dimaksudkan untuk menggantikan kedudukan seorang pakar, tetapi hanya untuk memasyarakatkan pengetahuan dan melestarikan kemampuan dan pengalaman
seorang pakar yang sangat langka. Sistem pakar juga merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pemecahan masalah yang relatif lebih cepat dan mudah.
Sistem pakar memungkinkan seseorang bisa meningkatkan produktifitasnya, memperbaiki kualitas keputusannya, dan memecahkan masalah yang rumit,
sekalipun tidak ada seorang ahli atau pakar.
2.2.2 Konsep Dasar Sistem Pakar
Secara konseptual, sistem pakar expert system merupakan sistem yang menggunakan pengetahuan manusia yang direpresentasikan dalam komputer dan
kemudian dipergunakan untuk memecahkan masalah yang biasanya menggunakan
kepakaran seseorang Turban, 2005. Lebih lanjut Turban 2005 menyatakan,
bahwa konsep dasar sistem pakar mengandung keahlian, ahli, pengalihan keahlian, inferensi, aturan dan kemampuan menjelaskan.
1. Kepakaran Expertise Kepakaran merupakan penguasaan pengetahuan di bidang tertentu yang
diperoleh dari serangkaian pelatihan, membaca, atau pengalaman. 2. Pakar Expert
Seorang pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan, penilaian, pengalaman, metode khusus, serta kemampuan untuk menerapkan bakat ini
dalam memberi nasihat dan memecahkan masalah. Pakar memiliki beberapa
konsep umum, yaitu:
a. Harus mampu memecahkan persoalan dan mencapai tingkat performa yang secara signifikan lebih baik dari orang kebanyakan.
b. Pakar adalah relatif. Pakar pada satu waktu atau satu wilayah mungkin tidak menjadi pakar di waktu atau wilayah lain. Misalnya, mahasiswa
hukum mungkin disebut pakar dalam permasalahan hukum dibanding petugas administrasi, tetapi bukan pakar di pengadilan.
3. Pengalihan Kepakaran Tujuan utama sistem pakar adalah mengalihkan kepakaran seorang pakar ke
dalam komputer yang akan digunakan oleh pihak lain yang bukan pakar, untuk menemukan solusi atas permasalahan. Pengetahuan yang disimpan
dalam mesin disebut dengan nama basis pengetahuan. 4. Penalaran inference
Salah satu fitur yang harus dimiliki oleh sistem pakar adalah kemampuan untuk menalar. Jika kepakaran sudah tersimpan sebagai basis pengetahuan dan
tersedia program yang mampu mengakses basis data, maka komputer harus dapat diprogram untuk membuat inferensi inference. Proses kesimpulan ini
dikemas dalam bentuk motor atau mesin inferensi inference engine. 5. Aturan – aturan Rules
Sebagian besar sistem pakar adalah sistem berbasis aturan. Aturan tersebut biasanya berbentuk IF – THEN. Aturan digunakan sebagai prosedur untuk
memecahkan permasalahan.
6. Kemampuan Penjelasan Explanation Capability Merupakan komponen tambahan dari sistem pakar yang berfungsi untuk
memberikan penjelasan
kepada user mengapa suatu pertanyaan
ditanyakan oleh sistem pakar, bagaimana kesimpulan dapat diperoleh.
2.2.3 Struktur Sistem Pakar
Sistem pakar terdiri dari dua bagian pokok, yaitu : Lingkungan pengembangan development environment digunakan sebagai pembangun sistem
pakar, baik dari segi pembangun komponen maupun basis pengetahuan. Lingkugan konsultasi consultation environment digunakan oleh user untuk
berkonsultasi dan mendapatkan kesimpulan dan solusi akhir. Turban, 2005
Gambar 2.1 Struktur Sistem Pakar Turban, 2005
Pengguna
Antarmuka Pengguna
Tindakan yang direkomendasikan
Basis Pengetahuan
Mesin Inferensi
Knowledge Engineer
Fakta tentang kejadian tertentu
Fasilitas Penjelasan
Workplace
Perbaikan Pengetahuan
Pakar
Akuisisi Pengetahuan
Lingkungan Konsultasi Lingkungan Pengembangan
2.2.4 Komponen Sistem Pakar
1. Antarmuka Pengguna User Interface Sistem pakar menggantikan seorang pakar dalam suatu situasi tertentu, maka
sistem harus menyediakan pendukung yang diperlukan oleh pemakai yang tidak memahami masalah teknis. Sistem pakar juga menyediakan komunikasi
antara sistem dan pemakainya, yang disebut sebagai antarmuka. Antarmuka yang efektif dan ramah pengguna user-friendly penting sekali terutama bagi
pemakai yang tidak ahli dalam bidang yang diterapkan pada sistem pakar. 2. Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program
komputer. Dalam tahap ini knowledge engineer berusaha menyerap pengetahuan untuk selanjutnya ditransfer kedalam basis pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh dari pakar, dilengkapi dengan buku, basis data, laporan
penelitian dan pengalaman pemakai Arhami, 2005:16. Dalam tahap akuisisi
pengetahuan ini, seorang knowledge engineer berusaha menyerap pengetahuan dari pakar dan referensi lainnya, kemudian memindahkannya kedalam bahasa
pemrograman yang dimengerti oleh komputer. Pengetahuan, khususnya dari pakar dapat diperoleh melalui beberapa cara atau
metode. Turban 1988, dalam Arhami, 2005:16
a. Wawancara Wawancara adalah metode akuisisi yang paling banyak digunakan. Metode
ini melibatkan pembicaraan dengan pakar secara langsung dalam suatu wawancara.
b. Analisis Protokol Dalam metode akuisisi ini, pakar diminta untuk melakukan suatu pekerjaan
dan mengungkapkan proses pemikirannya dengan menggunakan kata-kata. Pekerjaan tersebut direkam, dituliskan dan di analisis.
c. Observasi Pada Pekerjaan Pakar Dalam metode ini, pekerjaan dalam bidang tertentu yang dilakukan pakar
direkam dan diobservasi. d. Induksi Aturan dari Contoh
Metode ini dibatasi untuk sistem berbasis aturan. Induksi adalah suatu proses penalaran dari khusus ke umum. Suatu sistem induksi aturan diberi
contoh-contoh dari suatu masalah yang hasilnya telah diketahui. Setelah diberikan beberapa contoh, sistem induksi aturan tersebut dapat membuat
aturan yang benar untuk kasus-kasus contoh. 3. Basis Pengetahuan
Merupakan Bagian dari sistem pakar yang berisi domain pengetahuan
.
Jantung sistem pakar adalah basis pengetahuan. Setelah proses akuisisi pengetahuan
selesai dilakukan, maka pengetahuan tersebut harus direpresentasikan menjadi basis pengetahuan, yang selanjutnya dikumpulkan dikodekan diorganisasikan
dan digambarkan ke dalam bentuk rancangan lain untuk menjadi bentuk yang
lebih sistematis. Menurut Arhami 2005:15, knowledge base terdiri dari detail
pengetahuan tentang domain tertentu. Pada umumnya, Basis pengetahuan tersusun atas fakta dan aturan. Fakta adalah informasi tentang objek, peristiwa,
atau situasi. aturan adalah cara untuk membangkitkan suatu fakta baru dari fakta yang sudah diketahui.
