Implikasi Manajerial Model manajemen pengetahuan pada klaster industri barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten

9 KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

1. Sistem pendukung keputusan strategi pengetahuan dapat digunakan untuk menyusun strategi pengetahuan untuk pengembangan klaster industri barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten. Komponen sistem terdiri atas a sistem manajemen basis model yang berisi model pemilihan strategi pengembangan klaster dan area pengetahuan terkait, model analisis kesenjangan pengetahuan dan penentuan area pengetahuan kunci, model pemilihan strategi manajemen pengetahuan, model kodifikasi pengetahuan disain proses serta model kodifikasi pengetahuan kegagalan proses; b sistem manajemen basis data yang berisi data penilaian pakar mengenai perbandingan berpasangan antar kriteria dan alternatif dalam perumusan strategi, data penilaian pakar terhadap kebutuhan dan kondisi area pengetahuan saat ini serta data penilaian pakar mengenai tingkat kepentingan karakteristik teknis produk serta keterkaitan karakteristik teknis dan proses; c sistem manajemen basis pengetahuan yang berisi basis aturan mengenai cara mengatasi kegagalan proses; d sistem dialog terhadap pengguna sehingga pengguna akan mudah menggunakannya. 2. Model pemilihan strategi pengembangan klaster dibangun dalam bentuk hirarki keputusan yang tersusun atas beberapa level yaitu aktor, perspektif, tujuan strategis dan alternatif strategi. Perspektif yang digunakan adalah empat perspektif untuk mengukur kinerja suatu klaster industri yaitu kinerja perusahaan, hasil sosial dan ekonomi, efisiensi kolektif dan modal sosial. Tujuan strategis dalam perspektif kinerja perusahaan adalah peningkatan pasar serta peningkatan produktivitas dan kualitas. Tujuan strategis dalam perspektif hasil sosial dan ekonomi adalah peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan ketersediaan tenaga kerja terspesialisasi, peningkatan kemampuan inovasi dan peningkatan konsumsi karet alam. Tujuan strategis dalam efesiensi kolektif adalah penurunan biaya dan peningkatan kerjasama. Tujuan strategis dalam perspektif modal sosial adalah peningkatan jumlah anggota klaster yang terlibat dalam kerjasama. Inisiatif strategi klaster ditetapkan ada 3 yaitu inovasi dan teknologi peningkatan kemampuan produksi, difusi teknologi dan standar teknik, kerjasama komersial pemasaran ekspor dan pengadaan bahan baku serta pengembangan bisnis. Hasil verifikasi terhadap model pemilihan strategi pengembangan klaster dengan studi kasus pada klaster barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten menunjukkan bahwa aktor yang paling berperan dalam pengembangan klaster adalah Lembaga Pendukung dengan diikuti oleh Pemerintah Daerah dan pelaku industri itu sendiri. Inisiatif pengembangan klaster yang paling penting dilakukan untuk mencapai tujuan strategis pengembangan klaster adalah inisiatif inovasi dan teknologi dengan area pengetahuan terkait adalah pengetahuan teknologi proses. 3. Model analisis kesenjangan pengetahuan dan penentuan area pengetahuan kunci didasarkan pada penilaian terhadap pengetahuan aktor terhadap beberapa area pengetahuan dalam hal tingkat kebutuhan atau kepentingannya serta kondisi penguasaan saat ini. Hasilnya kemudian dipetakan dalam suatu matriks kesenjangan pengetahuan menggunakan logika fuzzy. Verifikasi terhadap model analisis kesenjangan pengetahuan dan area pengetahuan kunci didapatkan bahwa masih terdapat kesenjangan pengetahuan terhadap aktor utama pelaksana strategi inovasi dan teknologi. Terdapat sembilan area pengetahuan yang perlu menjadi prioritas pengembangan dalam manajemen pengetahuan yaitu formulasi kompon, formulasi koagulan, pemeriksaan bahan baku, pembuatan dispersi, pemeriksaan dispersi, penjadian kompon, pencucian, vulkanisasi, dan pemeriksaan produk serta analisis kegagalan. Area pengetahuan formulasi kompon berada pada daerah red alert zone yang paling utama dimana area ini harus menjadi prioritas paling utama. Tingkat kesulitan pada penguasaan area pengetahuan ini antara lain karena formula kompon lateks pada umumnya disesuaikan dengan jenis produk yang akan dihasilkan karena umumnya mempunyai sifat tertentu yang diutamakan. 4. Model pemilihan strategi manajemen pengetahuan yang ditujukan untuk memperkecil kesenjangan pengetahuan yang terjadi, dibangun dalam