Perancangan Sistem Model manajemen pengetahuan pada klaster industri barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten

Use Case Login. Aktor : Admin, Member, Moderator, Sistem. Skenario keberhasilan. 1. Sistem menyediakan form untuk login. 2. Admin memasukkan username dan password dan menekan tombol submit untuk login sebagai admin. 3. Moderator memasukkan username dan password dan menekan tombol submit untuk login sebagai moderator. 4. Member memasukkan username dan password dan menekan tombol submit untuk login sebagai member. 5. Sistem memverifikasi member moderator admin untuk menolak atau mengizinkan user untuk masuk sesuai dengan hasil verifikasi. Use Case Kelola Profil. Aktor : Admin, Member, Moderator, Sistem. Skenario keberhasilan. 1. Admin member moderator yang sudah login dapat mengakses menu kelola profil. 2. Sistem memberikan form isian kepada admin member moderator yang terautentifikasi untuk melakukan pengisian form. 3. Admin member moderator memberikan isian pada form dan menyimpan dengan menekan tombol save yang tersedia. 4. Sistem akan menyimpan ke dalam database pengguna dan menampilkan profil pengguna kepada pengguna dan admin. 5. Admin dapat mengubah atau menghapus profil pengguna. Use Case Forum. Aktor : Admin, Member, Moderator , Sistem. Skenario keberhasilan. 1. Admin dapat membuat atau menentukan judul forum serta mengubah dan menghapus topik dalam forum. 2. Moderator dapat membuat topik dalam forum serta mengubah topik yang telah dibuat oleh moderator tersebut di dalam forum. 3. Member terautentifikasi dapat menulis topik baru serta mengubah topik yang telah dibuat serta menanggapi atau bertanya di dalam sebuah topik. 4. Pengguna guest tidak dapat melihat ataupun menulis topik baru serta menanggapi sebuah topik di dalam forum. Use Case Perpustakaan. Aktor : Admin, Member, Moderator, Guest, Sistem. Skenario keberhasilan. 1. Sistem menyediakan 2 pilihan yakni artikel dan peta pengetahuan. 2. Jika guest memilih menu perpustakaan dan memilih menu lihat artikel maka sistem akan menampilkan sejumlah judul artikel namun guest tidak memiliki akses untuk melihat artikel, membuka abstrak maupun mengunduh attachment file artikel. 3. a. Jika moderator, admin atau member memilih menu perpustakaan dan memilih menu lihat artikel maka sistem akan menampilkan sejumlah artikel yang di dalamnya terdiri dari judul artikel, abstrak artikel serta file attachment artikel yang dapat diunduh oleh member. b. Jika moderator, admin atau member memilih menu perpustakaan dan memilih menu lihat peta pengetahuan maka sistem akan menampilkan sejumlah hyperlink yang dapat dipilih user untuk menampilkan gambar taksonomi. 4. a. Jika moderator atau admin memilih menu perpustakaan dan memilih menu unggah artikel, maka sistem akan menampilkan form yang dapat diisikan oleh moderator admin sebagai tulisan yang dapat dibaca oleh member, admin dan moderator. b. Jika moderator atau admin memilih menu perpustakaan dan memilih menu upload FreeMind map maka sistem akan menampilkan dialog box untuk mengunggah file FreeMind map yang sudah diolah. Use Case Kelola Web. Aktor : Sistem, Admin. Skenario keberhasilan. Dari menu content management, admin dapat : 1. Menyetujui atau menghapus comment. 2. Menyetujui atau menghapus artikel maupun halaman. 3. Mengatur tipe beberapa content yang siap dipublikasikan menunggu moderasi untuk dipublikasikan. 4. Mengatur aturan yang digunakan di dalam forum. 