4. Memori Kerja Merupakan bagian dari sistem pakar yang menyimpan fakta-fakta yang
diperoleh saat dilakukan proses konsultasi. Fakta-fakta inilah yang nantinya akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan pengetahuan yang disimpan
dalam basis pengetahuan untuk menentukan suatu keputusan pemecahan masalah.Hartati, Iswanti, 2008
5. Mesin Inferensi Mesin inferensi merupakan otak dari sistem pakar, berupa perangkat lunak
yang memberikan metodologi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam memori kerja untuk memformulasikan
kesimpulan Turban, 2005. Komponen ini Mengandung mekanisme pola pikir dan penalaran yang digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan masalah.
Mesin Inferensi merupakan bagian dari sistem pakar yang berfungsi melakukan penalaran atau pelacakan menggunakan isi daftar aturan berdasarkan urutan
dan pola tertentu. Selama proses konsultasi, mesin inferensi menguji aturan satu demi satu sampai kondisi aturan itu benar. Mesin Inferensi dapat dikatakan
sama dengan query dalam sistem basis data, dan seperti yang sudah disinggung diatas bahwa tugas utama dari modul inferensi adalah
mengeksplorasi basis pengetahuan untuk mencari solusi dari permasalahan
tertentu. Arhami, 2005:19
6. Fasilitas Penjelasan Proses menentukan keputusan yang dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi
konsultasi mencerminkan proses penalaran seorang pakar. Karena pemakai terkadang bukanlah ahli dalam bidang tersebut, maka dibuatlah fasilitas
penjelasan Hartati, Iswanti, 2008.
2.2.5 Ciri dan Karakteristik Sistem Pakar
2.2.5.1 Ciri-ciri Sistem Pakar
Menurut Turban 2005, sebuah perangkat lunak dapat dikatakan sebagai sistem pakar diantaranya, jika memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut
1. Terbatas pada domain keahlian tertentu 2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak pasti
3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan-alasan yang diberikan dengan cara yang dapat dipahami
4. Berdasarkan pada aturan atau rule tertentu 5. Dirancang untuk dapat dikembangkan secara bertahap
6. Keluarannya bersifat anjuran, keterangan, atau kesimpulan akhir 7. Sistem dapat mengaktifkan aturan secara terarah yang sesuai, dituntun oleh
dialog dengan user.
2.2.5.2 Karakteristik Sistem pakar
Ada beberapa karakteristik sistem pakar sebagai berikut : 1. Sistem pakar harus terspesialisasi layaknya seorang pakar. Hal ini berarti
bahwa kemampuan sistem pakar diperoleh dari basis pengetahuan tertentu dalam domain yang spesifik dalam bidang yang spesifik juga.
2. Domain knowledge harus dipisah dari kode program agar dapat dengan mudah dimengerti. Karena basis pengetahuan terdiri dari domain pengetahuan yang
spesifik maka pengetahuan tersebut dapat dipisahkan dari mesin inferensi yang memungkinkan representasi domain pengetahuan tertentu. Dengan
demikian seorang pakar hanya perlu mengekspresikan pengetahuan dengan pernyataan English Statement seperti rule yang merupakan cara
merepresentasikan pengetahuan ke dalam kode program source code. 3. Sistem pakar mereduksi kebutuhan akan keahlian pemrograman
Programming skill. Sistem pakar memisahkan kode program dengan knowledge base, ini memperbolehkan basis pengetahuan diekspresikan dalam
sintaks yang mudah dimengerti oleh non-programmer atau orang yang mempunyai sedikit keahlian yang berhubungan dengan pemrograman
4. Mesin inferensi yang berbeda dapat diterapkan pada basis pengetahuan yang sama. Karena sistem pakar yang didasarkan pada symbolic reasoning sama
baiknya dengan numeric reasoning, maka sistem pakar dapat dikembangkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang bersifat non-numeric. Jadi ha1 ini
memungkinkan pengaplikasian program sistem pakar pada masalah-masalah dimana formal algorithmic tidak sesuai untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Contoh dari sistem pakar dapat diimplementasikan dalam diagnosis penyakit, konfigurasi komputer, prediksi perilaku sosial, dan beberapa
masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh formal numeric solution. 5. Keputusan merupakan bagian terpenting dari sistem pakar. Sistem pakar harus
memberikan solusi yang akurat berdasarkan masukan pengetahuan, sehingga fasilitas informasi sistem harus selalu diperhatikan.
6. Sistem pakar tidak menjamin menjadi benar dan kadang-kadang gagal. Karakteristik ini tergantung dari representasi pengetahuan yang dilakukan oleh
knowledge engineering maupun seorang pakar. Atau ada kemungkinan dari
sumber yang tidak dapat dipercaya.
2.2.6 Keuntungan dan Kelemahan Sistem Pakar
2.2.6.1 Keuntungan Sistem Pakar
Menurut Suparman, Marlan 2007:98 program sistem pakar sangat mengutungkan, karena :
1. Memungkinkan seorang awam bisa melakukan pekerjaan pakar 2. Meningkatkan produktivitas kerja dengan jalan meningkatkan efisiensi
3. Menghemat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan 4. Menyederhanakan beberapa operasi.
5. Dapat melakukan proses rumit berulang-ulang secara otomatis yang bagi kebanyakan orang mungkin membosankan
Keuntungan yang bisa diperoleh dari sistem pakar seperti diatas, belum terhitung keuntungan penghematan biaya. Sistem pakar, seperti halnya Software
lainnya, memang tidak bisa dikatakan bisa menghemat, tetapi keuntungan yang diperoleh darinya sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
2.2.6.2 Kelemahan Sistem Pakar
Seperti halnya produk manusia lainnya, selain ada kekuatan atau kelebihan, ada pula kekurangan dan kelemahannya. Demikian pula halnya dengan
sistem pakar. Berikut adalah kelemahan-kelemahan sistem pakar Suparman, Marlan, 2007:98
1. Pengembangan sistem pakar sangat sulit, lebih sulit daripada membuat software konvensional. Seorang pakar yang baik sulit didapat. Memadatkan
pengetahuan mereka dan mengalihkannya kedalam sebuah program merupakan pekerjaan yang melelahkan, lama, dan memerlukan biaya besar.
2. Untuk membuat sistem pakar yang benar-benar berkualitas tinggi sangatlah sulit dan memerlukan biaya yang sangat besar tunku pengembangan dan
pemeliharannya. 3. Sistem pakar tidak 100 handal. Meskipun saat pembuatannya telah
berkontribusi para pakar yang baik, sistem pakar tetap tidak sempurna atau tidak selalu benar. Oleh karena itu, sistem perlu diuji ulang secara teliti
sebelum digunakan. Peranan manusia tetap merupakan faktor dominan.
