1. Ashabah bil Nafsi Orang-orang yang menjadi ahli waris ashabah bin nafsi adalah seluruh ahli
waris laki-laki, selain daripada suami dan saudara laki-laki seibu. 2. Ashabah Bil Ghair
Adalah ahli waris perempuan yang mendapatkan bagian sisa ashabah, bila bersama ahli waris laki-laki yang sederajat. Seperti anak perempuan bila
bersama anak laki-laki, saudara perempuan kandung bila bersama saudara laki-laki sekandung. Ahli waris ashabah bil ghair mendapatkan bagian dengan
ketentuan : bagian ahli waris laki-laki dua kali lipat bagian ahli waris perempuan.Untuk detail siapa saja yang menjadi ahli waris ashabah bil ghair
beserta syaratnya dapat dilihat pada lampiran A. 3. Ashabah Ma’al Ghair
Orang orang yang menjadi ahli waris ashabah ma’al ghair adalah seorang atau sekelompok saudara perempuan, baik sekandung maupun sebak yang
mewarisi bersama dengan seorang atau sekelompok anak perempuan atau cucu perempuan dari keturunan laki-laki, manakala tidak ada anak laki-laki,
cucu laki-laki dari keturunan laki-laki atau bapak, serta tidak ada saudaranya yang laki-laki, yang menjadikanya sebagai ahli waris ashabah bil ghair.
2.3.13 Aul dan Radd
2.3.13.1 Definisi al-’Aul
Al-’aul adalah bertambahnya pembagi jumlah bagian fardh sehingga menyebabkan berkurangnya bagian para ahli waris. Hal ini disebabkan terlalu
banyaknya ashhabul furudh sehingga harta yang dibagikan habis, padahal di
antara ashhabul furudh tersebut ada yang belum menerima bagian yang semestinya. Maka dalam keadaan seperti ini kita harus menaikkan atau menambah
pembaginya sehingga seluruh harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada, meskipun akhirnya bagian mereka menjadi berkurang.
2.3.13.2 Definisi ar-Radd
Ar-radd adalah berkurangnya pembagi jumlah bagian fardh dan bertambahnya bagian para ahli waris. Hal ini disebabkan sedikitnya ashhabul
furudh sedangkan jumlah seluruh bagiannya belum mencapai nilai 1, sehingga disana ada harta warisan yang masih tersisa, sementara tidak ada seorangpun
ashabah disana yang berhak menerima sisa harta waris. Maka dalam keadaan seperti ini kita harus menurunkan atau mengurangi pembaginya sehingga seluruh
harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada, meskipun akhirnya bagian mereka menjadi bertambah. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa ar-radd adalah kebalikan dari al-’aul. Dalam melakukan pembagian harta sisa radd terdapat beberapa cara atau pendapat. Yaitu menyertakan dan tidak
menyertakan suami atau istri dalam pembagian harta sisa. Untuk pembuatan sistem ini penulis menggunakan aturan atau pendapat yang menyertakan suami
atau istri.
2.3.14 Permasalahan Kakek Bersama Saudara
Baik Al-Qur’an maupun hadist Nabawi tidak menjelaskan tentang hukum waris bagi kakek yang shahih dengan saudara kandung ataupun dengan saudara
seayah.oleh karena itu masalah ini memerlukan ijtihad.
Hak waris kakek bersama saudara para imam mazhab berbeda pendapat mengenai hak waris kakek bila bersama dengan saudara. Perbedaan dapat
digolongkan ke dalam dua mazhab. Mazhab pertama : mereka menyatakan bahwa para saudara baik kandung, saudara
seayah, ataupun seibu terhalangi gugur hak warisnya dengan adanya kakek. Mazhab kedua : berpendapat bahwa para saudara kandung laki-laki atau
perempuan dan saudara laki-laki seayah berhak mendapatkan harta warisan ketika
bersamaan dengan kakek. Usman, Somawinata, 1997:132. Untuk pembuatan
sistem ini penulis menggunakan pendapat mazhab pertama dalam pembagian khusus kepada kakek bersama saudara.
2.4 Sistem dan Aplikasi Berbasis Web WebApps
Dalam bukunya Pressman 2005:500 mengatakan bahwa aplikasi dan sistem berbasis web WebApps memberikan suatu kesatuan fungsi dan content
yang kompleks kepada end user. Web Apllication WebApps dapat meningkatkan integritas dalam strategi bisnis untuk perusahan besar maupun kecil, seperti E-
Comerce, kebutuhan untuk membangun kepercayaan, kegunaan dan adaptasi perkembangan sistem. Karena itu pengembangan WebApps sangatlah penting.
Sistem dan aplikasi web dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu web statis dan web dinamis Kadir, 2003:386