Tempat Pelayanan KB PEMBAHASAN

Tingkat kesertaan KB penduduk SUMUT terus meningkat yaitu 57,4 SDKI 1997 menjadi 60,3 SDKI 20022003. Walaupun demikian, terdapat kecenderungan yang kuat dari peserta KB untuk memilih kontrasepsi hormonal dan berjangka pendek. Secara tegas terjadi peningkatan penggunaan kontrasepsi non hormonal yang bersifat jangka panjang. Walaupun ada kecenderungan menurunnya prevalensi penggunaan pil KB dari 17,1 SDKI 1994, 15,4 SDKI 1997 menjadi 13,2 SDKI 20022003. 12 Pemilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafetaria atau supermarket, calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya. Menurut Hartanto 2004, beberapa faktor yang mempengaruhi dalam memilih metode kontrasepsi yaitu faktor pasangan umur, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan alat kontrasepsi yang lalu, faktor kesehatan riwayat penyakit, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik dan faktor metode kontrasepsi efektivitas, efek samping, keuntungan, kerugian, komplikasi, biaya. 45

6.5. Tempat Pelayanan KB

Distribusi proporsi akseptor berdasarkan tempat pelayanan KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Tempat Pelayanan KB 63,6 36,4 Klinik KB Swasta Klinik KB Pemerintah Gambar 6.16. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Tempat Pelayanan KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 Berdasarkan gambar 6.16. dapat dilihat bahwa proporsi akseptor berdasarkan tempat pelayanan KB tertinggi adalah yang ber-KB ke klinik KB swasta 63,6. Berdasarkan hasil penelitian Purba 2009 di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu dari 100 responden, 28 responden ikut KB sedang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 12 responden 42,86 mendapatkan alat kontrasepsi di klinik swasta, 11 responden 39,28 di praktek dokterbidan, dan 5 responden 17,86 di apotek. 44 Akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar lebih banyak yang ber-KB ke klinik KB swasta seperti ke bidan atau praktek dokter. Hal ini dikarenakan klinik KB pemerintah seperti Puskesmas, letaknya cukup jauh dari kelurahan tersebut. Biaya yang dikeluarkan untuk ongkos angkutan ke Puskesmas sudah dapat digunakan untuk biaya ber-KB. Sehingga akseptor lebih memilih ke tempat yang terdekat. Ketersediaan dan keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan Universitas Sumatera Utara mempengaruhi seseorang dalam memilih tempat pelayanan kesehatan, termasuk dalam memilih tempat dimana akseptor akan ber-KB. Semakin sulit mencapai akses kesehatan, maka semakin jarang masyarakat ke tempat pelayanan kesehatan tersebut. Didalam upaya meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, jaminan ketersediaan alat, obat, dan cara kontrasepsi merupakan faktor penting yang tidak mungkin diabaikan. Data SDKI 1997 dan 20022003 menunjukkan adanya kecenderungan meningkatnya peserta KB untuk memilih pelayanan KB yang disediakan oleh pihak swasta. Fakta tersebut dapat dilihat dari meningkatnya peserta KB jalur swasta menjadi 63,0 tahun 20022003 dibandingkan tahun 1997 sebesar 57. 53

6.6. Tingkatan Keluarga Sejahtera