2.2.7 Perbandingan Sistem Pakar dan Sistem Konvensional
Perbedaan antara sistem pakar dan sistem konvensional dapat dilihat pada tabel berikut Kusrini, 2006:
Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Konvensional dan Sistem Pakar Kusrini, 2006
Sistem Konvensional Sistem Pakar
Informasi dan pemrosesan umumnya digabung dalam satu program sequential.
Knowledge base terpisah dari mekanisme pemrosesan inference.
Program tidak pernah salah kecuali pemrogramnya yang salah.
Program bisa saja melakukan kesalahan. Tidak menjelaskan mengapa input
dibutuhkan atau bagaimana hasil diperoleh.
Penjelasan explanation merupakan bagian dari expert system
Data harus lengkap. Data tidak harus lengkap.
Perubahan pada program merepotkan. Perubahan pada rules dapat dilakukan
dengan mudah.
Sistem bekerja jika sudah lengkap Sistem dapat bekerja hanya dengan rules
yang sedikit.
Eksekusi secara algoritmik step by step. Eksekusi dilakukan secara heuristic.
Manipulasi efektif pada database yang besar.
Manipulasi efektif pada knowledge-base yang besar.
Efesien adalah tujuan utama. Efektivitas adalah tujuan utama.
Data kuantitatif Data kualitatif
Representasi data dalam numeric Representas pengetahuan dalam symbol.
Menangkap, menambah, dan mendistribusikan data numeric atau
informasi Menangkap, menambah, dan
mendistribusikan pertimbangan dan pengetahuan.
2.2.8 Metode Inferensi penalaran
Menurut Giarratano dan Riley 2005 metode inferensi untuk memecahkan suatu persoalan dalam sistem pakar dapat dilakukan dengan merangkai rantai
produksi Chaining. Jenis rantai produksi Chaining tersebut adalah : a.
Backward Chaining Backward-Chaining adalah sebuah metode atau strategi inferensi yang
diperoleh untuk membuktikan suatu hipotesis dengan dukungan informasi. Backward-Chaining dimulai dengan sebuah goal yang harus dibuktikan.
Langkah dalam membuktikan suatu goal adalah sebagai berikut:
Pertama, periksa working memory untuk melihat jika goal telah ditambahkan sebelumnya. Langkah ini diperlukan karena mungkin basis pengetahuan lain
sudah siap membuktikan suatu goal. Kedua, jika sebuah goal tidak dibuktikan sebelumnya, maka sistem akan mencari rule satu persatu dalam bagian
THEN. Tipe rule ini disebut dengan goal rule. Selanjutnya sistem akan memeriksa jika alasan goal tercantum dalam working memory. Alasan yang
tidak tercantum akan menjadi goal baru yang disebut dengan subgoal. Backward Chaining Menggunakan pendekatan goal-driven, dimulai dari
ekspektasi apa yangdiinginkan terjadi hipotesis, kemudian mengecek pada sebab-sebab yang mendukung ataupun kontradiktif dari ekspektasi tersebut.
Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang sempit dan cukup dalam, maka gunakan backward chaining.
Gambar 2.2 Proses Backward Chaining Giarratano dan Riley, 2005
b. Forward Chaining
Forward-chaining adalah metode atau strategi inferensi yang dimulai dengan sekumpulan fakta-fakta baru yang diperoleh dengan menggunakan rule,
dimana alasan yang digunakan sesuai dengan fakta yang ada, dan
melanjutkan proses ini sampai goal diraih atau sampai tidak ada rule selanjutnya yang mempunyai alasan yang sesuai dengan fakta yang ada
maupun fakta yang diketahui. Operasi dari sebuah forward-chaining sistem dimulai dengan inisialisasi tentang masalah yang dinyatakan dalam working
memory. Hal ini dapat dibangun dengan sejumlah cara, seperti informasi yang diperoleh dari basis data, sensor atau menanyakan kepada user. Forward
chaining merupakan grup dari multiple inferensi yang melakukan pencarian dari suatu masalah kepada solusinya. Jika klausa premis sesuai dengan situasi
bernilai TRUE, maka proses akan meng-assert konklusi. Forward chaining adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia
dan baru konklusi diperoleh. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar dan tidak dalam, maka gunakan forward chaining
Gambar 2.3 Proses Forward Chaining Giarratano dan Riley, 2005
Kedua metode Inferensi tersebut dipengaruhi oleh tiga macam teknik penelusuran, yaitu Depth first search, Breadth First Search, dan Best First
Search. Berikut adalah penjelasannya Arhami, 2005:20
a. Depth first Search Melakukan penelusuran rule secara mendalam dari simpul akar bergerak
menurun ke tingkat dalam yang berurutan. Metode penelusuran ini dimulai dari akar level 0 dan dilanjutkan dengan penelusuran node paling kiri yang
berada pada level dibawahnya sampai dasar dari level. Bila tidak ditemukan goal maka pencarian diteruskan pada level 1 dan seterusnya
1
2 4
3
5 6
7 8
9
10
Goal Level 1
Leve Root Node start Level 0
l 2
Gambar 2.4
Depth First Search Arhami, 2005 b.
Breadth First Search Bergerak dari simpul akar, simpul yang ada pada setiap tingkat diuji sebelum
pindah ke tingkat selanjutnya. Metode Penelusuran ini dimulai dari akar level 0 dan dilanjutkan ke level selanjutnya. Pelacakan ini dilakukan dengan
menelusuri pada semua node yang mempunyai level yang sama sampai menemukan goal pada level tersebut. Bila tidak ditemukan maka akan pindah
ke level selanjutnya.
1
2 4
3
5 6
7 8
9
10
Goal Level 1
Root Node start Level 0
Level 2
Gambar 2.5 Breadth First Search Arhami, 2005
c. Best First search
Merupakan gabungan dari kedua metode di atas, dimana dalam mencari goal penelusuran dimulai dengan breadth first search lalu dilanjutkan dengan depth
first search. Metode ini lebih efektif dan efisien dalam menyelesaikan masalah. Pencarian jenis ini juga dikenal sebagai heuristic.pendekatan yang
dilakukan adalah mencari solusi yang terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sehingga penelusuran dapat ditentukan harus dimulai dari mana.
Keuntungan jenis penelusuran ini adalah mengurangi beban komputasi karena hanya solusi yang memberi harapan saja yang akan diuji dan akan berhenti
apabila solusi sudah mendekati yang terbaik. 1
2 4
3
5 6
7 8
9
10
Goal Level 1
Level 2 Root Node start Level 0
1
Gambar 2.6 Best First Search Arhami, 2005
2.2.9 Representasi Pengetahuan
Representasi pengetahuan adalah suatu teknik untuk merepresentasikan basis pengetahuan yang diperoleh ke dalam suatu skema, diagram atau dalam
format tertentu yang dapat dipahami oleh manusia dan dapat dieksekusi oleh komputer sehingga dapat diketahui relasi atau keterhubungan antara suatu data
dengan data yang lain. Teknik ini membantu knowledge engineer dalam memahami struktur pengetahuan yang akan dibuat sistem pakarnya Turban,
2005:785. Berikut adalah beberapa cara untuk merepresentasikan pengetahuan, yaitu :
1. Rule-Based Knowledge Kaidah Produksi Pengetahuan direpresentasikan dalam suatu bentuk fakta facts dan aturan
rules.
