Pencurian Pada Masa Kerajaan Aceh

dianggap sebagai orang zindiq dan kafir. Akibat fatwa ini, banyak kaum muslim yang dibantai yaitu mereka yang teguh dengan keyakinan sufistiknya. Karena cap sesat, zindiq dan mulhid sama dengan murtad. 17 Dalam Islam Murtad harus dihukum mati. 18

6. Perampokan

Kasus perampokan ini tercatat pada masa Sultanah Nurul Alam Nakiyatuddin 1675-1678 M. Berdasarkan kesaksian Laksamana Inggris Thomas Bowrey, bahwa setelah kematian Sultanah Safiyatuddin terjadi pemberontakan kepada ratu baru yang terpilih, Nakiyatuddin. Akhirnya, Syekh al-Islam yang juga menjabat kepala hakim, menghukum mati semua pemberontak, kecuali seorang ulama yang yang dihukum potong kaki dan tangan serta harta bendanya dirampas menjadi milik umum. 19 Dari pemaparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hukum pidana yang diberlakukan di Aceh mencakup aspek fundamental kaidah larangan dari hukum pidana Islam yaitu pembunuhan, pencurian, perzinaan, minum khamr, murtad dan perampokan. Namun jika dilihat dari aspek instrumental jenis ancaman hukuman, dalam batas tertentu sering kali tidak seluruhnya sama seperti ketentuan syari‟ah. Ini memperlihatkan bahwasanya dalam pemberlakuan hukum pidana Islam di Aceh, terjadi dinamika sosial yakni masuknya unsur adat ke dalam pemberlakuan syariah. 20 17 Ibid, h. 140. 18 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta:Sinar Grafika, 2005, h. 127. 19 Ayang Utriza NWAY , “Adakah Penerapan Syari‟at Islam di Aceh?..”, h. 142. 20 Khamami Zada, “Sentuhan Adat dalam Pemberlakuan Syari‟at Islam di Aceh 1514- 1903 M ”, Karsa Vol. 20, No. 2, Desember 2012, h. 197. Menurut Arskal Salim, bahwa pemberlakuan hukum pidana lslam di Nusantara menunjukan betapa pelaksanaan hukum pidana Islam tidak pernah berlaku secara seragam dan konsisten. 21 Karena keberlakuannya sangat ditentukan oleh kebijakan penguasa pada masanya. Ia menambahkan, pemberlakuan hukum pidana Islam di sejumlah kerajaan Nusantara 22 adalah sebuah proses interaksi yang aktif antara hukum lslam dan tradisi lokal setempat yang kemudian menjelma menjadi sebuah akulturasi. 23

B. Pada Masa Kolonial Belanda

Dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam menggantikan kerajaan HinduBudha berarti untuk pertama kalinya hukum Islam telah ada di Indonesia sebagai hukum yang diterima dan diakui. Karena para penguasa ketika itu memposisikan hukum Islam sebagai hukum negara. 24 Belanda sejak zaman VOC Vereenigde Oostindische Compagnie 1602-1798 M tetap membiarkan lembaga asli yang ada dalam masyarakat sebagaimana sebelumnya. Langkah ini diambil sebagai upaya menghindari perlawanan dari masyarakat Muslim dan VOC juga tetap mengakui apa yang berlaku sejak 21 Arskal Salim, “Perkembangan Awal Hukum Islam di Nusantara”, Hukum Respublica, Vol. 5, No. 1, Tahun 2005, h. 67-68. 22 Selain Aceh, beberapa kerajaan lain seperti Banten dan Mataram juga pernah memberlakukan aspek hukum pidana Islam. Bisa di lihat dalam Arskal Salim, Perkembangan Awal Hukum Islam di Nusantara , h. 67, Azyumardi Azra, Implementasi Syari’at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam: Perspektif Sosio-Historis, dalam Rusjdi Ali Muhammad, Revitalisasi Syari’at Islam di Aceh: Problem, Solusi dan Implementasi Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2003, h. Xxviii, Abdul Halim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2002, h. 39. 23 Arskal Salim, “Perkembangan Awal Hukum...”, h. 72. 24 Abdul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia, Ciputat:Ciputat Press, 2005, h. 48.