5. Membuat pengaturan yang digunakan di dalam setiap post. 7. Membuat aturan yang digunakan untuk taxonomy penulisan. Dari menu site building, admin dapat : 1. Membuat pengaturan penempatan untuk setiap blok content . 2. Membuat pengaturan jenis penanda flags untuk setiap node maupun role. 3. Melakukan pengaturan fungsi navigasi untuk setiap menu. 4. Membuat primary link tautan primer serta menentukan pengaturan atas tautan tersebut. 5. Membuat secondary link tautan sekunder serta menentukan pengaturan atas tautan tersebut. 6. Melakukan pengaturan atas module untuk setiap halaman post. 7. Melihat service yang aktif untuk setiap module yang digunakan. 8. Melakukan pengaturan themes tampilan portal manajemen pengetahuan. 9. Melakukan pengaturan terhadap trigger pemicu suatu sistem peristiwa. 10. Melakukan pengaturan terhadap node yang dapat di tampilkan tidak dapat ditampilkan. Dari menu site configuration, admin dapat : 1. Melakukan pengaturan terhadap tugas individu yang dapat dilakukan tidak dapat dilakukan. 2. Melakukan pengaturan terhadap tema apa yang digunakan pada menu administration. 3. Melakukan pengaturan terhadap portal bersih dari URL 4. Melakukan pengaturan zona waktu, awal hari dalam seminggu dan pengaturan format penulisan penanggalan. 5. Melakukan pengaturan apabila pengguna menemukan halaman yang ditolak 403 maupun halaman yang tidak ditemukan 404. 6. Melakukan pengaturan terhadap lokasi dimana file disimpan. 7. Melakukan pengaturan terhadap tipe file gambar seperti apa yang dapat disimpan. 8. Melakukan pengaturan terhadap layanan Graph Mind. 9. Melakukan pengaturan terhadap perangkat yang digunakan untuk mengolah gambar. 10. Melakukan pengaturan terhadap cara pengguna memproses text dalam portal manajemen pengetahuan. 11. Melakukan pengaturan terhadap maksimal jumlah baris yang dapat disimpan pada database 12. Melakukan pengaturan pengaktifan cache halaman untuk menawarkan peningkatan kinerja portal yang signifikan. 13. Melakukan pengaturan nama portal, nama email address admin, slogan portal, misi portal, pesan bagian bawah portal. 14. Melakukan pengaturan status portal online offline. 15. Melakukan pengaturan format masukan WYSIWYG. Dari menu user management, admin dapat : 1. Melakukan pengaturan izin akses untuk klasifikasi tipe pengguna. 2. Melakukan pengaturan klasifikasi tipe pengguna. 3. Melakukan pengaturan registrasi pengguna. 4. Melakukan pengaturan verifikasi pengguna baru. Dari menu reports, admin dapat : 1. Melihat catatan pantauan proses yang telah terjadi dalam portal manajemen pengetahuan. 2. Melihat catatan pantauan proses kesalahan penolakan akses yang sering terjadi dalam portal manajemen pengetahuan. 3. Melihat catatan pantauan proses kesalahan halaman tidak ditemukan yang sering terjadi dalam portal manajemen pengetahuan. 4. Melihat dan melakukan pembaruan atas sistem dasar yang digunakan dalam portal manajemen pengetahuan. 5. Melihat rangkuman singkat parameter situs serta masalah yang terdeteksi di dalam portal manajemen pengetahuan. Setelah melakukan login, seorang member dari portal manajemen pengetahuan mendapatkan akses penuh ke seluruh fasilitas dan fitur – fitur yang ada pada portal ini. Adapun fitur yang disediakan oleh portal manajemen pengetahuan antara lain : - Perpustakaan Artikel Peta Pengetahuan - Forum - Cari Pakar - My Bookmarks Gambar 47 menampilkan contoh artikel yang dapat dilihat oleh anggota klaster. Artikel tersebut dapat di upload oleh moderator atau admin. Para member juga dapat men-download artikel tersebut. Gambar 47. Menu Lihat Artikel Gambar 48 Menu Lihat Peta Pengetahuan Gambar 48 menampilkan taksonomi pengetahuan teknologi proses barang jadi lateks. Berdasarkan taksonomi tersebut kemudian dapat dilihat lebih lanjut mengenai peta pengetahuan atau dokumen pengetahuan lain yang terkait. Gambar 49 dan Gambar 50 menampilkan fasilitas untuk input profil pengguna agar sesama anggota klaster dapat mengetahui profilnya serta fasilitas pencarian pakar baik di bidang manajemen atau proses yang terkait dengan inovasi dan teknologi dalam klaster. Gambar 49 Menu Input profil pengguna Gambar 50 Menu Cari Pakar