Struktur
rule
secara lojik menghubungkan satu atau beberapa alasan
premise
yang terdapat dalam pernyataan JIKA
IF
dengan satu atau lebih kesimpulan
conclusion
yang terdapat dalam pernyataan MAKA
THEN.
Sebagai contoh,
Level 2 2
4 3
5 6
7 8
9
10
Goal Level 1
Root Node start Level 0
JIKA lampu lalu lintas merah DAN anda telah berhenti, MAKA belok kanan diperbolehkan
Secara umum
rule
dapat mempunyai beberapa alasan yang digabungkan dengan pernyataan AND
conjunction,
atau pernyataan OR
disjunction
atau dapat juga menggabungkan keduannya.
2. Frame-Based Knowledge
Pengetahuan direpresentasikan dalam suatu bentuk hirarki atau jaringan frame. Frame
merupakan sebuah struktur data untuk merepresentasikan pengetahuan
dari berbagai konsep atau objek. Sebuah
frame
juga dapat digambarkan dalam
berbagai bentuk seperti yang terlihat pada Gambar berikut
Gambar 2.7 Representasi pengetahuan dengan Frame Arhami, 2005
3. Semantic Network
Semantic network merupakan salah satu teknik untuk menggambarkan hubungan antar objek yang terbentuk melalui node-node dan links
Gambar 2.8 Semantic Network Arhami, 2005
4. Logic
Bentuk pengetahuan yang paling tua dalam merepresentasikan pengetahuan dalam komputer adalah logic. Dalam logic sendiri ada dua teknik yang sering
digunakan dalam representasi pengetahuan yaitu Propositional Logic dan Predicate Calculus.
a Propositional Logic Propositional logic merepresentasikan dan memberi alasan dengan dalil
proposition , dimana salah satu pernyataannya adalah true atau false.
b Predicate Calculus Predicate Calculus membagi pernyataan mejadi beberapa bagian, pemberian
nama, karakteristik objek keterangan lain tentang objek 5. Daftar List
List adalah daftar tertulis dari hal – hal items yang saling berhubungan. Bisa berupa daftar orang yang anda kenal, barang-barang yang harus dibeli dipasar
swalayan, hal-hal yang harus dilakukan minggu ini, atau produk- produk dalam suatu katalog. Gambar 2.9 adalah representasi pengetahuan dengan list.
Gambar 2.9 List Arhami, 2005
6. Tabel Keputusan. Tabel keputusan adalah pengetahuan yang diatur dalam bentuk lembar kerja
spreedsheet, menggunakan kolom dan garis. Tabel keputusan merupakan suatu cara utnuk mendokumentasikan pengetahuan dan merupakan matrix
kondisi yang dipertimbangkan dalam pendeskripsian kaidah.dengan kata lain,kaidah yang disajikan dalam bentuk kaidah produksi disusun dari tabel
keputusan.Hartanti, Iswanti, 2008:26. Representasi pengetahuan dengan tabel keputusan dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Tabel Keputusan Hartanti, Iswanti, 2008
Kondisi 1 √
Kondisi 2 √
Kondisi 3 √
7. Pohon Keputusan Pohon keputusan merupakan struktur penggambaran pohon yang berhubungan
dengan tabel keputusan. Dari pohon keputusan dapat diketahui atribut kondisi yang dapat direduksi sehingga menghasilkan kaidah yang efisien dan
optimal.
Representasi pengetahuan dengan Pohon keputusan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 2.10 Pohon Keputusan Hartanti, Iswanti, 2008
2.3 Tinjauan Umum Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam
2.3.1 Definisi Waris
Waris dalam bahasa Arab adalah Faraid yang merupakan bentuk jamak dari al-faridhah yang bermakna sesuatu yang diwajibkan, atau pembagian
yang telah ditentukan sesuai dengan kadarnya masing-masing. Syariat Islam mengajarkan ilmu faraid, yaitu ilmu yang mempelajari tentang perhitungan
dan tata cara pembagian harta warisan untuk setiap ahli waris berdasarkan
syariat Islam. Amir Syarifuddin, 1999:6
Menurut Pasal 49 huruf b UU RI No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan waris adalah penentuan siapa-
siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris dan pelaksanaan pembagian harta peninggalan
tersebut.
Dari definisi-definisi diatas, dapatlah dipahami bahwa kewarisan atau faraid adalah perihal pemindahan harta peninggalan dari seseorang yang
meninggal dunia kepada yang masih hidup, baik mengenai harta yang ditinggalkanya, orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan tersebut,
bagian masing-masing ahli waris, maupun cara penghitungan dan penyelesaian pembagian harta peninggalan tersebut.
2.3.2 Dasar-dasar atau Sumber Hukum
Menurut Usman, Somawinata 1995:17, Sumber hukum untuk perihal
kewarisan atau ilmu faraid ini diambil dari tiga sumber, yaitu: 1.
Al-Qur’an 2.
Hadits Rasulullah 3.
Ijma’ para sahabat dan ulama Satu hal yang harus diperhatikan bahwa tidak ada ijtihad dan qiyas di
dalam ilmu faraid, kecuali jika ia telah menjadi kesepakatan atau ijma’ para ulama
2.3.2.1 Sumber Hukum dari Al-Qur’an
Menurut Usman, Somawinata 1995:15, Perihal peralihan harta waris atau
faraid terdapat dalam Al-Quran dalam surat an-Nisaa’ ayat 7, 8, 11, 12, 13, 14, al- Anfal : 75, al-Ahzab : 6. Khusus aturan tentang bagian untuk para ahli waris
secara terperinci dalam Al-Qur’an terdapat pada tiga ayat dalam surat an-Nisaa’ yang juga tersebut diatas, yaitu ayat 11, 12 dan 176. Ayat-ayat inilah yang
kemudian disebut sebagai ayat-ayat waris. Untuk ayat ayat warisan yang berkaitan langsung dengan pembagian warisan dan penulis gunakan untuk penelitian ini
dapat dilhat pada lampiran tabel pengetahuan.
