Failure Mode and Effect Analysis FMEA

Fase kedua QFD memetakan karakteristik teknis produk ke dalam karakteristik proses. Gambar 12 Model SECI dan Konversi QFD dari Pengetahuan Tacit ke Eksplisit Akao, 2003 Dalam konteks keterkaitan QFD dengan manajemen pengetahuan dan model SECI dijelaskan oleh Yoji A 2002. FMEA disebutkan merupakan bagian dari proses eksternalisasi atau pengubahan pengetahuan tacit menjadi explicit seperti dapat dilihat pada Gambar 12.

2.12 Failure Mode and Effect Analysis FMEA

Failure Mode and Effect Analysis FMEA adalah sebuah teknik analisis yang mengkombinasikan antara teknologi dan pengalaman dari orang dalam mengidentifikasi penyebab kegagalan dari produk atau proses dan perencanaan untuk penghilangan penyebab kegagalannya Besterfield, 2004. Dengan kata lain FMEA dapat dijelaskan sebagai sebuah kelompok aktifitas yang meliputi: • Mengenali dan mengevaluasi kegagalan dari produk atau proses dan efek yang ditimbulkan. • Mengidentifikasi tindakan yang dapat mengeliminasi atau mengurangi kemungkinan kegagalan • Mendokumentasikan proses Ada beberapa macam tipe FMEA, tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kategori FMEA yaitu: • Design FMEA DFMEA Desain FMEA lebih kepada aktifitas untuk mendeteksi potensial kegagalan pada fase produk desain. Desain FMEA adalah sebuah prosedur untuk mengidentifikasi apakah bahan baku yang digunakan adalah bahan baku yang tepat, sesuai dengan yang diharapkan konsumen. Desain FMEA memperhatikan keutuhan dari penggabungan komponen-komponen dan efek interaksi dari fungsi produk. • Process FMEA PFMEA Proses FMEA adalah aktivitas untuk mendeteksi atau mengevaluasi kegagalan pada proses manufaktur. Proses FMEA berhubungan dengan proses manufaktur dan atau proses perakitan. Hal-hal yang harus diidentifikasi dalam Proses FMEA adalah: 1. Fungsi proses Merupakan gambaran dari proses produksi yang akan dianalisa beserta dengan penjelasan secara singkat fungsi dari proses tersebut. Jika prosesnya ada beberapa operasi dengan potensi kegagalan yang berbeda, daftarkan operasi sebagai proses terpisah. 2. Jenis kegagalan yang terjadi Potensi kegagalan proses yang diidentifikasi adalah proses yang terjadi gagal dalam memenuhi persyaratan proses. Gunakan pengalaman proses yang sama untuk mengevaluasi keluhan pelanggan sehubungan dengan komponen yang sama. Asumsikan bahwa material yang masuk sudah baik. 3. Efek dari kegagalan yang terjadi Akibat yang ditimbulkan dari kegagalan yang terjadi terhadap konsumen maupun efek terhadap kelangsungan proses selanjutnya. 4. Severity Nilai tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan terhadap konsumen maupun terhadap kelangsungan proses selanjutnya yang secara tidak langsung juga merugikan. Terdiri dari rating dari 1 – 10. Makin parah efek yang ditimbulkan, makin tinggi nilai rating yang diberikan. 5. Penyebab kegagalan Penyebab kegagalan didefinisikan sebagai penjelasan mengapa kegagalan-kegagalan pada proses tersebut bisa terjadi. Setiap kemungkinan penyebab kegagalan yang terjadi didaftarkan dengan lengkap. 6. Occurance Seberapa sering kemungkinan penyebab kegagalan terjadi. Nilai occurance ini diberikan untuk setiap penyebab kegagalan. Terdiri dari rating dari 1 – 10. Makin sering penyebab kegagalan terjadi, makin tinggi nilai rating yang diberikan. 7. Kontrol yang dilakukan: Kontrol yang dilakukan untuk mendeteksi penyebab kegagalan yang terjadi. 8. Detectability Seberapa jauh penyebab kegagalan dapat dideteksi. Terdiri dari rating dari 1 – 10. Makin sulit mendeteksi penyebab kegagalan yang terjadi, makin tinggi nilai rating yang diberikan. Risk Priority Number RPN merupakan perkalian dari rating occurrence O, severity S dan detectability D : RPN = O x S x D Angka ini seharusnya digunakan sebagai panduan untuk mengetahui masalah yang paling serius, dengan indikasi angka yang paling tinggi memerlukan prioritas penanganan serius Aplikasi fuzzy FMEA dijelaskan dalam Puente 2002. Input yang berupa nilai severity, occurance, dan detactability ini terdiri dari 5 kelas kategori yaitu: • Very Low VL • Low L • Moderate M • High H • Very High VH Output yang berupa nilai Fuzzy RPN FRPN ini terdiri dari 8 kelas kategori yaitu: • Very Low VL • Very Low – Low VL-L • Low L • Low Moderate L-M • Moderate M • Moderate High M-H • High H • High – Very High V-VH • Very High VH Tahap selanjutnya yaitu mengevaluasi input dengan aturan-aturan fuzzy. If-then rules yang digunakan mengacu pada matriks di Gambar 13, sehingga didapatkan 125 rules. Gambar 13 Matriks Fuzzy FMEA Rules Puente et al. 2002 Gambar 14 Keterkaitan FMEA dalam Model SECI Arendt, 2008 Dalam konteks keterkaitan FMEA dengan manajemen pengetahuan dan model SECI dijelaskan oleh Arendt M 2008. FMEA disebutkan merupakan bagian dari proses eksternalisasi atau pengubahan pengetahuan tacit menjadi explisit.

2.13 Penelitian Terdahulu