Jenis-jenis Pola Interaksi Pola Interaksi Guru dan Siswa

15 interaksi sebagai cara kerja atau bentuk agar terjadinya interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. “Kecenderungan manusia untuk berhubungan dengan yang lain melahirkan komunikasi dua arah, baik melalui bahasa dan tindakan atau perbuatan. Karena ada aksi, maka reaksipun terjadi dan inilah unsur yang membentuk interaksi. Perlu dipahami bahwa interaksi sebagaimana dijelaskan di atas tidak sama dengan interaksi pendidikan. Oleh karenanya, interaksi di sekitar kehidupan manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai pendidikan. Menurut Djamarah interaksi pendidikan ini terjadi dengan sadar yang didasari atas tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Dengan demikian, memunculkan istilah guru di satu pihak dan anak didik di lain pihak. Keduanya berada dalam interaksi pendidikan dengan posisi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan. ” 23 “Proses pembelajaran tatap muka antara guru dengan siswa biasanya dilakukan di dalam kelas ruang, guru dalam proses itu lebih berfungsi sebagai pesan dan siswa penerimanya. Meskipun komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran termasuk komunikasi publik atau kelompok, guru sewaktu- waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersonal; hal ini bisa dilakukan karena proses komunikasi tatap muka dikelas mempunyai kelompok yang relatif kecil. Terjadinya komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Sikap responsif siswa tentunya tidak hanya merespon guru saja tetapi dapat merespon siswa lain yang telah lebih dahulu memberikan setimulus pendapat, tanggapan atau pertanyaan dalam kondisi seperti ini maka telah terjadi komunikasi multi arah. Jika siswa pasif saja, dalam arti kata hanya mendengarkan tanpa ada gairah untuk mengekspresikan suatu pertanyaan atau peryataan, maka meskipun komunikasi bersifat tatap muka, tetap saja berlangsung komunikasi satu arah. ” 24 23 Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan, Malang: UIN Malang Press, 008, h. 38. 24 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, h. 10. 16 ISI Guru Siswa Menurut Sumiati dan Asrabahwa “proses interaksi dalam mengajar terjadi antara unsur guru, isi pembelajaran, dan siswa. Proses interaksi itu dapat di gambarkan dalam bagan seperti berikut: a. Pola dasar interkasi dalam pembelajaran Gambar 2.1 Proses Interaksi dalam Pembelajaran b. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada isi Gambar 2.2 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada isi c. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada guru Gambar 2.3 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada guru d. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada siswa.” 25 25 Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2008, h. 62. Isi Guru Siswa Isi GURU Siswa 17 Gambar 2.4 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada siswa Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut : a. Pola dasar interkasi dalam pembelajaran Pola dasar interaksi terbagi kedalam tiga unsur, yaitu dengan adanya guru yang mengajarkan, siswa yang diajarkan dan materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru atau yang dipelajari oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar sangat bergantung kepada guru, karena secara langsung guru yang mengatur proses berjalannya kegiatan pembelajaran. Pengunaan metode sangat mempengaruhi terhadap dominasi guru dan siswa terhadap proses pembelajaran. “Pola interaksi sebagaimana digambarkan oleh gambar di atas masih bersifat pola dasar. Artinya dapat terlihat unsur mana dari ketiga unsur di atas mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Pola dasar ini dapat dijadikan dasar mengkaji berbagai gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang guru. Sebab kita amati praktek pembelajaran dewasa ini telah dijalankan, ternyata dapat membeda-bedakan gaya mengajar yang beraneka ragam. Disini tampak, bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakanya isi mendominasi proses interaksi, adakalanya siswa mendominasi proses interaksi, dan adakalanya baik guru maupun siswa secara seimbang. ” 26 Ketiga unsur seperti, guru, siswa dan isi atau materi pembelajaran masih saling mempengaruhi dan saling tidak memiliki dominasi yang begitu kuat terhadap keberlangsungan pola interaksi. Dan pola interaksi yang terdiri pada unsur-unsur tersebut di jadikan pola dasar dalam proses pembelajaran agar terjadinya proses pembelajaran yang interaktif. 