilakukan di rumah sakit dan puskesmas atau klinik KB yang memiliki tenaga terlatih untuk melakukan tubektomiMOW.
34
2.12. Keluarga Sejahtera
Berdasarkan UU No.10 tahun 1992 ditetapkan bahwa gerakan KB berkembang menjadi gerakan keluarga sejahtera. Keluarga sejahtera adalah keluarga
yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan  materiil yang layak bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang sama, selaras, seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
35
Tingkatan Keluarga Sejahtera KS adalah suatu tingkatan yang menyatakan kesejahteraan suatu  keluarga. Dilihat dari segi tahapan pencapaian tingkat
kesejahteraan, maka keluarga dikelompokkan atas 5 tahap BKKBN, 1999 yaitu :
35
1 Keluarga Prasejahtera Pra-S yakni keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal seperti pengajaran, agama, sandang, pangan, papan, dan kesehatan.
2 Keluarga Sejahtera Tahap I KS I adalah keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal sesuai kebutuhan dasar pada keluarga pra sejahtera tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan social psikologis
keluarga seperti pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan.
3 Keluarga Sejahtera Tahap II KS II adalah keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan psikologis tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan menabung dan memperoleh informasi.
4 Keluarga Sejahtera Tahap III KS III adalah keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan pada tahapan keluarga I dan II namun belum dapat memberikan sumbangan kontribusi maksimal terhadap masyarakat dan berperan secara aktif
dalam masyarakat. 5
Keluarga Sejahtera Tahap III Plus KS III+ adalah keluarga yang dapat memenuhi semua kebutuhan keluaga pada tahapan I sampai dengan III.
Universitas Sumatera Utara
2.13. Epidemiologi Alat Kontrasepsi 2.13.1. Distribusi Alat Kontrasepsi
Peserta KB di Indonesia masih didominasi oleh perempuan. Pemerintah dengan berbagai sumber daya yang ada telah berupaya untuk meningkatkan kesertaan
pria dalam ber-KB. Namun hasilnya belum seperti yang diharapkan. Dalam RPJMN 2004-2009 kesertaaan pria ber KB ditargetkan sebesar 4,5. Hasil SDKI 2007
menunjukkan kesertaan pria baru mencapai 1,5.
36
Berdasarkan Mini Survei Pemantauan PUS tahun 2005, persentase peserta KB aktif terhadap PUS menurut kelompok umur wanita, yang tertinggi pada kelompok
umur 30-34 tahun 71,0 dan 35-39 tahun 71,0, dan terendah kelompok umur ≤
19 tahun 41,0.
37
Berdasarkan Susenas tahun 2007, persentase peserta KB aktif terhadap PUS all method menurut provinsi di Indonesia sebesar  66,0. Persentase tinggi dicapai
oleh Bali 78,0, Bengkulu 78,0, Jawa Timur 74,0, dan Jawa Barat 74,0. Sedangkan persentase rendah ditempati oleh Papua 39,0, Maluku 47,0, dan
Nusa Tenggara Timur 48,0.
37
Berdasarkan Pemantauan PUS melalui Mini Survei 2008, persentase berdasarkan semua cara kontrasepsi tertinggi dicapai oleh Provinsi Bengkulu 77,5
dengan semua cara modern sebesar 77,3. Alat kontrasepsi yang banyak digunakan suntikan 46,9, pil 17,0, implant 7,0, IUD 3,8, MOW 1,6, kondom
0,6, dan MOP 0,2. Sedangkan persentase terendah adalah Provinsi Papua 35,4 untuk semua cara kontrasepsi. Alat kontrasepsi yang banyak digunakan
Universitas Sumatera Utara
adalah suntik 21,4, pil 8,5, implant 2,9, MOW 2,1, MOP 0,3, IUD 0,1, dan kondom 0,1.
16
Berdasarkan Mini survey 2008, alat kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia adalah suntik KB 36,4, dengan persentase suntik KB tertinggi di
Provinsi Banten 47,6 dan terendah di Provinsi Papua Barat 19,9. Kemudian pil 17,9, dengan persentase tertinggi di Provinsi Kalimantan Selatan 35,8 dan
terendah di Provinsi Bali 7,4. Penggunaan IUD 5,1, dengan persentase tertinggi di Provinsi Bali 31,8 dan terendah di Provinsi Papua 0,1. Pemakaian
Implant di Indonesia 3,7 dengan persentase tertinggi di Provinsi Gorontalo 10,4 dan terendah di Provinsi NAD 0,6.
16
Pemakaian alat kontrasepsi MOW di Indonesia tahun 2008 sebesar 2,1, dengan persentase tertinggi di Provinsi Jawa Tengah 4,3 dan Sumatera Utara
4,3 dan terendah di Provinsi Bali 0,1. Sedangkan kondom 0,7, dengan persentase tertinggi di DI Yogyakarta 2,4 dan terendah di Provinsi Maluku Utara
0,1. Penggunaan alat kontrasepsi terendah tahun 2008 di Indonesia adalah kontrasepsi MOP hanya 0,2, dengan persentase tertinggi di Provinsi Jawa Tengah
0,6 dan terendah di Provinsi Kalimantan Barat 0,0.
16
Universitas Sumatera Utara
2.13.2. Determinan Alat Kontrasepsi a. Faktor Host
a.1. Umur
Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan. Depdiknakes, 2002. Umur yang dimaksud disini adalah umur akseptor KB. Umur mempengaruhi akseptor
dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor umur dapat ditentukan fase- fase penggunaan alat kontrasepsi yang ideal. Umur kurang 20 tahun merupakan fase
menunda kehamilan, umur antara 20-35 tahun adalah fase menjarangkan kehamilan, dan umur antara 35 tahun lebih merupakan fase mengakhiri kehamilan.
20
Berdasarkan Mini Survei Pemantauan PUS tahun 2007, persentase peserta KB aktif terhadap PUS menurut kelompok umur wanita, kelompok umur
≤ 19 tahun 42,0, 20-24 tahun 57,0, 25-29 tahun 64,0, 30-34 tahun 69,0, 35-39
tahun 72,0, 40-44 tahun 69,0, dan 45-49 tahun 58,0.
38
Penelitian-penelitian terdahulu sudah banyak mengungkapkan tentang adanya hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi. Dari penelitian yang dilakukan di
Kecamatan Cipayung Jakarta Timur, Jatipura 1994:552 melaporkan ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan penggunaan kontrasepsi. Mereka yang
berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.
38
a.2. Jenis Kelamin