Agama Pendidikan Akseptor Karakteristik Akseptor Berdasarkan Sosiodemografi 1. Umur Akseptor

laki-laki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan suatu keluarga mempunyai banyak anak. Jika keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan istri dan menikah lagi agar terpenuhi keinginannya. Hal ini dapat menjadi salah satu penghambat dalam pelaksanaan program KB yang dengan slogannya bahwa jumlah anak yang sebaiknya dimiliki yaitu 2 anak cukup, laki-laki atau perempuan sama saja. 49

6.1.6. Agama

Distribusi proporsi akseptor berdasarkan agama di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Agama Akseptor 80,2 12,4 7,4 Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Gambar 6.6. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Agama di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 6.6. dapat dilihat bahwa proporsi pengguna alat kontrasepsi berdasarkan agama akseptor tertinggi agama Islam 80,2 dan terendah Kristen Katolik 7,4. Hal ini dikarenakan penduduk di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar mayoritas beragama Islam. Bukan berarti masyarakat Islam yang hanya mau ber-KB. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 dari 5 jenis agama yang dianut penduduk Sumatera Utara SUMUT, terlihat persentase penduduk yang beragama Islam menempati persentase tertinggi 65,45, Kristen Katolik dan Protestan 31,40, Hindu 0,19, dan Buddha 2,82. 48 Aturan-aturan dalam masing-masing agama yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi berbeda. Dalam agama Islam tidak semua cara kontrasepsi yang dimasyarakatkan program KB dapat dipakai oleh umat Islam. Ada cara kontrasepsi yang dilarang yaitu IUD, MOP dan MOW. Cara kontrasepsi yang diperbolehkan dalam Islam adalah pil, suntik, kondom, senggama terputus, salep, diafragma, dan pantang berkala ketegori jenis kontrasepsi kurang efektif menurut BKKBN. 39 Di kalangan non Islam boleh dikatakan tidak ada larangan yang tegas dalam hal pemakaian jenis kontrasepsi yang dimasyarakatkan oleh program KB, kecuali agama Katolik. Agama Katolik pada dasarnya hanya memperbolehkan pantang berkala berdasarkan Humanae vitae yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, tetapi dalam pelaksanaannya di Indonesia MAWI memberikan kelonggaran, sehingga pemeluk Katolik dapat memakai kontrasepsi modern berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu. 39 Universitas Sumatera Utara

6.1.7. Pendidikan Akseptor

Distribusi proporsi akseptor berdasarkan pendidikan di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 0,4 19,4 24,8 42,6 12,8 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Tidak tamat SD SD SLTP SLTA AkademikPT Pendidikan Akseptor P ro p o rs i Gambar 6.7. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 Berdasarkan gambar 6.7. dapat dilihat bahwa proporsi pengguna alat kontrasepsi berdasarkan pendidikan akseptor tertinggi pada tingkatan SLTA 42,6 dan terendah tidak tamat SD 0,4. Tingkat pendidikan akan meningkatkan kontrol terhadap alat kontrasepsi dan pengendalian fertilitas. Pendidikan memfasilitasi perolehan informasi tentang keluarga berencana, meningkatkan komunikasi suami istri dan akan meningkatkan pendapatan yang memudahkan pasangan untuk menjangkau alat kontrasepsi. Meningkatnya level pendidikan akan meningkatkan pula penggunaan alat kontrasepsi. 46 Universitas Sumatera Utara Perbedaan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemikiran seseorang, tidak terkecuali keikutsertaan berkeluarga berencana. Sebab keluarga berencana sendiri masih menimbulkan pro dan kontra di dalam masyarakat. Bagi masyarakat yang berpendidikan tinggi akan menyadari maksud yang sebenarnya dari program keluarga berencana dan sebaliknya bagi masyarakat yang berpendidikan rendah, mereka masih berprinsip bahwa banyak anak banyak rezeki. Jadi, tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap keikutsertaan berkeluarga berencana. 50

6.1.8 Pendidikan Suami Akseptor