26 Ibid, h. 62. Isi Guru SISWA 18 b. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada isi “Pada gambar di atas dapat dilihat, bahwa dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran di satu kutub, dan siswa mempelajari isi pembelajaran di kutub lain, namun terlihat berpusat pada isimateri pembelajaran dalam praktek, proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru adakalanya terlihat kegiatan yang semata-mata berpusat pada guru, dan adakalanya pula berpusat pada siswa. ” 27 Jadi dapat disimpulkan, bahwa pada penjelasan di atas memaparkan kegiatan belajar mengajar berpusat pada isi atau materi pembelajaran yang dilakukan baik oleh guru sebagai pengajar maupun siswa yang belajar. c. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada guru “Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktek pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada di pihak guru, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran pasif. ” 28 Pada pembelajaran ini, guru menjadi pusat kegiatan belajar mengajar dan pada prakter pembelajaran sepenuhnya di pihak guru. Dalam hal ini, guru memiliki peran sebagai pusat informasi dan juga pusat belajar siswa, dimana guru sumber belajar siswa melalui materi pelajaran yang di sampaikan olehnya. d. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada siswa “Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari, dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Kegiatan dalam pembelajaran lebih banyak didominasi oleh siswa, sedangkan guru lebih banyak bersifat permisif, yakni 27 Ibid, h. 62. 28 Ibid, h. 63. 19 membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan siswa dalam mempelajari apapun yang dimauinya. ” 29 Maka dapat disimpulkan bahwa ada pembelajaran ini, kegiatan belajar mengajar terdapat di pihak siswa. Keberlangsungan proses pembelajaran diperankan oleh siswa, sehingga siswa yang menyiapkan materi pembelajarannya yang akan menjadi bahan ajar untuk siswa sendiri. “Ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses interaksi edukatif, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Guru aktif dan anak didik pasif. Mengajar di pandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran. Dalam komunikasi sebagai interakasi atau komunikasi dua arah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai pemberi aksi. Antara guru dan anak didik akan terjadi dialog. Dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak terjadi antara guru dan anak didik. Anak didik dituntut lebih aktif dari pada guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik lain. ” 30 Dalam jenis pola interaksi ini pendapat Moh. Uzer Usman dalam buku Syaiful Bahri Djamarah pada buku guru dan anak didik dalam interaksi edukatif juga “mengemukakan pendapatnya sebagai berikut; a. Pola Guru – anak didik Guru Komunikasi sebagai aksi satu arah Anak Anak Anak Didik Didik Didik 29 Ibid, h. 63. 30 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta. 2010, h. 12 20 b. Pola guru – anak didik – guru Guru Ada balikan feedback bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa komunikasi sebagai interaksi Anak Anak Anak Didik Didik Didik c. Pola guru – anak didik – anak didik Guru Ada balikan bagi guru, anak didik saling belajar satu sama lain. Anak Anak Anak Didik Didik Didik d. Pola guru – anak didik, anak didik – guru, anak didik – anak didik Interaksi optimal antara guru dan anak didik dengan anak didik komunikasi sebagai transaksi, multi arah e. Pola melingkar Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap anak didik belum mendapat giliran.” 