Model Strategi Manajemen Pengetahuan

inovasi dan teknologi serta mengelola area pengetahuan kunci yang telah teridentifikasi pada model sebelumnya. Strategi kodifikasi menekankan pada aspek teknologi untuk akuisisi, penyimpanan dan penyebaran pengetahuan dari pakar. Strategi personalisasi menekankan pada peningkatan pertemuan atau komunikasi antar pengguna pengetahuan atau antar penguna pengetahuan dengan pakar baik secara langsung, email atau melalui portal web. Strategi Kodifikasi Kombinasi Strategi Personalisasi Komunikasi Budaya dan Orang Waktu Dukungan Pemerintah Biaya Pemilihan Strategi Manajemen Pengetahuan Fokus Kriteria Alternatif Gambar 37 Model Keputusan Pemilihan Strategi Manajemen Pengetahuan Kuesioner pemilihan strategi manajemen pengetahuan dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan verifikasi model strategi manajemen pengetahuan dapat diketahui bahwa strategi yang paling sesuai untuk mendukung strategi inovasi dan teknologi dengan pengetahuan proses produksi sebagai area pengetahuan kuncinya adalah strategi kombinasi 0,51 dibandingkan dengan strategi personalisasi 0,27 dan kodifikasi 0,22. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Nicolas 2004 yang menunjukkan bahwa strategi kombinasi atau sosialisasi semakin banyak digunakan 53. Bobot kriteria yang paling dipentingkan untuk menjalankan strategi tersebut berturut-turut berdasarkan tingkat kepentingannya adalah budaya dan orang 0,41, dukungan pemerintah 0,24, komunikasi 0,16, biaya 0,13 dan waktu 0,06. Kriteria budaya dan orang yang memiliki bobot tertinggi serta lebih besarnya bobot strategi personalisasi dibandingkan bobot strategi kodifikasi dikarenakan strategi ini memang dirancang untuk mendukung strategi inovasi dan teknologi untuk pengembangan klaster. Pengetahuan tacit dari hasil personalisasi dipercaya sebagai pendorong utama dari proses inovasi Tuomi, 2002. Contoh hasil perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 5.

6.4. Model Kodifikasi Pengetahuan Disain Proses

Model kodifikasi disain proses digunakan untuk mengakuisisi dan mengkodifikasi pengetahuan disain proses barang celup lateks dengan kasus pada produk sarung tangan. Berdasarkan model ini pula dapat diketahui prioritas disain proses yang perlu ditindaklanjuti dengan pembuatan peta pengetahuan. Model dikemas dalam bentuk rumah kualitas level 2 yang menjelaskan hubungan antara parameter karakteristik produk dengan karakteristik. proses. Nilai tingkat kepentingan karakteristik produk yang didapatkan dari pakar dapat dilihat pada Tabel 21 Tabel 21 Tingkat Kepentingan Atribut Barang Celup No Atribut Tingkat Kepentingan 1 Tebal Sangat Penting 2 Kebocoran terhadap udara Sangat Penting 3 Tegangan putus min 23,5 Penting 4 Perpanjangan putus min 750 Penting 5 Pengusangan yang dipercepat Penting 6 Tegangan putus setelah pengusangan dipercepat min 17,7 Cukup Penting 7 Perpanjangan putus setelah pengusangan dipercepat min 560 Cukup Penting 8 Tegangan tarik Cukup Penting 9 Tidak ada perubahan warna Penting 10 Tidak ada cacat fisik Penting 11 Kandungan protein Penting 12 Kandungan nitrosamine Penting 13 Kandungan ZnO Penting Berdasarkan pandangan pakar dapat diketahui bahwa hal yang terpenting dari produk sarung tangan adalah tidak boleh ada lubang atau kobocoran karena fungsi utama dari sarung tangan khususnya sarung tangan medis adalah mencegah kontaminasi melalui darah. Faktor ketebalan juga menjadi indikator yang sangat penting karena langsung dapat dirasakan dan terlihat. Hubungan antara karakteristik produk dengan karakteristik proses dapat dilihat pada Gambar 38. Karakteritik ketebalan produk sangat dipengaruhi oleh kondisi lateks pekat, formulasi koagulan, serta kondisi proses saat pencelupan koagulan dan pencelupan kompon lateks. Kondisi saat lateks saat penerimaan dapat bervariasi mulai dari kadar karet kering KKK 60 atau lebih rendah lagi. Bila KKK lebih besar tentu akan menghasilkan ketebalan produk yang lebih tinggi karena lebih kental. Formulasi koagulan juga berpengaruh kuat karena fungsinya untuk menarik lateks sebanyak mungkin. Beberapa produk yang tipis seperti kondom tidak memakai koagulan karena produk tipis. Produk balon koagulannya encer dan waktu tinggal di lateks tidak lama. Koagulannya menggunakan senyawa ion CaCl 2 atau CaNO 3 Karakteristik teknis produk tidak bocor atau tidak adanya pinhole atau fisheye memiliki karakteristik kuat terhadap formulasi anti busa. Hal ini dikarenakan timbulnya busa pada kompon lateks dapat menyebabkan kebocoran. Bahan anti ditambahkan ke dalam kompon lateks sebanyak 0,01-0,3 dari volume kompon lateks. Buih dalam kompon lateks biasanya dihilangkan juga dengan mendiamkan kompon lateks minimal semalam. Biasanyan timbul busa saat pengadukan sehingga perlu waktu diam yang cukup untuk menghilangkan busa. Timbulnya kebocoran antara lain juga karena saat pencelupan kompon dengan hubungan sedang. Bila kompon lateks terlalu banyak mengandung sabun serta pengadukan yang tidak hati-hati sehingga menimbulkan buih maka akan mengakibatkan kebocoran pada produk. . Beberapa produk tebal seperti spigmomanometer atau komponen tensimeter menggunakan jenis bentonit sebagai koagulan. Pencelupan cetakan ke dalam koagulan dan kompon lateks juga memiliki hubungan kuat dengan pencapaian ketebalan produk yang diinginkan. Bila hanya sebentar maka sifat pembasahan dari koagulan sangat rendah sehingga nantinya kompon lateks hanya menempel tipis. Sifat-sifat fisika produk barang jadi lateks seperti tegangan putus, perpanjangan putus dan modulus memiliki hubungan kuat dengan sistem vulkanisasi seperti dapat dilihat pada Gambar 38. Hal ini dikarenakan tegangan putus ditentukan oleh reaksi atau ikatan antar rantai karet melalui jembatan sulfur yang disebut dengan reaksi ikatan silang. Jenis pencepata atau katalis pada reaksi ikatan silang, dosis, dan perbandingan sulfur berpengaruh terhadap sifat-sifat