134
variabel bedakala harga ekspor tepung terigu Prancis, dan selisih produksi tepung terigu Prancis dengan variabel bedakala produksi tepung terigu Prancis, tidak
dapat diterapkan sebagai instrumen kebijakan. erdasarkan nilai elastisitasnya, elastisitas ekspor tepung terigu Prancis hanya bersifat elastis terhadap variabel
permintaan tepung t erigu. Elastisitas permintaan tepung terigu Prancis dari ekspor tepung terigu Prancis sebesar 2.13 artinya terjadi penurunan ekspor tepung terigu
Prancis sebesar 2.13 persen sebagai respon perubahan permintaan tepung terigu Prancis sebesar 1 persen. Sehingga variabel permintaan tepung terigu Prancis
merupakan variabel yang efektif untuk dikenakan kebijakan untuk mempengaruhi ekspor tepung terigu Prancis.
2. Belgia
Tabel 34 menunjukkan ekspor tepung terigu Belgia dipengaruhi oleh selisih harga ekspor tepung terigu Belgia dengan
variabel bedakala harga riilharga
ekspor tepung terigu Belgia +, n
s , dan selisih
produksi tepung terigu Belgia dengan variabel bedakala produksi tepung terigu Belgia
+, n
s , dan variabel
bedakala ekspor tepung terigu Belgia +, s .
Dimana variabel produksi tepung terigu Belgia berbeda nyata dengan nol pada taraf
α 0.15, sedangkan variabel bedakala harga ekspor tepung terigu Belgia tidak berbeda nyata pada
taraf α 0.15.
Meningkatnya produksi variabel bedakala harga ekspor
tepung terigu Belgia akan meningkatkan ekspor tepung terigu Belgia.
Nilai R² sebesar 0.8760 pada Tabel 34 menggambarkan bahwa sekitar 87.60 persen variabel selisih harga ekspor tepung terigu Belgia dengan variabel
bedakala harga ekspor tepung terigu Belgia dan produksi tepung terigu Belgia
For m a t t e d: Font: N ot Bold, N o underline
For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: I ndonesian
135
For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: C entered
secara bersama mampu menjelaskan perilaku persamaan ekspor tepung terigu Belgia.
Berdasarkan nilai elastisitasnya, harga ekspor tepung terigu Belgia bersifat elastis terhadap variabel produksi tepung terigu Belgia dan bersifat
inelastis terhadap selisih harga ekspor tepung terigu Belgia dengan variabel bedakala harga ekspor tepung terigu Belgia. Elastisitas produksi tepung terigu
Belgia dari ekspor tepung terigu Belgia sebesar 1.20 artinya terjadi peningkatan ekspor tepung terigu Belgia sebesar 1.20 persen sebagai respon perubahan
produksi tepung terigu Belgia sebesar 1 persen. Sehingga variabel produksi tepung terigu Belgia bukan merupakan variabel yang efektif untuk dikenakan
suatu kebijakan untuk meningkatkan ekspor tepung terigu Belgia. Terhadap kemungkinan terjadinya perubahan ekonomi, variabel bedakala
ekspor tepung terigu memberikan respon yang besar. Tabel 34. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Tepung Terigu Belgia
Nilai R² sebesar 0.8760
menggambarkan bahw a sekitar
0.8760 persen variabel
penjelas variabel
eksogen secara bersama mampu
Parameter Dugaan
Standar Error
t- hitung
Prob|T| Elastisitas
Jangka Pendek
Jangka Panjang
136
menjelaskan perilaku
persamaan ekspor tepung
terigu Belgia.
Variabel
RPXTBEL
t- 1
195.259689 128.666866
1.518 0.1448 0.107099913 1.552960388
QTBEL
t
- QTBEL
t- 1
1.201786 1.639231 0.733
0.4720 0.005133571 0.074437337
XTBEL 0.931035
t- 1
0.068700 13.552 0.0001
F =216.676 R- Square =0.9702 Durbin-Wat son=2.823
Tabel 34. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Tepung Terigu Belgia
Variabel Parameter
Dugaan Standar
Error t-hitung
Prob| T|
Elastisitas RPXTBEL
t
- RPXTBEL
844.17763
t- 1
1079.8387 0.782
0.4431 -0.018736293
QTBEL 0.859084
t
0.071964 11.938
0.0001 1.200262532
F =74.165 R-Square =0.8760 Durbin-Watson=0.440
Nilai R² sebesar 0.9702 menggambarkan bahwa sekitar 0.9702 persen variabel penjelas variabel eksogen secara bersama mampu menjelaskan perilaku
persamaan ekspor tepung terigu Belgia.
Variabel bedakala harga riil ekspor tepung terigu Belgia dalam jangka pendek dan jangka panjang dapat digunakan sebagai instrumen kebijakan,
sedangkan variabel lainnya karena sifatnya yang inelastis tidak dapat digunakan sebagai instrumen kebijakan.
3. Uni Soviet