2.3.2.2 Sumber Hukum dari Hadist Rasulullah
Kewarisan atau faraid termasuk bidang fikih yang paling jelas diatur dalam al-qur’an. Oleh karena itu hadist-hadist Nabi yang berkenaan dengan faraid
ini tidak termasuk banyak jumlahnya. hadist-hadist yang langsung berhubungan dengan ketentuan hak waris dapat dilihat pada lampiran tabel pengetahuan
Usman, Somawinata, 1995 :20
2.3.2.3 Hukum Dari Ijma’ Para Sahabat dan Ulama
Ijma para sahabat Nabi, tabiin generasi setelah sahabat, dan tabiit tabiin generasi setelah tabiin,mempunyai peranan yang tidak kecil
sumbangannya terhadap pemecahan masalah-masalah kewarisan yang belum dijelaskan oleh nash-nash yang shahih.seperti pada masalah Aul Radd, Kakek
bersama saudara, pembagian sepertiga sisa bagi ibu jika hanya bersama bapak Musyarakah dan suami atau istri dalam masalah Gharrawain, dan lain
sebagainya.Usman, Somawinata, 1995:21
2.3.3 Keutamaan Mempelajari dan Mengajarkan Ilmu Faraid
Ilmu faraid merupakan salah satu disiplin ilmu di dalam Islam yang sangat utama untuk dipelajari. Dengan menguasai ilmu faraid, maka Insya Allah kita dapat
mencegah perselisihan-perselisihan dalam pembagian harta warisan, sehingga orang yang mempelajarinya Insya Allah akan mempunyai kedudukan yang tinggi
dan mendapatkan pahala yang besar disisi Allah swt. Begitu besar derajat ilmu
faraid bagi umat Islam sehingga oleh sebagian besar ulama dikatakan sebagai separuh ilmu.
Di bawah ini adalah hadits-hadist Nabi saw yang menjelaskan keutamaan dan anjuran untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu faraid.
Dari Ibnu Masud, dia berkata: Telah bersabda Rosululloh saw : Pelajarilah Al-Quran dan ajarkanlah kepada manusia.Pelajarilah
Faroidh dan ajarkanlah kepada manusia. Karena aku adalah orang yang akan mati, sedang ilmupun akan diangkat. Hampir saja dua orang berselisih tentang
pembagian warisan dan masalahnya tidak menemukan sseorang yang memberitahukannya kepada keduanya HR Ahmad.
Dari Abdulloh bin Amr, bahwa Rasululloh saw bersabda: Ilmu itu ada tiga macam, dan selain dari yang tiga itu adalah tambahan.
Yang tiga itu ialah ayat yang jelas, sunnah yang datang dari nabi, dan faroidhlah yang adil. HR Abu Dawud dan Ibnu Majah.
Dari Abu Hurairoh, bahwa Nabi saw bersabda : Pelajarilah Faroidh dan ajarkanlah kepada manusia, karena Faroidh
adalah separuh dari ilmu dan akan dilupakan. Faroidhlah ilmu yang pertama kali dicabut dari umatku. HR Ibnu Majah dan Daroquthni.
Hadist-hadist diatas menunjukkan, bahwa Rasulullah saw memerintahkan kepada umat Islam untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu faraid, agar tidak
tejadi perselisihan-perselisihan dalam pembagian harta warisan, disebabkan
ketiadaan ulama.
2.3.4 Rukun-rukun Waris
Menurut Ash-Shabuni 1995:39 rukun kewarisan adalah sesuatu yang
harus ada untuk mewujudkan bagian harta waris dimana bagian harta waris tidak akan ditemukan bila tidak ada rukun-rukunnya.
Menurut Sayyid Sabiq, dalam literatur Usman, Somawinata 1997:23
rukun-rukun waris terbagi menjadi tiga, yang mana jika salah satu dari rukun waris ini tidak ada maka tidak akan terjadi pembagian warisan. Diantaranya
adalah: 1.
Pewaris Muwarits, yaitu orang yang meninggal dunia yang meninggalkan sejumlah harta dan peninggalan lainnya yang dapat diwariskan.
2. Ahli waris, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang berhak untuk
menguasai atau menerima harta peninggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan kekerabatan nasab atau ikatan pernikahan, atau lainnya.
3. Harta Warisan Mauruts, yaitu harta peninggalan milik pewaris yang
ditinggalkan ketika ia wafat.
2.3.5 Syarat-syarat Waris
Menurut Sayyid Sabbiq dalam Usman, Somawinata, 1995:24, yang menjadi syarat-syarat waris adalah :
1. Telah meninggalnya pewaris baik secara nyata hakiki maupun secara hukum
misalnya dianggap telah meninggal oleh hakim, karena setelah dinantikan hingga kurun waktu tertentu, tidak terdengar kabar mengenai hidup matinya.
2. Adanya ahli waris yang masih hidup secara nyata pada waktu pewaris
meninggal dunia. 3.
Seluruh ahli waris telah diketahui secara pasti, termasuk kedudukannya terhadap pewaris dan jumlah bagiannya masing-masing
. 2.3.6
Bentuk Waris Menurut Sofyan Effendi 2005:3, Terdapat empat bentuk waris yang
dapat dilakukan, yaitu: 1.
Hak waris secara fardh yang telah ditentukan bagiannya, yakni para
ashhabul furudh yang mendapatkan bagian waris secara tetap, sebagaimana yang sudah Allah tetapkan di dalam Al-Qur’an secara jelas.
2. Hak waris secara ashabah kedekatan kekerabatan dari pihak ayah, yakni
mereka yang mendapatkan sisa waris setelah dibagikan kepada ashhabul furudh.
3. Hak waris secara tambahan, yaitu apabila harta warisan yang telah dibagikan
kepada semua ashhabul furudh masih juga tersisa, sedangkan disana tidak ada ahli waris ashabah, maka sisanya diberikan kepada ashhabul furudh sesuai
dengan bagian yang telah ditentukan. 4.
Hak waris secara pertalian rahim. Bila pewaris tidak mempunyai kerabat sebagai ashhabul furudh, tidak pula ashabah, maka para kerabat yang masih
mempunyai ikatan rahim dengannya berhak untuk mendapatkan warisan. Mereka disebut juga sebagai dzawil arham.
2.3.7 Hak-hak Pewaris atau Kewajiban-Kewajiban Ahli Waris Yang
Berkaitan dengan Harta Warisan
Usman, Somawinata 1997:46, menyatakan sebelum harta warisan tersebut dibagikan kepada ahli waris, hak-hak pewaris terlebih dahulu harus
dibersihkan dan ditunaikan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Biaya Pengurusan Jenazah.
Adapun yang dimaksud adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan si mayit dari mulai meninggalnya sampai dikuburkan. Biaya yang diperlukan
untuk hal tersebut dikeluarkan dari harta warisannya menurut ukuran yang wajar.
2. Hutang Pewaris Mayyit Yang dimaksud dengan hutang adalah suatu tanggungan yang wajib dilunasi
seseorang terhadap orang lain. Pelunasan hutang-hutang pewaris tersebut hendaklah diambil dari harta peninggalannya setelah pengeluaran biaya
perawatannya. Pelunasan hutang itu merupakan kewajiban yang utama sebagai pembebasan pertanggungjawabannya di akhirat.
Dalam hal pelunasan hutang pewaris, jika harta yang ditinggalkan memadai maka dapat langsung dilunasi hutangnya. Namun jika harta yang dimiliki
pewaris tidak memadai, maka penyelesaiannya menurut Sayyid sabiq adalah ahli waris tidak wajib melunasinya kecuali apabila mereka para ahli waris
bermaksud tabbarru atau apabila si mati mewasiatkan kepada mereka untuk melunasinya. Sayyid Sabiq, 1972:425.
