Qanun No. 11 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syari’at Islam di

kekuasaan dan kekuatan, baik secara politik maupun ekonomi. Bisa dikatakan bahwa pemberlakuan aspek-aspek hukum pidana Islam pada masa kerajaan adalah benar adanya karena didukung oleh kehendak politik penguasaraja. Namun pada masa-masa awal kedatangan Belanda dengan politik hukumnya, secara bertahap dan sistematis, Belanda berusaha mengurangi peran dan wewenang dari institusi Peradilan Agama. Bukan hanya hukum keluarga yang dibatasi, tetapi juga hukum pidana Islam yang dipinggirkan pemberlakuannya. Setelah Indonesia merdeka, perjuangan sebagian umat Islam untuk menjadikan negara agama yang termasuk di dalamnya pemberlakuan hukum pidana Islam, juga mengalami dinamika politik yang fluktuatif. Hingga pada akhirnya, meskipun hukum pidana Islam tidak bisa diberlakukan secara nasional, namun daerah Aceh mendapat keistimewaan untuk menjalankan syariat Islam termasuk di dalamnya hukum pidana Islam. Adalah suatu kenyataan bahwa penerapan Syari‟at Islam secara Formal di Nanggroe Aceh Darussalam merupakan bagian dari proses politik dalam rangka menciptakan perdamaian di Aceh. 58 58 Masykuri Abdillah, Formalisasi Syari’at Islam Di Indonesia:Sebuah pergulatan yang tak pernah tuntas, Jakarta:Renaisan, 2005, h. 210, 45

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 19PUU-VI2008

TERKAIT WACANA PEMBERLAKUAN HUKUM PIDANA ISLAM DALAM KOMPETENSI ABSOLUT PERADILAN AGAMA Jika pada bab-bab sebelumnya penulis telah menguraikan apa yang dimaksud dengan istilah hukum pidana Islam serta sejarah pemberlakuan aspek hukum pidana Islam di Indonesia, pada bab ini penulis akan menguraikan putusan Mahkamah Konstitusi terkait wacana hukum pidana Islam ke dalam kompetensi absolut Peradilan Agama. Yang mana dalam hal ini penulis akan menganalisa lebih lanjut amar putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19PUU-VI2008 serta bagaimana prospek pemberlakuan hukum pidana Islam di Indonesia di masa mendatang.

A. Profil Singkat Mahkamah Konstitusi

1. Sejarah dan Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Sebagaimana yang telah penulis uraikan pada bab pendahuluan di atas bahwa Indonesia adalah negara hukum, dalam artian yang menghendaki segala tindakan atau perbuatan penguasa mempunyai dasar hukum yang jelas atau ada legalitasnya, baik berdasarkan hukum tertulis maupun yang tidak tertulis. 1 Sejalan dengan prinsip ketatanegaraan di atas, maka salah satu substansi penting dari amandemen UUD NRI 1945 sebanyak 4 empat kali adalah harus dibentuknya Mahkamah Konstitusi sebaga lembaga negara yang berfungsi 1 Arief Budiman, Teori Negara;Negara, Kekuasaan dan Idiologi, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 1996, h. 1.