20
c. Kelebihan Jigsaw
Kelebihan-kelebihan jigsaw yang dikemukakan oleh Teti Sobari diantaranya adalah:
18
1 Meningkatkan hasil belajar 2 Meningkatkan daya ingat
3 Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi 4 Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsic
5 Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen 6 Mengikatkan sikap anak yang positif terhadap guru dan sekolah
7 Meningkatkan harga diri anak 8 Meningkatkan penyesuaian sosial yang positif, dan
9 Meningkatkan keterampilan hidup gotong royong
d. Kelebihan dan kekurangan jigsaw
Adapun kelebihan-kelebihan jigsaw yang dikemukakan oleh Ibnu Hizam diantaranya adalah:
19
1 Memudahkan siswa memiliki penyesuaian soal 2 Mengembangkan kegembiraan belajar sejati
3 Memungkinkan siswa saling belajar mengenai sikap, keterangan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan peserta lain.
4 Memungkinkan berkembangnya nilai-nilai social dan komitmen. 5 Menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri
6 Mengaitkan kepekaan dan kesetiakawanan social 7 Menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian ataupun keterasingan
8 Dapat menjadi acuan perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegerasi 9 Meningkatkan saling percaya kepada manusia
10 Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri
18
Rusman, Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja wali press, hal. 219.
19
Ibnu Hizam,Koopertif Learning Metode Jigsaw Orientasi dan aplikasinya dalam KBM , Jurnal Studi Pendidikan STAI Muhammadiyah BIMA, Vo lu me III no mor 2 Mei 2006. h.64
21
11 Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, norma, atau adat, etnis, strata sosial dan sebagainya
12 Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan 13 Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong
14 Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif 15 Memberikan harapan yang lebih besar bagi manusia biasa yang mampu menjalin
hubungan positif dengan sesamanya, baik ditempat kerja maupun dimasyarakat. Ibnu Hizam juga mengemukakan pendapatnya mengenai kekurangan yang
dimiliki metode jigsaw diantaranya adalah:
20
1 Sulit membuat kelompok yang heterogen baik intelegensi, bakat, minat, atau daerah tempat tinggal
2 Murid- murid yang dianggap guru heterogen, sering tidak merasa cocok dengan kelompok itu
3 Pengertian tentang guru pengelompokkan ini kadang-kadang masih belum mencukupi
4 Dalam belajar bersama tidak terkendali sehingga menyimpang dari rencana dan berlarut- larut
Untuk mengambil manfaat dan mengatasi kekurangan-kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tersebut, maka guru perlu membuat
perencanaan-perencanaan yang sebaik-baiknya, dan juga diperlukan simulasi atau latihan dalam menerapkan model pembelajaran ini.
e. Evaluasi Pe mbelajaran
Asesmen dalam pembelajaran kooperatif biasanya terkait dengan empat hal yang khas, antara lain sebagai berikut.
1 Apakah sudah dikembangkan suatu rubrik atau criteria penilaian tertentu? 2 Bagaimanakah cara guru mengkomunikasikan kemajuan belajar kepada siswa?
20
Ibnu Hizam,Koopertif Learning Metode Jigsaw Orientasi dan aplikasinya dalam KBM, Jurnal Studi Pendidikan STAI Muhammadiyah BIMA, Vo lu me III no mor 2 Mei 2006. h.65
22
3 Bagaimanakah cara guru mengkomunikasikan kemajuan pembelajaran kepada orang tua dan administrator sekolah?
4 Bagaimanakah cara siswa mengkomunikasikan kemajuan pembelajarannya kepada guru?
Dalam hal ini, asesmen atau penilaian didefinisikan sebagai istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja
performance individu peserta didik atau kelompok. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar peserta didik.
21
Johnson and Johnson pada publikasinya berjudul Cooperative Learning and Assesment, memerinci identifikasi bermacam- macam penilaian yang umum
diterapkan dalam pembelajaran kooperatif seperti dinyatakan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.4 Identifikasi Bermacam Tes dalam Pembelajaran Kooperatif
22
Model pembelajaran dengan penilaian gotong royong perlu lebih sering dipakai dalam dunia pendidikan agar bisa kondusif bagi proses kedewasaan dan
pengembangan siswa. Sistem belajar perlu memperhatikan pula aspek-aspek afektif. Sistem peningkatan hanya menekankan pada hasil belajar yang bersifat
kognitif sedangkan sistem individual mulai memperhatikan aspek afektif untuk
21
Warsono dkk, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, Bandung: PT Remaja RosdaKarya: 2012, hal. 264-265.
22
Warsono dkk, op. cit¸ hal 275-276.
Tujuan Focus
Setting Stakes
Pemegang kepentingan
Diagnostic Proses
pembelajaran Buatan
Ruang kelas Rendah
Siswa- orang tua Formatif
Proses pengajaran
Otentik Dunia nyata
Rendah Guru
Sumatif Luaran
pembelajaran Luaran
pengajaran Buatan
Ruang kelas Tinggi
Administrator Pembuat
kebijakan