3.7.3.11. Permintaan Tepung Terigu Indonesia Permintaan Tepung Terigu Pemakaian Sendiri

201 Nilai R² sebesar 0.9590 menggambarkan bahwa sekitar 0.9590 persen variabel penjelas variabel eksogen secara bersama mampu menjelaskan perilaku persamaan harga riil tepung terigu ditingkat pedagang eceran Semua variabel pembentuk harga riil tepung terigu ditingkat pedagang eceran bersifat inelastis, sehingga tidak ada variabel yang tidak digunakan sebagai instrumen kebijakan. 5. 3.7.5.3.11. Permintaan Tepung Terigu Indonesia Permintaan tepung terigu domestik terdiri dari permintaan langsung dalam bentuk tepung terigu dan permintaan tidak langsung dalam bentuk makanan olahan. Permintaan langsung dalam bentuk tepung terigu merupakan permintaan tepung terigu oleh rumah tanggarumahtangga , sedangkan permintaan tidak langsung tercakup dalam permintaan oleh usaha kecil menengah dan industri makanan. Empat persamaan permintaan tepung terigu Indonesia menunjukkan rentang terendah hingga tertinggi dari nilai F hitung = 2 1.641.335 – 54.362509.956 , koefisien determinasi R² = 0. 68402694 – 0. 84469871 , dan Durbin Watson = 1.9772.112 – 2. 109383 . Pada umumnya permintaan tepung terigu dipengaruhi oleh harga riilharga impor tepung terigu, tingkat pendapatan perkapita, produksi tepung terigu, jumlah penduduk.

1. Permintaan Tepung Terigu Pemakaian Sendiri

Tabel 6 36 menunjukkan permintaan langsung tepung terigu domestik untuk pemakaian sendiri dipengaruhi oleh variabel bedakala harga riilharga For m a t t e d: Space Before: 12 pt, O utline num bered + Lev el: 3 + N um bering Sty le: 1, 2, 3, … + Start at: 10 + A lignm ent: Left + A ligned at: 0 cm + Tab after: 1,27 cm + I ndent at: 1,27 cm For m a t t e d: Space Before: 18 pt, O utline num bered + Lev el: 3 + N um bering Sty le: 1, 2, 3, … + Start at: 10 + A lignm ent: Left + A ligned at: 0 cm + Tab after: 1,27 cm + I ndent at: 1,27 cm For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: Sw edish Sw eden 202 tepung terigu domestik di pedagang pengecer -, s , dan jumlah penduduk Indonesia +, s ., dan variabel bedakala permintaan tepung terigu domestik oleh industri rumahtangga +, ns. Dimana variabel bedakala harga tepung terigu domestik di pedagang pengecer, dan jumlah penduduk Indonesia berbeda nyata pada taraf α 0.15. Meningkatnya harga riil tepung terigu domestik di pedagang pengecer, dan jumlah penduduk Indonesia akan meningkatkan permintaan langsung tepung terigu domestik ditingkatdi tingkat pedagang eceran , sedangkan meningkatnya harga tepung terigu di pedagang eceran akan menurangi permintaan tepung terigu untuk pemakaian sendiri.. Nilai R² sebesar 0.2694 menggambarkan bahwa hanya sekitar 0.2694 persen variabel penjelas variabel eksogen secara bersama mampu menjelaskan perilaku persamaan pemintaan tepung terigu domestik untuk pemakaian sendiri. Tabel 66. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Permintaan Tepung Terigu Domestik untuk Pemakaian Sendiri Variabel Parameter Dugaan Standar Error t-hitung Prob|T| Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Intersep -375114 479291 -0.783 0.4435 RPTPE -360.420519 t 172.972248 -2.084 0.0509 -5.99042371 -6.808692357 PENIDN 7137.517528 t 2925.729200 2.440 0.0247 9.620943033 10.93512654 DTRS 0.120180 t-1 0.226316 0.531 0.6016 F =2.335 R-Square =0.2694 Durbin-Watson=2.131 Tabel 63. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Permintaan Tepung Terigu Domestik untuk Pemakaian Sendiri Variabel Parameter Dugaan Standar Error t- hitung Prob|T| Elastisitas Int ercep -263273 35038 -7.514 0.0001 RPTPE t -21.777561 -1 12.335637 -1.765 0.0928 -0.395860856 PENIDN 2177.349803 t- 1 236.599468 9.203 0.0001 4.345493619 F = 54.362 R-Square =0.8446 Durbin- Wat son=2.109 Nilai R² sebesar 0.8446 pada Tabel 63 menggambarkan bahwa hanya sekitar 84.46 persen variabel variabel bedakala harga tepung terigu domestik di For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: Justified, I ndent: First line: 1,27 cm For m a t t e d: Justified, Space A fter: 6 pt, Line spacing: single For m a t t e d: Font: 9 pt, I ndonesian For m a t t e d T a ble For m a t t e d: Font: 9 pt, I ndonesian For m a t t e d: Font: 9 pt, I ndonesian For m a t t e d: Font: 9 pt, I ndonesian For m a t t e d: Font: 9 pt, I ndonesian For m a t t e d: Font: 9 pt, I ndonesian For m a t t e d: Font: 9 pt, I ndonesian For m a t t e d: Font: 9 pt, I ndonesian For m a t t e d: Font: 9 pt, I ndonesian For m a t t e d: I ndent: First line: 0 cm For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: Justified, Space Before: 0 pt, A fter: 6 pt, Line spacing: single For m a t t e d T a ble For m a t t e d: Sw edish Sw eden For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Space Before: 18 pt For m a t t e d: Sw edish Sw eden 203 pedagang pengecer dan jumlah penduduk Indonesia variabel eksogen secara bersama mampu menjelaskan perilaku persamaan pemintaan tepung terigu domestik untuk pemakaian sendiri. Berdasarkan nilai elastisitasnya, pemintaan tepung terigu domestik untuk pemakaian sendiri hanya bersifat elastis terhadap variabel jumlah penduduksemua variabel pembentuk persamaan permintaan tepung terigu domestik untuk pemakaian sendiri bersifat elastis , sedangkan terhadap variabel harga tepung terigu di tingkat industri sehingga semua variabel tersebut dapat diterapkan sebagai instrumen kebijakan. bersifat inelastis. Elastisitas harga tepung terigu di tingkat industri dari permintaan tepung terigu untuk pemakaian sendiri sebesar - 0.39 artinya terjadi penurunan permintaan tepung terigu untuk pemakaian sendiri sebesar 0.39 persen sebagai respon peningkatan harga tepung terigu di tingkat indus tri sebesar 1 persen. Sehingga pada persamaan permintaan tepung terigu untuk pemakaian sendiri, variabel harga tepung terigu di tingkat industri bukan merupakan variabel yang efektif untuk dikenakan suatu kebijakan untuk menurunkan permintaan tepung terigu untuk pemakaian sendiri. Sebaliknya variabel jumlah penduduk Indonesia merupakan variabel yang sangat efektif untuk dikenakan suatu kebijakan untuk mempengaruhi permintaan tepung terigu. Kebijakan pembatasan kelahiran yang relatif sangat longgar di Indonesia dipastikan akan membuat permintaan tepung terigu untuk pemakaian sendiri meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk.

2. Permintaan Tepung Terigu Industri