bagian dari proses eksternalisasi atau pengubahan pengetahuan tacit menjadi explisit.
2.13 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang manajemen pengetahuan dalam suatu industri atau klaster industri antara lain telah dilakukan Van Horne, Frayret dan Poulin
2005, Sureephong 2007 serta Chen dan Xiangzhen 2010 seperti dapat dilihat pada Tabel 3. Penelitian Van Horne et al. 2005 menghasilkan suatu model
manajemen pengetahuan untuk mengelola pengetahuan pada industri kehutanan di Kanada dengan perguruan tinggi dan pusat penelitian bertindak sebagai aktor
utama. Penelitian Sureephong 2007 menghasilkan suatu model sistem manajemen pengetahuan untuk mengelola pengetahuan pemasaran ekspor pada
klaster industri keramik skala kecil dan menengah di Thailand dengan aktor utama adalah asosiasi industri keramik. Penelitian Chen dan Xiangzhen 2010
menghasilkan suatu model sistem manajemen pengetahuan untuk memajukan kompetensi inti pada klaster industri. Namun demikian model manajemen
pengetahuan pada beberapa penelitian terdahulu tersebut belum terkait dengan pemilihan inisiatif strategi pengembangan klaster serta strategi manajemen
pengetahuan untuk mendukung strategi pengembangan klaster. Posisi penelitian dapat dilihat pada Gambar 15.
Zack 1999 membuat suatu model strategi pengetahuan yang menghubungkan pengetahuan dengan strategi. Strategi pengetahuan dimaksudkan
untuk mengidentifikasi pengetahuan apa yang sesungguhnya dibutuhkan perusahaan setelah menganalisa lingkungan eksternal dan internalnya. Selanjutnya
ditentukan cara bagaimana memenuhi kesenjangan dalam pengetahuan. Carpinetti 2008 membuat suatu penelitian mengenai kinerja klaster menggunakan model
yang dikembangkan dari model Balanced scorecard tersebut berdasarkan empat perspektif untuk mengukur kinerja suatu klaster industri yaitu Kinerja Perusahaan,
Hasil SosialEkonomi, Efisiensi Kolektif dan Modal Sosial. Adapun tujuan-tujuan strategis dalam kinerja perusahaan adalah peningkatan pasar, peningkatan
produktivitas, penurunan biaya, dan peningkatan keuntungan. Tujuan-tujuan strategis dalam perspektif hasil sosialekonomi adalah peningkatan lapangan
pekerjaan, dan peningkatan ketersediaan tenaga kerja terspesialisasi. Tujuan- tujuan strategis dalam efesiensi kolektif adalah penurunan biaya transaksi, dan
peningkatan kerjasama. Tujuan-tujuan strategis dalam perspektif modal sosial adalah peningkatan jumlah anggota klaster yang terlibat dalam kerjasama.
Quesada 2007 membuat suatu model pemilihan proses bisnis kunci dengan kriteria tujuan strategis suatu perusahaan yang ditetapkan menggunakan
model Balanced scorecard. Selanjutnya penelitian Scholl 2007 dan Carrion 2006 menyatakan pentingnya inisiatif manajemen pengetahuan yang lebih
berorientasi pada proses bisnis. Salah satu kunci sukses dalam inisiatif manajemen pengetahuan adalah selektif dalam memilih area pengetahuan yang akan dikelola.
Nicolas 2004 melalukan survai mengenai strategi manajemen pengetahuan yang paling banyak digunakan diantaranya adalah strategi
pendekatan proses kodifikasi, pendekatan praktek personalisasi serta sosialisasi kombinasi. Pendekatan proses berusaha melakukan kodifikasi
pengetahuan organisasional melalui kendali formal dan teknologi seperti intranet, data warehousing, repositori pengetahuan, peranti pendukung keputusan dan
groupware. Pendekatan ini disebut juga strategi manajemen pengetahuan teknologikal. Pendekatan praktek berasumsi bahwa banyak pengetahuan
organisasional bersifat tersembunyi dan kontrol formal, proses dan teknologi tidak cocok untuk mentransmisi jenis pemahaman ini. Pendekatan ini dilakukan
kebanyakan melalui kontak pribadi ke pribadi. Sedangkan strategi sosialisasi menggabungkan kedua strategi sebelumnya yaitu teknologikal dan personalisasi.