31 Menurut Sumiati dan Asra pada buku Metode Pembelajaran “dalam proses pembelajaran, pola-pola komunikasi yang terjadi adakalanya bersifat searah, dua arah, atau k omunikasi banyak arah.” 32 Untuk dapat lebih jelasnya di uraikan sebagai berikut: a. Komunikasi satu arah Keberlangsungan komunikasi satu arah biasanya di dominasi oleh guru. Karena proses pembelajaran berlangsung, hanya guru yang berperan aktif yaitu menyampaikan materi pembelajaran sehingga dominasi peran siswa menjadi lebih pasif, siswa mendengarkan dan guru menyampaikan. “Komunikasi satu arah terjadi jika proses pembelajaran berlangsung dengan cara penuangan atau penyampaian materi pembelajaran dari guru kepada siswa. Jadi arah komunikasi adalah dari guru kepada siswa. suasana kelas biasanya tenang dan tertib, tidak ada suara, kecuali yang ditimbulkan 31 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta. 2010, h. 13-14. 32 Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2008, h. 65. 21 oleh guru keadaan ini disebut pola guru – siswa dengan komunikasi sebagai aksisatu arah. ” 33 Dapat disimpulkan bahwa pola satu arah atau komunikasi sebagai pemberi aksi dari guru kepada siswa dan juga pola yang didominasi oleh pihak guru selama proses pembelajaran. Guru menerangkan atau menyampaikan materi pembelajaran dan siswa mendengarkan dan menyimak dengan baik. Gambar 2.5 Pola komunikasi satu arah b. Komunikasi dua arah “Komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran memungkinkan terjadinya arus balik dalam komunikasi yaitu datang dari siswa kepada guru, selain dari guru kepada siswa. Komunikasi semacam ini terjadi jika proses pembelajaran dilakukan, misalnya dengan menggunakan metode atau teknik tanya jawab atau tidak ceramah saja. Suasana kelas dengan pola komunikasi dua arah jauh lebih hidup dan lebih dinamis dari suasana komunikasi satu arah. Ditandai dengan adanya umpan balik bagi guru meskipun kurang bahkan tidak ada komunikasi antar siswa. Keadaan seperti ini disebut pola guru-siswa-guru dengan komunikasi sebagai interaksi. ” 34 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keberlangsungan pola dua arah atau komunikasi arus balik terjadi karena adanya komunikasi yang datang dari siswa kepada guru atau guru kepada siswa. Terjadinya pola 33 Ibid, h. 65. 34 Ibid, h. 65. Guru Siswa Siswa Siswa 22 ini karena penggunaan metode atau teknik tanya jawab. Pada kegiatan pembelajaran ini suasana kelas lebih interaktif karena adanya timbal balik antara guru dan siswa dan saling mendominasi. Gambar 2.6 Pola komunikasi dua arah c. Komunikasi banyak arah “Komunikasi banyak arah dalam proses pembelajaran memungkinkan terjadinya arah komunikasi ke segenap penjuru dan masing-masing berlangsung secara timbal balik. Arah komunikasi bisa terjadi dari guru ke siswa, siswa ke siswa dan siswa ke guru. Suasana kelas memungkinkan terjadinya interaksi belajar mengajar secara hidup dan dinamis. Untuk meningkatkan keaktifan belajar, pola komunikasi yang diciptakan oleh guru mempunyai arah banyak. Dengan pola komunikasi banyak arah dapat tercipta suasana kelas yang dapat merangsang kegiatan belajar mengajar secara aktif. Ditandai dengan adanya umpan balikfeedback bagi guru. Komunikasi bukan hanya antara guru dengan siswa, melainkan juga siswa dengan siswa. Keadaan seperti ini disebut pola guru – siswa – siswa dengan komunikasi sebagai interaksi. ” 35 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi banyak arah dapat memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebih interaktif yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Dengan adanya timbal 35 Ibid, h. 66. Guru Siswa Siswa Siswa 23 balik yang dilakukan oleh guru maupun siswa dapat meningkatkan keaktifan belajar. Gambar 2.7 Pola komunikasi multi arah atau banyak arah “Jika disimak secara lebih dalam sasaran pembelajaran adalah terjadinya proses belajar pada diri siswa. Oleh karena itu kegiatan siswa yang bersifat aktif dalam mempelajari materi pembelajaran tertentu sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Dalam kegiatan belajar siswa, diperlukan pula kegiatan yang bersifat aktif pada pihak guru, yaitu dengan memberikan bimbingan, dorongan, rangsangan dan arahan tentang apa yang sepatutnya dipelajari dan bagaimana mempelajarinya, serta membantu siswa-siswi tertentu yang mendapat kesulitan belajar. Pada proses pembelajaran semacam ini keaktifan dalam melakukan kegiatan tidak hanya semata-mata berada pada guru semata, atau pada pihak