Kelompok Ahli Waris Tinjauan Umum Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam
h. Nenek dari Ayah i. Nenek dari Ibu
j. Saudara perempuan sekandung k. Saudara perempuan seayah
l. Saudara seibu laki-laki dan Perempuan 2. Ashabah
Kata ashabah merupakan jamak dari ‘ashib yang dari segi kebahasaan bermakna kerabat seseorang dari pihak bapak. Ashabah menurut para istilah para
fuqaha memiliki kesamaan persepsi yaitu ahli waris yang tidak disebutkan
banyaknya bagian di dalam Al-qur’an dan As-Sunnah dengan tegas.. Ahli waris
ashabah dapat mewarisi seluruh harta bila tidak ada ahli waris ashhabul furud, mewarisi sisa harta setelah dibagikan kepada ahli waris ashhabul furud, atau tidak
mewarisi sedikitpun bila harta tersebut tidak tersisa setelah diambil bagian apara
ahli waris ashhabul furud Usman, Somawinata, 1997:72. Sayyid Sabiq dalam Usman, Somawinata, 1997:74, membagi ashabah
menjadi dua bagian, yaitu ashabah nasabiyah berdasarkan adanya ikatan kekerabatan, dan ashabah sababiyah berdasarkan sebab memerdekakan hamba
sahaya atau budak. Mengenai Ashabah Nasabiyah, jenis ashabah ini terbagi atas tiga bagian, yaitu
1. Ashabah bil nafsihi
2. Ashabah bil ghairi
3. Ashabah ma’al ghair
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut.
1. Ashabah bil Nafsi Orang-orang yang menjadi ahli waris ashabah bin nafsi adalah seluruh ahli
waris laki-laki, selain daripada suami dan saudara laki-laki seibu. 2. Ashabah Bil Ghair
Adalah ahli waris perempuan yang mendapatkan bagian sisa ashabah, bila bersama ahli waris laki-laki yang sederajat. Seperti anak perempuan bila
bersama anak laki-laki, saudara perempuan kandung bila bersama saudara laki-laki sekandung. Ahli waris ashabah bil ghair mendapatkan bagian dengan
ketentuan : bagian ahli waris laki-laki dua kali lipat bagian ahli waris perempuan.Untuk detail siapa saja yang menjadi ahli waris ashabah bil ghair
beserta syaratnya dapat dilihat pada lampiran A. 3. Ashabah Ma’al Ghair
Orang orang yang menjadi ahli waris ashabah ma’al ghair adalah seorang atau sekelompok saudara perempuan, baik sekandung maupun sebak yang
mewarisi bersama dengan seorang atau sekelompok anak perempuan atau cucu perempuan dari keturunan laki-laki, manakala tidak ada anak laki-laki,
cucu laki-laki dari keturunan laki-laki atau bapak, serta tidak ada saudaranya yang laki-laki, yang menjadikanya sebagai ahli waris ashabah bil ghair.