VIII. IMPLIKASI MODEL

8.1. Implikasi Teoritis Berdasarkan verifikasi terhadap model strategi pengembangan klaster dapat diketahui bahwa perspektif pengembangan klaster dengan prioritas tertinggi perspektif adalah perpektif efisiensi kolektif. Hal ini sejalan dengan penelitian Marijan 2005, Schmitz 1997 dan Schmitz et al. 1997 yang mengatakan bahwa upaya mengembangkan industri kecil menengah yang mampu bersaing di pasar internasional bisa dilakukan melalui pendekatan kluster cluster approach karena memungkinkan terjadinya efisiensi kolektif atau keunggulan kompetitif yang disebabkan oleh external economies dan joint action aksi bersama. Efesiensi kolektif yang disebabkan oleh external economies, dalam pandangan Schmitz 1997 diperoleh lebih banyak disebabkan oleh lokasi yang berdekatan. Melalui lokasi yang berdekatan ini perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya secara mudah bisa memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan, memudahkan perusahaan-perusahaan itu berhubungan dengan para pemasok dan pembeli. Aksi bersama juga dapat dilakukan antara lain dalam rangka pembelian bahan baku secara bersama atau kemungkinan kerja sama penelitian dengan lembaga pendukung. Pilihan strategi yang terpilih dalam rangka pengembangan klaster industri barang jadi lateks berbasis pengetahuan adalah strategi inovasi dan teknologi. Hal ini juga mengkonfirmasi beberapa penelitian sebelumnya antara lain oleh Andersen 2010 yang menyatakan bahwa inovasi saat ini dipertimbangkan menjadi pendorong utama terhadap keunggulan daya saing dan pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan antara klaster dengan inovasi juga dimungkinkan karena dalam klaster memungkinkan tersedianya tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus dan sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan labour pool dan adanya pertukaran pengetahuan knowledge spill-over. Berdasarkan verifikasi model strategi manajemen pengetahuan dapat diketahui bahwa strategi yang paling sesuai untuk mendukung strategi inovasi dan teknologi adalah strategi kombinasi antara kodifikasi dan personalisasi. Hal ini juga mengkonfirmasi hasil penelitian dari Nicolas 2004 yang menunjukkan bahwa strategi kombinasi atau sosialisasi semakin banyak digunakan 53. Faktor atau kriteria yang paling dipentingkan dalam rangka implementasi strategi manajemen pengetahuan adalah faktor budaya dan orang, dikuti oleh dukungan pemerintah, komunikasi, biaya dan waktu. Pentingnya faktor budaya dan orang dalam rangka implementasi strategi manajemen pengetahuan mengkonfirmasi teori yang dikemukakan oleh Leidner et al. 2006 yang mengatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap implementasi manajemen pengetahuan dan sekaligus kegagalan dalam mengubah budaya berbagi pengetahuan menjadi faktor penghambat implementasi manajemen pengetahuan. Inovasi Rekan : Industri, UKM, Pemerintah Community of Practice CoP Para Peneliti Pakar Teknologi Lateks Celup BPTK, Batan, BPPT, Perguruan Tinggi, Pemasok Bahan Kimia Lateks Portal Pengetahuan forum