Sosialisasi didisain agar pengetahuan dapat saling dipertukarkan melalui interaksi satu sama lain dalam suatu komunitas pengetahuan atau kelompok orang yang
bergerak dalam pengetahuan yang sama serta juga mengumpulkan pengetahuan. Hasil penelitian Nicolas 2004 menunjukkan bahwa strategi sosialisasi paling
banyak digunakan. Wu 2007 melakukan penelitian mengenai pemilihan strategi manajemen
pengetahuan menggunakan teknik ANP. Kriteria yang digunakan adalah dukungan pemerintah, komunikasi, biaya, budaya dan orang, insentif serta waktu.
Sebagai alternatif adalah strategi kodifikasi, personalisasi dan kombinasi.
Tabel 3. Penelitian terdahulu mengenai manajemen pengetahuan dan klaster industri
No Peneliti
Penelitian Metode
1 Van Horne
et al. 2005
Penelitian ini mengkaji bahwa untuk menghadapi tantangan dalam ekonomi berbasis pengetahuan,
perusahaan perhutanan harus peduli tentang bagaimana pengetahuan dikreasi dan
disebarluaskan. Terdapat beberapa pusat kepakaran kehutanan di dunia. Peran dari pusat
kepakaran ini tidak hanya kreasi informasi dan pengetahuan tetapi juga secara efisien
mendiseminasi temuannya pada industri.
Studi kasus dilakukan pada industri kehutanan di Kanada dengan perguruan tinggi dan pusat
penelitian bertindak sebagai aktor utama. Literature
Review
2 Sureephong
2007 Menghasilkan suatu model sistem manajemen
pengetahuan untuk mengelola pengetahuan pemasaran ekspor pada klaster industri keramik
skala kecil dan menengah di Thailand dengan aktor utama adalah asosiasi industri keramik.
Sistem manajemen
pengetahuan Peta
pengetahuan CommonKADS
methodology 3
Yang dan Wang
2008 Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa
cara yang penting untuk membuat kompetensi klaster berkelanjutan adalah dengan transfer dan
berbagi pengetahuan, membuat inovasi dalam klaster, menyerap pengetahuan dari luar serta
menciptakan kapabilitas inovasi yang unik dan berbeda dari klaster lain.
Literature Review
4 Chen dan
Xiangzhen 2010.
Menghasilkan suatu model sistem manajemen pengetahuan untuk memajukan kompetensi inti
pada klaster industri. Sistem
manajemen pengetahuan
expert systems data mining
system 5
Ferasso et al. 2010
Penelitian ini dilakukan pada klaster elastomer di Sinos Valley, Rio Grande do Sul Brazil dan
menghasilkan kesimpulan bahwa pusat penelitian merupakan pusat pengetahuan teknikal dalam
pengembangan produk perusahaan. Perusahaan mengirimkan teknisinya untuk bertukar
pengetahuan dengan pusat penelitian ini dalam suatu communities of practices
Metode survey Analisis
Statistik
6 Penelitian
ini Perancangan model manajemen pengetahuan pada
klaster industri barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten
FAHP, FFMEA, FQFD, Sistem
Pakar, Sistem Manajemen
Pengetahuan
3 METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual
Terkonsentrasinya beberapa perusahaan yang saling terkait dalam suatu geografis tertentu diharapkan akan memudahkan terjadinya kerjasama, efisiensi
ekonomi serta perencanaan kebijakan dan penyediaan sarana dan prasarana. Beberapa penelitian menegaskan bahawa salah satu faktor kunci sukses
pengembangan klaster adalah adanya aliran formal dan informal dari pengetahuan yang didapatkan dari hubungan antar anggota klaster DTI, 2005; Sureephong,
2007. Kerja sama antar perusahaan dalam bentuk klaster industri memberi kesempatan tumbuhnya ruang belajar secara kolektif dimana terjadi proses
berbagi pengetahuan knowledge sharing dalam suatu usaha kolektif untuk meningkatkan kualitas produk dan perluasan pasar.
