25
“Kata kontak yang berasal dari bahasa latin “con” yang artinya bersama-
sama dan “tango” yang berarti menyentuh jadi secara harfiah kontak berarti “bersama-sama menyentuh”. Sebagai gejala sosial kontak
tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh saja, oleh karena itu orang dapat mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak
secara fisik. Misalnya, orang berbicara melalui telepon, berkirim kabar melalui surat, dan sebagainya. Kontak sosial ada yang bersifat positif dan
ada pula yang bersifat negative. Kontak sosial yang bersifat positif dapat mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan kontak yang bersifat
negative dapat mengarahkan seseorang pada suatu pertentangan bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi sosial.
”
38
“Suatu kontak dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan
berhadapan muka, seperti misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum, dan seterusnya. Sebaliknya kontak yang sekunder
memerlukan perantara. Misalnya A berkata kepada B, bahwa C mengangumi permainannya sebagai pemegang peranan utama salah satu
sandiwara. Sama sekali tidak bertemu dengan C, akan tetapi telah terjadi kontak antara mereka, oleh karena masing-masing memberikan tanggapan,
walaupun dengan sementara B. suatu kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung.
”
39
b. Adanya komunikasi “Seseorang memberikan tafsir pada tingkah laku atau perasaan-
perasaan orang lain dalam bentuk pembicaraan gerak-gerik badan, atau sikap-sikap tertentu. Misalnya, seseorang anggota pramuka diatas sebuah
bukit pada malam hari mengirimkan isyarat morse dengan lampu senter membuat huruf SOS secara berulang-ulang. Apabila orang tidak
memahami sandi morse, barangkali isyarat tersebut dianggap sebagai sinar lampu biasa, dan itu juga tidak terjadi komunikasi. Lain halnya bila isyarat
38
Ibid, h. 94.
39
Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 2006, h. 66.
26
tersebut diterima oleh anggota pramuka, pasti ia akan segera mengerti maksud dari isyarat tersebut.
”
40
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan, dari satu pihak ke pihak lain sehingga terjadi
pengertian bersama, pihak
yang menyampaikan pesan disebut komunikator, dan pihak penerima pesan disebut komunikasi.
4. Interaksi dalam Pembelajaran
“Interaksi antara guru dan siswa adalah proses komunikasi yang dilakukan secara timbal balik dalam menyampaikan pesan kepada siswa. Interaksi yang
dimaksud disini tidak terlepas dari unsur komunikasi, yakni melibatkan komponen komunikator, komunikan, pesan, dan media. Keempat unsur ini akan melahirkan
umpan balik yang disebut dengan interaksi manakala dilihat dari istilah komunikasi yang berasal dari Communicare yang berarti berpartisipasi,
memberitahukan, menjadi milik bersama. ”
41
“Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak,
dengan warga belajar siswa, anak didiksubjek belajar yang sedang melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain.
”
42
“Dalam interaksi edukatif ada dua buah kegiatan yakni kegiatan guru di satu pihak dan kegiatan anak didik di lain
pihak. Guru mengajar dengan gayanya sendiri anak didik belajar dengan gayanya sendiri. Guru tidak hanya mengajar tetapi juga memahami suasana psikologis
anak didik dan kondisi kelas. ”
43
Interaksi edukatif terjadi sepanjang proses pembelajaran dan dapat berlangsung dalam berbagai bentuk kegiatan
40
M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007, h. 95.
41
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi – Cet. kedua, Jakarta :
Gaung Persada Press, 2004, h. 91
42
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 1-2.
43
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta. 2010, h. 62
27
pembelajaran.
44
“Interaksi edukatif adalah sebuah interaksi belajar mengajar, yaitu sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai norma yang
merupakan substansi, sebagai medium antara guru dengan anak didik dalm rangka mencapai tujuan.
”
45
“Prinsip interaktif mengandung makna bahwa pengajaran bukan hanya sekedar menyampaiakan pengetahuan dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar
dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara
guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, maupun antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan
berkembang baik mental maupun intelektual. ”
46
“Di dalam dunia pendidikan, interaksi dalam pembelajaran dan bertujuan lebih dikenal dengan istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik, staf administrasi, maupun anak didik. Mereka dengan bersama-sama memiliki
kesadaran dalam menciptakan suatu iklim pendidikan dan pembelajaran di sekolah, untuk menghasilkan sumber daya manusia anak didik yang berkualitas
dan handal sesuai perkembangan zaman. ”
47
Interaksi edukatif antara pendidik dan anak didik yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal apabila adanya kesadaran pendidik bahwa tugas mulia
dalam mengajar dan mendidik anak didik itu sifatnya komperehensif. Melaksanakan tugas mencerdaskan anak didik yang memerlukan keteladanan baik
di dalam maupun diluar sekolah. Interaksi merupakan dua unsur untuk saling berkomunikasi yang bertujuan, yaitu untuk menyampaikan sesuatu yang ingin
disampaikan. Guru menyapaikan materi dan siswa menanggapi materi yang disampaikan. Perlu perhatian khusus saat terjadinya sebuah interaksi. Salah
44
Ahmadi, Lif Khoirun dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. 2011, h. 46.
45
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta. 2010, h. 62.
46
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006, h. 133.
47
Abdullah dan Safarina HD. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 130.