ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH PENUTUP

Pengesahan Undang-Undang Peradilan Agama itu merupakan peristiwa penting bukan hanya bagi pembangunan perangkat hukum nasional, melainkan juga bagi umat Islam di Indonesia. Sebabnya adalah, dengan mengesahkan undang-undang itu, semakin mantaplah kedudukan peradilan agama sebagai salah satu badan pelaksana kekuasaan kehakiman yang mandiri di tanah air kita. 10 Hal ini juga merupakan langkah awal pemberlakuan hukum Islam di Indonesia melalui hukum positif. Namun sampai pada masa Orde Baru, kewenangan yang dimiliki Peradilan Agama baru menyangkut sebagian kecil dari persoalan kehidupan umat Islam, yakni dalam bidang hukum keluarga; nikah, ceraitalak, waris, wasiat dan wakaf. Hingga memasuki Era Reformasi, Peradilan Agama mendapat kewenangan baru yakni mengadili sengketa yang terkait dengan bidang; zakat, infaq, sedekah serta Ekonomi Syariah. 11 Namun tidak menyangkut bidang hukum pidana Islam Jinayah. Mengingat keterbatasan wewenang tersebut, rupanya ada pemikiran dan inisiatif dari warga negara Indonesia yang mencoba melakukan perluasan wewenang Peradilan Agama dalam bidang hukum pidana Islam Jinayah. Meskipun hukum pidana Islam masih dapat diakui secara konstitusional sebagai hukum, namun hukum pidana yang berlaku di Indonesia sampai saat ini adalah yang terkandung dalam KUHP. Sebagai contoh, dalam hukum pidana Islam ada ketentuan hukuman rajam bagi pelaku zina yang sudah 10 K.H Abdurrahman Wahid, dkk, Hukum Islam Di Indonesia Pemikiran dan Praktek, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 1991, h. 77. 11 Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, Jakarta:Kencana, 2008 h. 13. menikah. Apabila hukuman rajam itu dilakukan tanpa adanya payung hukum berupa perundang-undangan yang mengaturnya dan tanpa institusi penegak hukum yang sah, maka jika dilihat dari dari tinjauan politik hukum, eksekusi rajam tersebut dapat dianggap melanggar hukum positif. Oleh karna itu berbagai macam cara dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk mewujudkan hukum pidana Islam di Indonesia. Salah satu inisiatif untuk menjadikan hukum pidana Islam ke dalam hukum positif adalah dengan mengajukan permohonan Judicial Review terhadap pasal 49 ayat 1 UU Peradilan Agama kepada Mahkamah Konstitusi. Untuk itu, dengan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang terkait bagaimana wacana pemberlakuan hukum pidana Islam yang berkembang di Indonesia melalui analisis putusan Mahkamah Konstitusi secara mendalam terkait undang-undang Peradilan Agama. Hal ini akan penulis ungkap ke dalam sebuah penelitian skripsi yang berjudul “Wacana Pemberlakuan Hukum Pidana Islam dalam Kompetensi Absolut Peradilan Agama Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19PUU- VI2008”

B. Batasan dan Perumusan Masalah

Agar dalam pembahasan penelitian ini terarah dan tersusun secara sistematis pada tema bahasan yang menjadi titik sentral, maka perlu penulis perjelas tentang pokok-pokok bahasan dengan memberikan pembatasan dan perumusan masalah.