7
Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
2. Manfaat Pragtis a. Manfaat bagi Instansi UIN Syarif Hidayatullah
Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada
b. Bagi Sekolah 1 Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya
meningkatkan proses pembelajaran melalui interaksi 2 Sebagai informasi atau bahan pertimbangan lembaga membuat dan
menetapkan kebijakan dalam kegiatan proses belajar. c. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Sebagai sumbangan pemikiran dan diharapkan mampu memberikan ruangan dan wahana baru bagi pengembangan ilmu dan konsep pendidikan
dimasa yang akan datang. d. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai penambah khazanah keilmuan, pengalaman, latihan dan pengembangan teori untuk diterapkan, apa yang sudah di dapat selama
dibangku perkuliahan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Persepsi Siswa
1. Pengertian Persepsi
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono
dan Eko A. Meinarno
mengatakan “dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran,
pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi
indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya
adalah orang lain. ”
7
Menurut kamus ilmiah popular yang diterbitkan oleh Tim Prima Pena, “persepsi adalah hal mengetahui, melalui indera, tanggapan indera, daya
memahami”.
8
Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah hasil sebuah pengamatan yang dapat diuraikan atau ditafsirkan melalui indera untuk
mengetahui sesuatu hal. Sedangkan menurut Slameto mengemukakan “persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.
”
9
“Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu kejadian yang dialami. Dalam kamus standar
dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata mengunakan pengamatan penginderaan.
Persepsi ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan
7
Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno. Psikologi Sosial . Jakarta; Salemba Humanika, 2011 h. 24
8
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Gitamedia Press, 2006, h. 307
9
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 102.
9
mengorganisasikan data-data indera kita penginderaan untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar
akan diri kita sendiri. ”
10
Menurut Abdul Rahman Shaleh berpendapat “definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan. Mengelompokkan,
memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi
berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek. ”
11
Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno berpendapat
“secara umum, persepsi sosial adalah aktivitas mempersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali.
Melalui persepsi sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengeti orang lain. ”
12
“Dengan persepsi sosial, pertama kita berusaha mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan didambakan, orang
lain. Kedua, membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata, dan tingkah laku mereka. Dan
ketiga, menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.
”
13
Seperti pada contoh berikut ini yang dijelaskan oleh Sarlito Wirawan Sarwono dalam buku Pengatar Umum Psikologi mengatakan;
“Pada seorang bayi yang baru lahir, baying-bayang yang sampai ke otak masih tercampur aduk, sehingga bayi belum dapat membeda-bedakan
benda-benda dengan jelas. Makin besar anak itu, makin baiklah struktur susunan syaraf dan otaknya, dan ditambah dengan bertambahnya
pengalaman anak tersebut mulai dapat mengenal obyek-obyek satu persatu, menbedakan antara benda satu dengan benda yang lainnya dan
mengelompokan benda-benda yang berdekatan dan serupa. Ia mulai dapat memfokuskan perhatian kepada satu obyek, sedangkan obyek-obyek lain
10
Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengatar Dalam Perspektif. Jakarta; Kencana, 2004 h. 88
11
Ibid, h. 89
12
Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno. Psikologi Sosial. Jakarta; Salemba Humanika, 2011 h. 24
13
Ibid, h. 25