Rancang bangun model manajemen pengetahuan untuk pengembangan klaster agroindustri barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten terbagi menjadi
tiga bagian yaitu model sistem pendukung keputusan strategi pengetahuan yang terbagi atas strategi pengembangan klaster dan manajemen pengetahuan serta
strategi kodifikasi pengetahuan serta model sistem manajemen pengetahuan dalam bentuk portal manajemen pengetahuan.
Pengetahuan yang dikelola dalam manajemen pengetahuan haruslah pengetahuan yang paling terkait dengan tujuan strategis pengembangan klaster
industri itu sendiri. Proses identifikasi pengetahuan tersebut dikemas dalam suatu model strategi pengetahuan. Model ini diawali dengan identifikasi aktor utama,
perspektif pengembangan klaster, tujuan strategis pengembangan klaster serta inisiatif strategi dalam klaster menggunakan model yang dikembangkan dari
model Balanced Scorecard. Model strategi ini juga dikembangkan dari model strategi pengetahuan oleh Zack 1999 yang menyatakan bahwa strategi
pengetahuan harus selaras dengan strategi bisnis suatu perusahaan. Berdasarkan area pengetahuan terkait tersebut serta aktor utama strategi
klaster kemudian dilakukan analisis kesenjangan pengetahuan dan penentuan area pengetahuan kunci. Kesenjangan pengetahuan yang terjadi serta area pengetahuan
kunci kemudian dikelola dalam suatu model strategi manajemen pengetahuan.
Strategi manajemen pengetahuan ini bertujuan untuk memandu dan mendefinisikan strategi, proses akuisisi pengetahuan dan kelembagaan untuk
mengelola pengetahuan dalam klaster industri. Secara utuh kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 16.
Strategi Pengetahuan
Model Manajemen Pengetahuan untuk Pengembangan Klaster Industri Barang Jadi Lateks di Jawa Barat dan Banten
Produk Unggulan FAHP
Perumusan SPK Strategi Pengetahuan Berbagi Pengetahuan
Strategi Manajemen Pengetahuan
Fuzzy AHP Strategi
Pengembangan Klaster dan Area Pengetahuan
Terkait Fuzzy AHP
Sistem Pakar Pengetahuan Disain
Proses FQFD Taksonomi
Pengetahuan Portal Pengetahuan
Sistem Manajemen Pengetahuan
Pengetahuan Kegagalan Proses
FFMEA Analisis Kesenjangan
Pengetahuan Logika Fuzzy
MODEL MANAJEMEN PENGETAHUAN
Berbagi Artikel Cari Pakar
Forum Perumusan Tujuan :
• Merancang model pemilihan strategi pengembangan
klaster berbasis pengetahuan •
Merancang model analisis kesenjangan pengetahuan dan penentuan area pengetahuan kunci
• Merancang model pemilihan strategi manajemen
pengetahuan •
Merancang model kodifikasi pengetahuan disain proses
• Merancang model kodifikasi pengetahuan kegagalan
proses •
Merancang portal manajemen pengetahuan untuk memfasilitasi proses berbagi pengetahuan dalam
klaster Kajian Pustaka :
• Klaster industri
• Manajemen pengetahuan
• Strategi pengetahuan
• Strategi manajemen pengetahuan
• Sistem manajemen pengetahuan
• Sistem pendukung keputusan
• Teknologi proses barang jadi lateks
• Metode dan model yang mendukung
Verifikasi dan Validasi
Gambar 16 Kerangka pemikiran penelitian
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian diawali dengan analisis sistem yang terdiri atas analisis situasional, analisis kebutuhan dan identifikasi sistem serta kajian pustaka yang
relevan dengan topik yang diteliti. Analisis situasional atau analisis kewilayahan dalam suatu klaster industri dinilai penting karena memang definisi klaster itu
sendiri adalah konsentrasi geografis dari perusahaan-perusahaan yang saling