Jenis Kelamin Anak Jenis Kontrasepsi

nilai-nilai tentang anak merupakan aspek yang penting. Kadang-kadang jumlah anak yang diinginkan lebih besar daripada jumlah anak yang mampu dirawat dengan baik. 49 Jumlah anak yang dilahirkan merupakan faktor yang cukup penting didalam menentukan keikutsertaan dalam program KB. Pada umumnya praktek KB akan lebih tinggi diantara pasangan yang mempunyai anak banyak dari pada pasangan yang mempunyai anak sedikit. Dengan perkataan lain, pemakaian alat kontrasepsi akan meningkat sebanding dengan meningkatnya jumlah anak. 46 Berbagai penilaian masyarakat atau keluarga terhadap anak maupun berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa anak mempunyai nilai positif dan negatif terhadap orang tua. Apabila anak mempunyai nilai positif, para PUS cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi tidak ber-KB, sebaliknya apabila anak mempunyai nilai negatif, para PUS cenderung menggunakan alat kontrasepsi. Menurut Singarimbun 1981menyatakan bahwa anak mempunyai nilai sosial ekonomi dan psikologis bagi setiap keluarga. 52

6.3. Jenis Kelamin Anak

Distribusi proporsi akseptor berdasarkan jenis kelamin anak di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Jenis Kelamin Anak 67,8 17,8 14,4 Laki-laki dan Perempuan Perempuan saja Laki-laki saja Gambar 6.14. Distribusi Akseptor Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 Berdasarkan gambar 6.14. dapat dilihat bahwa proporsi akseptor berdasarkan jenis kelamin anak yang tertinggi mempunyai anak berjenis kelamin laki-laki dan perempuan 67,8 dan terendah mempunyai anak laki-laki saja 14,4. Orang tua mungkin mempunyai keinginan khusus untuk seorang anak lelaki atau anak perempuan, atau suatu kombinasi tertentu. Orang tua ingin paling tidak mempunyai satu anak dari masing-masing jenis kelamin atau jumlah yang sama dari kedua jenis kelamin. Penyebab selain jumlah anak masih hidup yang turut mempengaruhi penggunaan kontrasepsi yaitu keinginan memiliki anak berjenis kelamin tertentu sex preference. Menurut Handayani 1992 dalam penelitiannya di dua desa nelayan di Jepara, Jawa Tengah, masih tingginya preferensi jenis kelamin anak laki-laki, berakibat pada rendahnya praktek KB di daerah tersebut. Penelitian Priyono 1993 di Universitas Sumatera Utara Ngalas dan Sumberejo Klaten Jawa Tengah, membuktikan bahwa nilai positif dari anak laki-laki mempengaruhi fertilitas di daerah tersebut. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh pemilikan anak dan preferensi akan jenis kelamin tertentu. 43

6.4. Jenis Kontrasepsi

Distribusi proporsi akseptor berdasarkan jenis kontrasepsi di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 31,4 22,5 14,7 13,2 6,2 12,0 5 10 15 20 25 30 35 Pil KB Suntik KB Implant TubektomiMOW IUD Kondom Jenis Kontrasepsi P ro p o rs i Gambar 6.15. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kontrasepsi di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 Berdasarkan gambar 6.15. dapat dilihat bahwa proporsi akseptor berdasarkan jenis kontrasepsi tertinggi menggunakan pil KB 31,4 dan terendah menggunakan kondom 6,2. Berdasarkan Mini Survei tahun 2008 diperoleh bahwa di Sumatera Utara alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntik KB 45,6, pil KB 33,0, MOW 6,5, IUDspiral 5,7, Implant 4,3, kondom 2,8, MOP 0,4, dan lain-lain 1,7. 16 Universitas Sumatera Utara Tingkat kesertaan KB penduduk SUMUT terus meningkat yaitu 57,4 SDKI 1997 menjadi 60,3 SDKI 20022003. Walaupun demikian, terdapat kecenderungan yang kuat dari peserta KB untuk memilih kontrasepsi hormonal dan berjangka pendek. Secara tegas terjadi peningkatan penggunaan kontrasepsi non hormonal yang bersifat jangka panjang. Walaupun ada kecenderungan menurunnya prevalensi penggunaan pil KB dari 17,1 SDKI 1994, 15,4 SDKI 1997 menjadi 13,2 SDKI 20022003. 12 Pemilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafetaria atau supermarket, calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya. Menurut Hartanto 2004, beberapa faktor yang mempengaruhi dalam memilih metode kontrasepsi yaitu faktor pasangan umur, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan alat kontrasepsi yang lalu, faktor kesehatan riwayat penyakit, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik dan faktor metode kontrasepsi efektivitas, efek samping, keuntungan, kerugian, komplikasi, biaya. 45

6.5. Tempat Pelayanan KB