3. Menunaikan Wasiatnya Wasiat adalah permintaan pewaris terhadap ahli warisnya sebelum wafatnya.
Wasiat ini sebenarnya tidak hanya berupa pesan yang sifatnya untuk membagikan sejumlah tertentu dari hartanya, namun ia bisa juga berbentuk
pesan-pesan kebaikan yang diinginkan pewaris untuk ditunaikan oleh ahli warisnya.
Penunaian wasiat pewaris dilakukan setelah pewaris wafat. Jika ia mewasiatkan harta, maka yang paling didahulukan untuk diselesaikan adalah
biaya keperluan pemakamannya, kemudian pembayaran hutangnya. Wajib hukumnya menunaikan seluruh wasiat pewaris selama tidak melebihi jumlah
sepertiga dari seluruh harta peninggalannya. Batas maksimum wasiat adalah sepertiga dari harta waris, dan tidak boleh melebihinya, kecuali dengan
kesepakatan dan izin dari para ahli waris. Wasiat pada umumnya diperuntukkan bagi orang yang bukan ahli waris.
2.3.8 Sebab-Sebab Mendapat Warisan
Menurut ketentuan hukum waris Islam, yang menjadi sebab seseorang itu mendapatkan warisan pewaris mayyit dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Usman, Somawinata, 1997:28 : 1. Karena adanya hubungan darah atau kekerabatan
Ditinjau dari garis yang menghubungkan nasab antara yang mewariskan dengan yang mewarisi, kekerabatan dapat digolongkan menjadi tiga golongan
yaitu :
a. Furu’ Yaitu anak turun cabang dari si Mayit, seperti anak, cucu, dan seterusnya
b. Ushul, yaitu leluhur pokok yang menyebabkan adanya si Mayit, seperti ibu, bapak, kakek, nenek, dan seterusnya
c. Hawasyi, yaitu keluarga yang dihubungkan dengan si Mayit melalui garis kesamping seperti saudara, paman, dan seterusnya
2. Karena Pernikahan Yaitu terjadinya pernikahan secara legal syar’i antara seorang laki-laki dan
perempuan, sekalipun belum atau tidak terjadi hubungan intim bersenggama antar keduanya.
3. Al – Wala Kekerabatan Karena Sebab Hukum Seseorang dapat memperoleh harta warisan disebabkan seseorang itu
memerdekakan budak dalam hal ini si mayit, orang yang membebaskan budak berarti telah mengembalikan kebebasan dan jati diri seseorang sebagai
manusia. Oleh karena itu Allah SWT menganugerahkan kepadanya hak mewarisi terhadap budak yang dibebaskan.
2.3.9 Pengugur Pewarisan
Menurut Usman, Somawinata 1997:32 Yang dimaksud dengan
penggugur pewarisan adalah keadaan-keadaan yang menyebabkan seseorang yang seharusnya mendapat warisan menjadi tidak mendapatkannya. Hal-hal yang dapat
mengugurkan hak seseorang tersebut adalah :
1. Pembunuhan Perbuatan membunuh yang dilakukan oleh seseorang ahli waris terhadap si
pewaris menjadi penghalang baginya ahli waris yang membunuh tersebut untuk mendapatkan warisan dari pewaris. Para ulama telah sepakat bahwa
pembunuhan secara sengaja dan disertai permusuhan merupakan salah satu penghalang dalam memperoleh harta warisan.
2. Berlainan Agama
Adapun yang dimaksud dengan berlainan agama adalah berbedanya agama yang dianut antara pewaris dengan ahli waris, artinya seseorang muslim
tidaklah mewarisi dari yang bukan muslim, begitu pula sebaliknya. 3. Budak.
Seseorang yang berstatus sebagai budak yang belum merdeka tidak mempunyai hak untuk mewarisi sekalipun dari saudaranya. Sebab segala
sesuatu yang dimiliki budak, secara langsung menjadi milik tuannya. bagaimanapun keadaannya, semua jenis budak merupakan penggugur hak
untuk mewarisi dan hak untuk diwarisi disebabkan mereka tidak mempunyai hak milik, terkecuali jika ia telah merdeka. Untuk di zaman kita sekarang ini,
sudah banyak undang-undang di berbagai negara yang melarang perbudakan, oleh karena itu jarang sekali kita menemukan budak, atau mungkin sudah
tidak ada sama sekali.
2.3.10 Terhalangnya Hak Kewarisan Hijab
Menurut Usman, Somawinata 1997:95 yang dimaksud dengan hijab
adalah terhalangnya seorang ahli waris yang mempunyai hak waris oleh ahli waris lainnya yang mempunyai hak waris pula, apakah seluruhnya atau sebagiannya,
baik ia dalam keadaan menerima bagian maupun dalam keadaan terhijab.
Usman, Somawinata 1997:95 menyatakan, dalam dunia faraid, hijab itu
dapat diklasifikasikan kepada dua jenis, yaitu sebagai berikut. 1. Hijab Hirman
Yang dimaksud dengan hijab hirman, yaitu dinding yang menyebabkan ahli waris tidak memperoleh sama sekali warisan disebabkan ahli waris yang lain.
Adapun mengenai detail siapa saja ahli waris yang terkena hijab hirman dan keterangan mengenai hijab dalam konteks siapa menghalangi siapa,
selengkapnya dapat dilihat di tabel pengetahuan pada lampiran A
2. Hijab Nuqsan
Yang dimaksud dengan hijab nuqsan adalah dinding yang menyebabkan berkurangnya bagian seorang ahli waris. Contoh Anak, baik anak laki-laki
maupun anak perempuan merupakan hijab nuqsan bagi si istri, sebab dengan adanya anak, maka bagian yang diperolehnya menjadi berkurang, yakni dari
14 bagian menjadi 18 bagian. Para ahli waris yang terkena hijab nuqsan dan keterangannya pada lampiran A
2.3.11 Kelompok Ahli Waris
Ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas warisan orang yang telah meninggal dunia. Tetapi tidak seluruh ahli waris yang ada menerima harta
warisan, sebab para ahli waris ada yang lebih dekat kepada si Mayit dan ada yang
lebih jauh. Menurut Usman, Somawinata 1997:63, para ahli waris yang
mempunyai hak waris dapat dikelompokan menjadi dua golongan, yakni Ahli waris yang mengandung kepastian berdasarkan kesepakatan para ulama fuqaha,
yaitu yang ditetapkan oleh Allah secara jelas di dalam Al-Qur’an dan dipaparkan oleh Nabi di dalam Hadist, Dan golongan yang hak warisnya masih
diperselisihkan oleh para ulama fuqaha. Untuk golongan ahli waris yang telah disepakati, Para ulama telah menetapkan bahwa terdapat lima belas laki-laki dan
sepuluh perempuan yang berhak untuk mendapatkan hak waris. Dalam hal ini tidak ada seorangpun yang menyalahi ijma’ para ulama tersebut, karena mereka
bersandar kepada dalil Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw. Untuk melihat siapa saja Ahli-ahli waris yang telah disepakati ulama, dapat dilihat di tabel
pengetahuan pada lampiran A. adapun di tabel pengetahuan ahli waris yang tercantum hanya berjumlah 23, karena budak laki-laki, dan budak perempuan
tidak diikutsertakan. Dari kedua ahli waris-ahli waris tersebut sebagian mempunyai bagian tertentu,
yakni bagian yang telah ditentukan kadarnya, mereka disebut ahli waris asshabul furud. Sebagian lainnya tidak mempunyai bagian, tetapi mereka menerima sisa
pembagian setelah diambil oleh ashhabul furud, atau bahkan mendapatkan semua
jika tidak ada ashabul furud, dan tidak menerima bagian jika harta warisan telah habis dibagi kepada ashabul furud, mereka disebut sebagai ashabah.