diskusi, taksonomi pengetahuan lateks celup, artikel, sistem pakar Data, Informasi Pengetahuan Bagaimana cara Mengajar Belajar Berbagi Referensi Kepustakaan Publikasi Berbagi Internaisasi Sosialisasi Eksternalisasi Kombinasi Gambar 51 Diagram Konseptual Aliran Pengetahuan dalam Klaster Industri Barang Jadi Lateks Implikasi teoritis penelitian ini juga terkait dengan model kreasi pengetahuan atau model SECI Socialization, Externalization, Combination, Internalization yang dikemukakan oleh Nonaka dan Takeuchi 1995. Proses eksternalisasi dalam penelitian ini menggunakan model kodifikasi pengetahuan disain proses melalui FQFD dan peta pengetahuan serta model kodifikasi pengetahuan kegagalan proses FFMEA. Kombinasi dilakukan dalam pembuatan taksonomi pengetahuan dan peta pengetahuan oleh moderator atau admin. Internalisasi mengacu pada penciptaan pengetahuan tersembunyi baru dari pengetahuan eksplisit. Adapun personalisasi sangat erat kaitannya dengan tahap sosialisasi Pei, 2008 pada model SECI. Secara jelas proses konversi pengetahuan dalam kerangka model SECI yang dikembangkan dari Van Horne et al. 2005 dapat dilihat pada Gambar 51.

8.2 Implikasi Manajerial

Dalam konteks operasional lembaga seperti Balai Penelitian Teknologi Karet BPTK Bogor yang saat ini berubah menjadi Pusat Penelitian Karet Bogor dinilai sebagai lembaga yang paling tepat sebagai motor terbentuknya klaster industri barang jadi lateks berbasis pengetahuan. Keberadaan sentra-sentra industri barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten serta letaknya yang berdekatan dengan Pusat Penelitian Karet Bogor memungkinkan terjadi proses berbagi pengetahuan baik secara personalisasi face to face dan juga kodifikasi via portal. Dalam konteks klaster, strategi personalisasi juga diusulkan dilakukan dengan pembentukan komunitas keahlian atau yang dikenal dengan nama Community of Practice CoP. CoP adalah sekelompok orang yang berbagi suatu perhatian atau minat untuk sesuatu yang mereka ketahui bagaimana melakukannya serta mereka yang saling berinteraksi secara teratur dengan tujuan untuk belajar bagaimana cara melakukan sesuatu itu secara lebih baik Wenger, 2004. CoP berorientasi pada pertukaran pengalaman atau praktek-raktek terbaik best practices yang telah dilakukan oleh para peneliti barang celup lateks yang tersebar pada beberapa institusi seperti BPTK Bogor, BATAN, BPPT, perguruan tinggi serta pemasok bahan kimia. Pemerintah diharapkan berperan dalam hal pemberian insentif sehingga transfer teknologi dari para pakar dalam CoP dapat berlangsung. Bentuk insentif antara lain dapat berupa insentif teknologi atau lisensi teknologi. Secara terintegrasi model-model yang dibangun dalam rangka pengembangan klaster industri barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten dapat dilihat pada Gambar 52. Model yang merupakan pengembangan dari model Strategi Pengetahuan Zack, 1999 dan Nonaka dan Takeuchi 1995 ini diawali dengan pemilihan strategi klaster disertai aktor, perspektif dan tujuan serta area pengetahuan terkait. Analisis kesenjangan pengetahuan kemudian dilakukan terhadap aktor tersebut untuk kemudian bisa didapatkan beberapa area pengetahuan kunci. Area pengetahuan tersebut dikelola melalui strategi manajemen pengetahuan serta proses manajemen pengetahuan menggunakan model SECI. Gambar 52 Model Manajemen Pengetahuan pada Klaster Industri Barang Jadi Lateks di Jawa Barat dan Banten

8.3. Kelebihan dan Kekurangan Model

