31
listrik pada pelajaran fisika ternyata sangat antusias, aktif dan efektif dapat dibuktikan dari hasil aktifitas belajar siswakelas IX SMPN 43 Bandung.
31
C. Kerangka Berpikir
Secara umum prestasi siswa dalam pembelajaran fisika masih dikategorikan rendah. Hal ini berdasarkan hasil studi TIMMSS-R Third Internasional
Mathematics and Science Study-Repeat yang menyatakan bahwasannya
kemampuan fisika siswa di sekolah menengah di Indonesia berada di urutan ke 32 dari 38 negara peserta. Penggunaan metodemodel k lasik dalam proses
pembelajaran ditenggarai sebagai salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Harus disadari bahwa dewasa ini dalam proses pembelajaran fisika,
masih banyak guru yang hanya menyampaikan produk tanpa memperhatikan proses kejadian. Peran guru dalam proses pembelajaran lebih dominan, artinya
proses pembelajaran lebih berpusat pada guru teacher centered. Hal tersebut akan membuat siswa cenderung pasif sehingga akan berrpengaruh dengan hasil
belajar yang akan dicapai. Pada proses pembelajaran siswa akan lebih mudah memahami makna atau
arti yang terkandung dalam pesan yang disampaikan, apabila mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi
keadaan demikian adalah pemilihan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan
melalui interaksinya dengan lingkungan dan juga lebih diarahkan kepada kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik secara fisik, sosial maupun mental dalam
memahami konsep. Melalui model kooperatif tipe jigsaw siswa akan lebih mudah memahami
makna atau arti yang terkandung dalam pesan yang disampaikan. Dengan diterapkan model kooperatif tipe jigsaw, diharapkan siswa akan terlibat aktif. Tipe
31
Yani Nurhaeni, Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Listrik Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas XI SMPN 43 Bandung.Jurnal.Hal. 88.