Sumber Hukum dari Al-Qur’an

faraid bagi umat Islam sehingga oleh sebagian besar ulama dikatakan sebagai separuh ilmu. Di bawah ini adalah hadits-hadist Nabi saw yang menjelaskan keutamaan dan anjuran untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu faraid. Dari Ibnu Masud, dia berkata: Telah bersabda Rosululloh saw : Pelajarilah Al-Quran dan ajarkanlah kepada manusia.Pelajarilah Faroidh dan ajarkanlah kepada manusia. Karena aku adalah orang yang akan mati, sedang ilmupun akan diangkat. Hampir saja dua orang berselisih tentang pembagian warisan dan masalahnya tidak menemukan sseorang yang memberitahukannya kepada keduanya HR Ahmad. Dari Abdulloh bin Amr, bahwa Rasululloh saw bersabda: Ilmu itu ada tiga macam, dan selain dari yang tiga itu adalah tambahan. Yang tiga itu ialah ayat yang jelas, sunnah yang datang dari nabi, dan faroidhlah yang adil. HR Abu Dawud dan Ibnu Majah. Dari Abu Hurairoh, bahwa Nabi saw bersabda : Pelajarilah Faroidh dan ajarkanlah kepada manusia, karena Faroidh adalah separuh dari ilmu dan akan dilupakan. Faroidhlah ilmu yang pertama kali dicabut dari umatku. HR Ibnu Majah dan Daroquthni. Hadist-hadist diatas menunjukkan, bahwa Rasulullah saw memerintahkan kepada umat Islam untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu faraid, agar tidak tejadi perselisihan-perselisihan dalam pembagian harta warisan, disebabkan ketiadaan ulama.

2.3.4 Rukun-rukun Waris

Menurut Ash-Shabuni 1995:39 rukun kewarisan adalah sesuatu yang harus ada untuk mewujudkan bagian harta waris dimana bagian harta waris tidak akan ditemukan bila tidak ada rukun-rukunnya. Menurut Sayyid Sabiq, dalam literatur Usman, Somawinata 1997:23 rukun-rukun waris terbagi menjadi tiga, yang mana jika salah satu dari rukun waris ini tidak ada maka tidak akan terjadi pembagian warisan. Diantaranya adalah: 1. Pewaris Muwarits, yaitu orang yang meninggal dunia yang meninggalkan sejumlah harta dan peninggalan lainnya yang dapat diwariskan. 2. Ahli waris, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang berhak untuk menguasai atau menerima harta peninggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan kekerabatan nasab atau ikatan pernikahan, atau lainnya. 3. Harta Warisan Mauruts, yaitu harta peninggalan milik pewaris yang ditinggalkan ketika ia wafat.

2.3.5 Syarat-syarat Waris

Menurut Sayyid Sabbiq dalam Usman, Somawinata, 1995:24, yang menjadi syarat-syarat waris adalah : 1. Telah meninggalnya pewaris baik secara nyata hakiki maupun secara hukum misalnya dianggap telah meninggal oleh hakim, karena setelah dinantikan hingga kurun waktu tertentu, tidak terdengar kabar mengenai hidup matinya.