Model yang dikembangkan memiliki beberapa kelebihan antara lain bahwa model telah dapat memfasilitasi perumusan strategi dan proses manajemen pengetahuan. Model juga telah sistematis menentukan tujuan manajemen pengetahuan yang dikemas dalam model strategi pengembangan klaster serta menentukan jenis pengetahuan yang paling penting untuk dikelola melalui model penentuan area pengetahuan kunci. Kelemahan dari model yang dikembangkan adalah belum secara mendalam mengkaji mengenai aspek budaya berbagi pengetahuan dan karakteristik perilaku orang atau organisasi dalam klaster. Model juga memiliki kelemahan dalam hal asumsi berbagi pengetahuan dapat terjadi dalam klaster. Asumsi tersebut hanya didasarkan adanya kegiatan berbagi pengetahuan yang terjadi selama ini yaitu pelatihan teknologi lateks oleh BPTK yang rutin sebanyak 2 kali setahun serta kerjasama penelitian antara industri dan pusat penelitian. Apa yang klaster harus ketahui pengetahuan terkait Apa yang klaster harus lakukan FAHP Aktor, Perspektif, Tujuan, strategi Model Analisis Kesenjangan pengetahuan FIS Sugeno Kesenjangan strategi Apa yang klaster telah ketahui Apa yang klaster dapat lakukan • Model Strategi Manajemen Pengetahuan FAHP • Proses Manajemen Pengetahuan Sosialisasi CoP, Pertemuan Ilmiah, Pelatihan Eksternalisasi Model Kodifikasi Pengetahuan Disain Proses FQFD, taksonomi dan peta pengetahuan Model Kodifikasi Pengetahuan Kegagalan Proses FFMEA, Sistem, Pakar Kombinasi Portal, Peta Pengetahuan Internalisasi Eksperimen 9 KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

1. Sistem pendukung keputusan strategi pengetahuan dapat digunakan untuk menyusun strategi pengetahuan untuk pengembangan klaster industri barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten. Komponen sistem terdiri atas a sistem manajemen basis model yang berisi model pemilihan strategi pengembangan klaster dan area pengetahuan terkait, model analisis kesenjangan pengetahuan dan penentuan area pengetahuan kunci, model pemilihan strategi manajemen pengetahuan, model kodifikasi pengetahuan disain proses serta model kodifikasi pengetahuan kegagalan proses; b sistem manajemen basis data yang berisi data penilaian pakar mengenai perbandingan berpasangan antar kriteria dan alternatif dalam perumusan strategi, data penilaian pakar terhadap kebutuhan dan kondisi area pengetahuan saat ini serta data penilaian pakar mengenai tingkat kepentingan karakteristik teknis produk serta keterkaitan karakteristik teknis dan proses; c sistem manajemen basis pengetahuan yang berisi basis aturan mengenai cara mengatasi kegagalan proses; d sistem dialog terhadap pengguna sehingga pengguna akan mudah menggunakannya. 2. Model pemilihan strategi pengembangan klaster dibangun dalam bentuk hirarki keputusan yang tersusun atas beberapa level yaitu aktor, perspektif, tujuan strategis dan alternatif strategi. Perspektif yang digunakan adalah empat perspektif untuk mengukur kinerja suatu klaster industri yaitu kinerja perusahaan, hasil sosial dan ekonomi, efisiensi kolektif dan modal sosial. Tujuan strategis dalam perspektif kinerja perusahaan adalah peningkatan pasar serta peningkatan produktivitas dan kualitas. Tujuan strategis dalam perspektif hasil sosial dan ekonomi adalah peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan ketersediaan tenaga kerja terspesialisasi, peningkatan kemampuan inovasi dan peningkatan konsumsi karet alam. Tujuan strategis dalam efesiensi kolektif adalah penurunan biaya dan peningkatan kerjasama. Tujuan strategis dalam perspektif modal sosial adalah peningkatan jumlah anggota klaster yang terlibat dalam kerjasama.