Kedudukan dan Susunan Mahkamah Konstitusi

3. Bahwa inti di dalam ajaran Agama Islam adalah iman dan taqwa, yang berarti patuh menjalankan segala perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhkan segala laranganNya tanpa terkecuali. Selain diperintahkan menjalankan hukum agama syariat Islam secara perdata untuk perkara hukum rumah tangga perkawinan, waris, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan perdagangan ekonomi, sebagaimana yang telah ditegakkan Peradilan Agama Indonesia, Al- Qur’an juga memerintahkan umat Islam untuk menjalankan hukum agama syariat di bidang pidana. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam QS. Al-Maidah 5:38, yaitu:                Artinya: “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ” Dengan tiga alasan itu, menurut pemohon, Undang-Undang tentang Peradilan Agama khususnya Pasal 49 ayat 1 beserta penjelasannya, telah merugikan seluruh umat Islam termasuk juga Pemohon. UU tersebut dianggap membatasi umat Islam dalam hal menegakkan hukum agama syariat Islam secara menyeluruh kaffah, seperti yang telah diperintahkan Al- Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber utama ajaran agama Islam. Juga dianggap berpotensi merugikan umat Islam, karena apabila umat Islam sebagai komunitas sosial menjalankan perintah Allah SWT sebagaimana telah difirmankan dalam Al- Qur’an Surat al-Maidah ayat 38 tersebut di atas, maka pasti akan dianggap menegakkan „hukum di atas hukum.’ Sesuai aturan hukum yang masih berlaku di Indonesia sampai saat ini, hal tersebut akan dianggap sebagai „pelanggaran hukum.’ Jadi, jelaslah bahwa menurut pemohon, ketentuan pasal 49 ayat 1 UU Peradilan Agama di atas, sangat nyata telah merugikan dan atau berpotensi merugikan hak konstitusional Pemohon dan seluruh umat Islam di Indonesia.

C. Amar Putusan Mahkamah Konstitusi

Sebelum diuraikan apa yang menjadi isi putusan MK terkait hal ini, terlebih dahulu akan diuraikan beberapa bukti-bukti tertulis yang menguatkan alasan si pemohon. Diantaranya: 11 1. Kartu Tanda Penduduk KTP atas nama Suryani. 2. Fotokopi UUD NRI 1945 yang sudah diamandemen dalam satu naskah. 3. Fotokopi tentang UU No. 7 tahun 1989 dan UU No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama. 4. Fotokopi artikel “Membumikan Syariat Islam di Pesantren”, dimuat Radar Banten, 8 Juli 2006. 5. Fotokopi buku Penerapan Syari’at Islam:Bercermin pada Sistem Aplikasi Syariah Zaman Nabi, h. 26-29, oleh Drs. Husnul Khatimah, penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 11 Putusan MK No. 19PUU-VI2008, h. 15.