siswa, melainkan tercermin pada adanya kegiatan guru yang bersifat aktif dalam mengajar, dan kegiatan siswa yang bersifat pula dalam belajar. ” 36 Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, maupun yang berpusat pada siswa. Diketahui keberhasilan belajar melalui suatu penilaian yang dilakukan di akhir pembelajaran. Atas dasar penjelasan di atas, proses 36 Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2008, h. 63. Siswa Siswa Siswa Guru 24 pembelajaran merupakan upaya mempertemukan dua kutub ekstrim, yaitu guru aktif – siswa pasif, dan guru pasif – siswa aktif, sehingga terjadi keseimbangan keaktifan, baik di pihak guru maupun dipihak siswa. Pandangan seorang guru tentang apa yang dimaksud dengan mengajar memberi warna pada metode pembelajaran yang dilaksanakan. Sebagai suatu misal, guru yang berpandangan bahwa mengajar adalah menyampaikan pembelajaran kepada siswa, tentu akan menggunakan metode pembelajaran yang bersifat pemberian informasi kepada siswa tentang materi pembelajaran yang diajarkan. Sebaliknya, jika guru berpandangan bahwa, mengajar adalah membimbing siswa belajar, metode pembelajaran yang digunakan adalah membantu siswa dalam mempelajari materi pembelajaran. Pola tersebut dapat digambarkan dengan pembagian tiga bentuk pola interaksi, antara lain; komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi tiga arah arah atau banyak arah. Karena dengan adanya berbagai bentuk dari pola interaksi ini akan mempengaruhi terhadap metode yang dilakukan oleh guru. Metode pembelajaran inilah yang menjadi nilai penting terhadap keberlangsungan pola interaksi sebagai medium dari proses belajar mengajar. Guru memiliki peran penting dalam dalam proses belajar mengajar, karena guru seharusnya mengenali siswa dengan baik melalui interaksi yang lebih baik sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya.

3. Syarat Terjadinya Interaksi

Menurut Elly M. Setiadi dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar mengatakan “untuk terjadinya suatu interaksi sosial diperlukan adanya syarat- syarat yang harus ada, yaitu adanya kontak sosial dan a danya komunikasi” 37 Untuk lebih jelasnya kedua syarat-syarat terjadinya suatu interaksi sosial akan diuraikan sebagai berikut: a. Adanya kontak sosial 37 M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007, h. 94. 25 “Kata kontak yang berasal dari bahasa latin “con” yang artinya bersama- sama dan “tango” yang berarti menyentuh jadi secara harfiah kontak berarti “bersama-sama menyentuh”. Sebagai gejala sosial kontak tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh saja, oleh karena itu orang dapat mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak secara fisik. Misalnya, orang berbicara melalui telepon, berkirim kabar melalui surat, dan sebagainya. Kontak sosial ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negative. Kontak sosial yang bersifat positif dapat mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan kontak yang bersifat negative dapat mengarahkan seseorang pada suatu pertentangan bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi sosial. ” 38 “Suatu kontak dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum, dan seterusnya. Sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan perantara. Misalnya A berkata kepada B, bahwa C mengangumi permainannya sebagai pemegang peranan utama salah satu sandiwara. Sama sekali tidak bertemu dengan C, akan tetapi telah terjadi kontak antara mereka, oleh karena masing-masing memberikan tanggapan, walaupun dengan sementara B. suatu kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung. ” 39 b. Adanya komunikasi “Seseorang memberikan tafsir pada tingkah laku atau perasaan- perasaan orang lain dalam bentuk pembicaraan gerak-gerik badan, atau sikap-sikap tertentu. Misalnya, seseorang anggota pramuka diatas sebuah bukit pada malam hari mengirimkan isyarat morse dengan lampu senter membuat huruf SOS secara berulang-ulang. Apabila orang tidak memahami sandi morse, barangkali isyarat tersebut dianggap sebagai sinar lampu biasa, dan itu juga tidak terjadi komunikasi. Lain halnya bila isyarat 38 Ibid, h. 94. 39 Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 2006, h. 66.