alat kontrasepsi efektif lebih banyak mendapatkan pelayanan KB ke klinik KB pemerintah 55,3. Hal ini dikarenakan kontrasepsi efektif lebih sulit dalam
pelaksanaanpemasangannya karena harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Selain itu biaya yang diperlukan lebih mahal meskipun lebih efektif karena tidak ada
faktor lupa. Jika pemasangan dilakukan di klinik pemerintah diharapkan lebih murah karena mendapatkan subsidibantuan dari pemerintah.
6.7.5. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tingkatan Keluarga Sejahtera
Distribusi proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan tingkatan keluarga sejahtera akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
33,3 62,1
66,7
37,9
10 20
30 40
50 60
70 80
Keluarga Miskin Tidak Keluarga Miskin
Tingkatan Keluarga Sejahtera P
ro p
o rs
i
Kontrasepsi kurang efektif Kontrasepsi efektif
Gambar 6.28. Distribusi Proporsi Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tingkatan Keluarga Sejahtera Akseptor di
Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009
Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p 0,05 yang berarti ada perbedaan proporsi yang bermakna jenis kontrasepsi berdasarkan tingkatan keluarga
Universitas Sumatera Utara
sejahtera akseptor. Proporsi akseptor yang merupakan keluarga miskin secara bermakna lebih tinggi menggunakan kontrasepsi efektif dibandingkan dengan
kontrasepsi kurang efektif. Sedangkan proporsi akseptor yang merupakan tidak keluarga miskin secara bermakna lebih tinggi menggunakan kontrasepsi kurang
efektif dibandingkan dengan kontrasepsi efektif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mutalazimah 2001 di
Wilayah Kerja Puskesmas Prambanan I Kabupaten Sleman dengan desain Cross Sectional yang memperoleh hasil bahwa ada hubungan penggunaan metode
kontrasepsi dengan status keluarga p = 0,014.
58
Tingkatan keluarga sejahtera mempengaruhi pengguna alat kontrasepsi dalam memilih jenis kontrasepsinya karena menunjukkan status sebuah keluarga apakah
dapat memenuhi kebutuhan mereka atau tidak. Hal ini berpengaruh terhadap daya beli keluarga tersebut salah satunya pemenuhan dalam ber-KB.
Universitas Sumatera Utara
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
7.1.1. Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan sosiodemografi akseptor yakni pada kelompok umur 47 – 49 tahun 15,1, perempuan 93,8, suku Jawa
66,7, agama Islam 80,2 , pendidikan SLTA 42,6, dan tidak bekerja 43,0. Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan sosiodemografi suami
akseptor adalah kelompok umur 38 – 41 tahun 17,4, SLTA 48,7, dan pegawai swasta 36,0. Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan
sosiodemografi istri akseptor kelompok umur 41 – 43 tahun 18,75, SLTA 56,3, dan tidak bekerja 68,7.
7.1.2. Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan jumlah anak adalah yang mempunyai 2 anak dengan proporsi 61,6.
7.1.3. Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan jenis kelamin anak adalah mempunyai anak yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan proporsi 67,8.
7.1.4. Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan jenis kontrasepsi adalah menggunakan pil KB dengan proporsi 31,4.
7.1.5. Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan tempat pelayanan KB adalah di klinik KB swasta dengan proporsi 63,6.
7.1.6. Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan tingkatan keluarga sejahtera adalah keluarga sejahtera tingkat II KS II dengan proporsi 59,3.
7.1.7. Ada perbedaan proporsi yang bermakna jenis kontrasepsi berdasarkan umur akseptor 81,4 vs 18,6 ; p = 0,000.
Universitas Sumatera Utara