Golongan ahli waris yang masih diperselisihkan hak warisnya adalah ahli waris yang berasal dari kerabat, yang tidak disebutkan didalam kitab Allah
maupun Hadist Nabi. Mereka disebut sebagai Dzawil Arham.
2.3.12 Pembagian Hak Waris
1. Ashhabul Furudh
Hasybi Ash Shidieqy 1973:74, dalam literatur Usman, Somawinata 1997:66
mengemukakan bahwa ashhabul furud merupakan ahli waris yang bagiannya telah ditetapkan dan ditentukan baik dengan nash, maupun ijma.
Berikut adalah ahli waris-ahli waris yang termasuk golongan ashhabul furud. Usman, Somawinata, 1997:67. Untuk bagian penerimaan untuk masing-
masing ashhabul furudh, beserta syarat dan keterangannya dapat dilihat di tabel pengetahuan pada lampiran A
a. Suami b. Istri
c. Anak perempuan d. Cucu perempuan keturunan anak laki-laki, cicit perempuan keturunan cucu
laki-laki dari anak laki-laki, dan seterusnya ke bawah e. Bapak
f. Kakek g. Ibu
h. Nenek dari Ayah i. Nenek dari Ibu
j. Saudara perempuan sekandung k. Saudara perempuan seayah
l. Saudara seibu laki-laki dan Perempuan 2. Ashabah
Kata ashabah merupakan jamak dari ‘ashib yang dari segi kebahasaan bermakna kerabat seseorang dari pihak bapak. Ashabah menurut para istilah para
fuqaha memiliki kesamaan persepsi yaitu ahli waris yang tidak disebutkan
banyaknya bagian di dalam Al-qur’an dan As-Sunnah dengan tegas.. Ahli waris
ashabah dapat mewarisi seluruh harta bila tidak ada ahli waris ashhabul furud, mewarisi sisa harta setelah dibagikan kepada ahli waris ashhabul furud, atau tidak
mewarisi sedikitpun bila harta tersebut tidak tersisa setelah diambil bagian apara
ahli waris ashhabul furud Usman, Somawinata, 1997:72. Sayyid Sabiq dalam Usman, Somawinata, 1997:74, membagi ashabah
menjadi dua bagian, yaitu ashabah nasabiyah berdasarkan adanya ikatan kekerabatan, dan ashabah sababiyah berdasarkan sebab memerdekakan hamba
sahaya atau budak. Mengenai Ashabah Nasabiyah, jenis ashabah ini terbagi atas tiga bagian, yaitu
1. Ashabah bil nafsihi
2. Ashabah bil ghairi
3. Ashabah ma’al ghair
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut.
1. Ashabah bil Nafsi Orang-orang yang menjadi ahli waris ashabah bin nafsi adalah seluruh ahli
waris laki-laki, selain daripada suami dan saudara laki-laki seibu. 2. Ashabah Bil Ghair
Adalah ahli waris perempuan yang mendapatkan bagian sisa ashabah, bila bersama ahli waris laki-laki yang sederajat. Seperti anak perempuan bila
bersama anak laki-laki, saudara perempuan kandung bila bersama saudara laki-laki sekandung. Ahli waris ashabah bil ghair mendapatkan bagian dengan
ketentuan : bagian ahli waris laki-laki dua kali lipat bagian ahli waris perempuan.Untuk detail siapa saja yang menjadi ahli waris ashabah bil ghair
beserta syaratnya dapat dilihat pada lampiran A. 3. Ashabah Ma’al Ghair
Orang orang yang menjadi ahli waris ashabah ma’al ghair adalah seorang atau sekelompok saudara perempuan, baik sekandung maupun sebak yang
mewarisi bersama dengan seorang atau sekelompok anak perempuan atau cucu perempuan dari keturunan laki-laki, manakala tidak ada anak laki-laki,
cucu laki-laki dari keturunan laki-laki atau bapak, serta tidak ada saudaranya yang laki-laki, yang menjadikanya sebagai ahli waris ashabah bil ghair.
2.3.13 Aul dan Radd
2.3.13.1 Definisi al-’Aul
Al-’aul adalah bertambahnya pembagi jumlah bagian fardh sehingga menyebabkan berkurangnya bagian para ahli waris. Hal ini disebabkan terlalu
banyaknya ashhabul furudh sehingga harta yang dibagikan habis, padahal di
antara ashhabul furudh tersebut ada yang belum menerima bagian yang semestinya. Maka dalam keadaan seperti ini kita harus menaikkan atau menambah
pembaginya sehingga seluruh harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada, meskipun akhirnya bagian mereka menjadi berkurang.
2.3.13.2 Definisi ar-Radd
Ar-radd adalah berkurangnya pembagi jumlah bagian fardh dan bertambahnya bagian para ahli waris. Hal ini disebabkan sedikitnya ashhabul
furudh sedangkan jumlah seluruh bagiannya belum mencapai nilai 1, sehingga disana ada harta warisan yang masih tersisa, sementara tidak ada seorangpun
ashabah disana yang berhak menerima sisa harta waris. Maka dalam keadaan seperti ini kita harus menurunkan atau mengurangi pembaginya sehingga seluruh
harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada, meskipun akhirnya bagian mereka menjadi bertambah. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa ar-radd adalah kebalikan dari al-’aul. Dalam melakukan pembagian harta sisa radd terdapat beberapa cara atau pendapat. Yaitu menyertakan dan tidak
menyertakan suami atau istri dalam pembagian harta sisa. Untuk pembuatan sistem ini penulis menggunakan aturan atau pendapat yang menyertakan suami
atau istri.
2.3.14 Permasalahan Kakek Bersama Saudara
Baik Al-Qur’an maupun hadist Nabawi tidak menjelaskan tentang hukum waris bagi kakek yang shahih dengan saudara kandung ataupun dengan saudara
seayah.oleh karena itu masalah ini memerlukan ijtihad.
Hak waris kakek bersama saudara para imam mazhab berbeda pendapat mengenai hak waris kakek bila bersama dengan saudara. Perbedaan dapat
digolongkan ke dalam dua mazhab. Mazhab pertama : mereka menyatakan bahwa para saudara baik kandung, saudara
seayah, ataupun seibu terhalangi gugur hak warisnya dengan adanya kakek. Mazhab kedua : berpendapat bahwa para saudara kandung laki-laki atau
perempuan dan saudara laki-laki seayah berhak mendapatkan harta warisan ketika
bersamaan dengan kakek. Usman, Somawinata, 1997:132. Untuk pembuatan
sistem ini penulis menggunakan pendapat mazhab pertama dalam pembagian khusus kepada kakek bersama saudara.
