2.3.10 Terhalangnya Hak Kewarisan Hijab
Menurut Usman, Somawinata 1997:95 yang dimaksud dengan hijab
adalah terhalangnya seorang ahli waris yang mempunyai hak waris oleh ahli waris lainnya yang mempunyai hak waris pula, apakah seluruhnya atau sebagiannya,
baik ia dalam keadaan menerima bagian maupun dalam keadaan terhijab.
Usman, Somawinata 1997:95 menyatakan, dalam dunia faraid, hijab itu
dapat diklasifikasikan kepada dua jenis, yaitu sebagai berikut. 1. Hijab Hirman
Yang dimaksud dengan hijab hirman, yaitu dinding yang menyebabkan ahli waris tidak memperoleh sama sekali warisan disebabkan ahli waris yang lain.
Adapun mengenai detail siapa saja ahli waris yang terkena hijab hirman dan keterangan mengenai hijab dalam konteks siapa menghalangi siapa,
selengkapnya dapat dilihat di tabel pengetahuan pada lampiran A
2. Hijab Nuqsan
Yang dimaksud dengan hijab nuqsan adalah dinding yang menyebabkan berkurangnya bagian seorang ahli waris. Contoh Anak, baik anak laki-laki
maupun anak perempuan merupakan hijab nuqsan bagi si istri, sebab dengan adanya anak, maka bagian yang diperolehnya menjadi berkurang, yakni dari
14 bagian menjadi 18 bagian. Para ahli waris yang terkena hijab nuqsan dan keterangannya pada lampiran A
2.3.11 Kelompok Ahli Waris
Ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas warisan orang yang telah meninggal dunia. Tetapi tidak seluruh ahli waris yang ada menerima harta
warisan, sebab para ahli waris ada yang lebih dekat kepada si Mayit dan ada yang
lebih jauh. Menurut Usman, Somawinata 1997:63, para ahli waris yang
mempunyai hak waris dapat dikelompokan menjadi dua golongan, yakni Ahli waris yang mengandung kepastian berdasarkan kesepakatan para ulama fuqaha,
yaitu yang ditetapkan oleh Allah secara jelas di dalam Al-Qur’an dan dipaparkan oleh Nabi di dalam Hadist, Dan golongan yang hak warisnya masih
diperselisihkan oleh para ulama fuqaha. Untuk golongan ahli waris yang telah disepakati, Para ulama telah menetapkan bahwa terdapat lima belas laki-laki dan
sepuluh perempuan yang berhak untuk mendapatkan hak waris. Dalam hal ini tidak ada seorangpun yang menyalahi ijma’ para ulama tersebut, karena mereka
bersandar kepada dalil Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw. Untuk melihat siapa saja Ahli-ahli waris yang telah disepakati ulama, dapat dilihat di tabel
pengetahuan pada lampiran A. adapun di tabel pengetahuan ahli waris yang tercantum hanya berjumlah 23, karena budak laki-laki, dan budak perempuan
tidak diikutsertakan. Dari kedua ahli waris-ahli waris tersebut sebagian mempunyai bagian tertentu,
yakni bagian yang telah ditentukan kadarnya, mereka disebut ahli waris asshabul furud. Sebagian lainnya tidak mempunyai bagian, tetapi mereka menerima sisa
pembagian setelah diambil oleh ashhabul furud, atau bahkan mendapatkan semua
jika tidak ada ashabul furud, dan tidak menerima bagian jika harta warisan telah habis dibagi kepada ashabul furud, mereka disebut sebagai ashabah.
Golongan ahli waris yang masih diperselisihkan hak warisnya adalah ahli waris yang berasal dari kerabat, yang tidak disebutkan didalam kitab Allah
maupun Hadist Nabi. Mereka disebut sebagai Dzawil Arham.
2.3.12 Pembagian Hak Waris
1. Ashhabul Furudh
Hasybi Ash Shidieqy 1973:74, dalam literatur Usman, Somawinata 1997:66
mengemukakan bahwa ashhabul furud merupakan ahli waris yang bagiannya telah ditetapkan dan ditentukan baik dengan nash, maupun ijma.
Berikut adalah ahli waris-ahli waris yang termasuk golongan ashhabul furud. Usman, Somawinata, 1997:67. Untuk bagian penerimaan untuk masing-
masing ashhabul furudh, beserta syarat dan keterangannya dapat dilihat di tabel pengetahuan pada lampiran A
a. Suami b. Istri
c. Anak perempuan d. Cucu perempuan keturunan anak laki-laki, cicit perempuan keturunan cucu
laki-laki dari anak laki-laki, dan seterusnya ke bawah e. Bapak
f. Kakek g. Ibu