2.4 Sistem dan Aplikasi Berbasis Web WebApps
Dalam bukunya Pressman 2005:500 mengatakan bahwa aplikasi dan sistem berbasis web WebApps memberikan suatu kesatuan fungsi dan content
yang kompleks kepada end user. Web Apllication WebApps dapat meningkatkan integritas dalam strategi bisnis untuk perusahan besar maupun kecil, seperti E-
Comerce, kebutuhan untuk membangun kepercayaan, kegunaan dan adaptasi perkembangan sistem. Karena itu pengembangan WebApps sangatlah penting.
Sistem dan aplikasi web dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu web statis dan web dinamis Kadir, 2003:386
1 Web Statis Web statis adalah aplikasi web yang berisi atau menampilkan informasi-
informasi yang sifatnya statis tetap. Disebut statis karena pengunjung tidak dapat berinteraksi dengan web tersebut. Pada web statis pengunjung hanya
dapat melihat isi dokuman pada halaman web. Web statis biasanya menggunakan pemrograman web HTML dan tidak memiliki database.
2 Web Dinamis Web dinamis adalah aplikasi web yang menampilkan informasi serta dapat
berinteraksi dengan pengunjung dengan menggunakan form sehingga dapat mengolah informasi yang ditampilkan. Web dinamis biasanya menggunakan
pemrograman web PHP dan memiliki database untuk menyimpan informasi, seperti MySQL.
Sistem yang dibangun oleh penulis dalam membuat sistem ini adalah berbasiskan web dinamis.
2.4.1 Manfaat Sistem dan Aplikasi Berbasis Web
Pressman 2005 Mengatakan, Sistem dan aplikasi berbasis web
WebApps memiliki beberapa manfaat antara lain : 1. Aplikasi memerlukan sedikit ruang penyimpanan di komputer client.
2. Fitur- fitur aplikasi dapat di upgrade dengan mudah 3. Aplikasi dapat digunakan di berbagai platform sistem operasi
2.5 Internet
Internet merupakan contoh jaringan terbesar, yang menghubungkan jutaan komputer yang tersebar di seluruh penjuru dunia dan tidak terikat
pada satu organisasi pun, serta siapa saja dapat bergabung dengan internet. Dengan menggunakan jaringan ini, sebuah organisasi dapat
melakukan pertukaran informasi secara eksternal dengan organisasi-organisasi yang lain. Dalam hal ini, jaringan tersusun atas berbagai jenis komputer dan
sistem operasi Kadir, 2003.
2.6 World Wide Web
World Wide Web WWW adalah sebuah sistem di mana informasi dalam bentuk teks, gambar, suara, dan lain-lain, yang dipresentasikan dalam
bentuk hypertext dan dapat diakses oleh perangkat lunak yang disebut browser. Jajang, 2005.
Pengertian lain dari world wide web adalah fasilitas internet yang menghubungkan dokumen dalam lingkup lokal maupun jarak jauh. Dokumen
web disebut webpage, dan link dalam web menyebabkan user dapat berpindah dari satu page ke page lain hypertext, baik antar page yang disimpan dalam
server yang sama maupun server di seluruh dunia. Pages diakses dan dibaca melalui web browser seperti Mozilla Firefox, Netscape Navigator atau
Internet Explorer Jajang, 2005.
2.7 HTML
HTML Hypertext Markup Language merupakan salah satu varian dari SGML Standard Generalized Markup Language, yaitu sebuah standar
dari ISO International Organization for Standarization untuk pertukaran dokumen secara elektronik. HTML dipergunakan dalam pertukaran dokumen
melalui protokol HTTP , yang merupakan tata penulisan yang digunakan dalam dokumen web. Dokumen ini, akan dieksekusi oleh browser, sehingga
browser mampu menghasilkan suatu dokumen sesuai dengan keinginan yang mendesain page. Dokumen ini mempunyai kemampuan menampilkan
gambar, suara, teks, maupun penyediaan link terhadap halaman web lainnya, baik dengan alamat yang sama maupun alamat yang berbeda. Dokumen HTML
ini, biasa disebut dengan link hubungan Feri, 2005.
2.8 Alat Bantu Pemodelan yang digunakan dalam Pembangunan Sistem
2.8.1 Data Flow Diagram DFD
Data Flow Diagram merupakan model dari sistem untuk menggambarkan pembagian sistem kedalam modul yang lebih kecil. Data Flow Diagram DFD
adalah alat bantu pembuatan model sistem yang digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara
logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir atau lingkungan fisik dimana data tersebut disimpan
Salah satu keuntungan penggunakan menggunakan DFD adalah memudahkan pemakai atau user yang kurang menguasai bidang komputer untuk
mengerti sistem yang dikerjakan. menurut Ladjamudin 2005:64, DFD juga terdiri dari beberapa hirarki, yaitu :
1. Diagram Konteks Diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup
suatu sistem. Dalam diagram konteks hanya ada satu proses dan tidak ada store.
2. Diagram Zero Nol Diagram yang menggambarkan proses dari DFD. Diagram Zero Nol
memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai sistem, menunjukkan tentang fungsi-fungsi utama atau proses yang ada, aliran data dan entitas
eksternal 3. Diagram Rinci
Diagram yang menguraikan proses apa yang ada dalam diagram nol atau diagram level di atasnya.
Untuk membaca suatu DFD kita harus memahami dulu elemen-elemen yang menyusunnya, yaitu :
1. Process Proses Aktivitas atau fungsi yang dilakukan untuk alasan bisnis yang spesifik,
biasanya berupa manual maupun terkomputerisasi. 2. Data Flow Aliran Data
Satu data tunggal atau kumpulan logis suatu data, selalu diawali atau berakhir pada proses.
3. Data Store Penyimpanan Data Kumpulan data yang disimpan dengan cara tertentu. Data yang mengalir
disimpan dalam data store dan aliran data di-update atau ditambahkan ke data store.
4. External Entity Entitas Eksternal Orang, organisasi, atau sistem yang berada di luar perangkat lunak tetapi
berinteraksi dengan perangkat lunak. Simbol-simbol data flow diagram dan penjelasannya dapat dilihat pada daftar
simbol
2.8.2 Entity Relationship Diagram ERD
Menurut Ladjamudin 2005:142, Entity Relationship Diagram ERD adalah suatu model jaringan yang menggunakan susunan data yang disimpan
dalam sistem secara abstrak. ERD juga merupakan model jaringan data yang menekankan pada struktur-struktur dan relationship data. ERD terdiri dari
beberapa elemen, yaitu : 1. Entity
Entity adalah sesuatu apa saja yang ada di dalam sistem, nyata maupun abstrak dimana data tersimpan. Entity diberi nama dengan kata benda dan dapat
berupa orang, benda, lokasi, kejadian terdapat unsur waktu di dalamnya. 2. Relationship