6. 6.1. Produksi 6. Permintaan TINJAUAN PUSTAKA
2. 6.
Studi Terdahulu Tentang Biji Gandum dan Tepung Terigu Penelitian mengenai biji gandum dan tepung terigu di Indonesia sangat jarang dilakukan, namun demikian beberapa penelitian yang telah dilakukan disajikan sebagai berikut:2. 6.1. Produksi
Syafaat dan Supena 1999 mengatakan bahwa industri terigu, mie dan roti walaupun produk ketiga industri tersebut membantu dalam penyediaan pangan nasional bukanlah merupakan industri kunci dalam perekonomian nasional, namun sebagian besar produk ketiga industri tersebut banyak dinikmati oleh golongan berpendapatan sedang dan tinggi. Oleh karena itu penghapusan segala jenis proteksi terhadap ketiga industri tersebut dibenarkan. Kontribusinya pada output , nilai tambah dan kesempatan kerja nasional sangat kecil masing-masing berkisar 0.15 – 0.46 persen; 0.09 – 0.45 persen dan 0.21 – 0.72 persen. Sebagian besar nilai tambah yang tercipta akibat permintaan akhir produk ketiga industri tersebut dinikmati pengusaha. Dengan karakteristik keterkaitan input antar ketiga industri tersebut cukup kuat, memberikan insentif bagi para pengusaha untuk melakukan integrasi usaha dalam satu kepemilikan untuk meningkatkan keuntungan pengusaha yang bersangkutan. 2. 6.2. Permintaan Gonarsyah 1982 menunjukkan bahwa kurva permintaan biji gandum USA di Jepang dan Korea adalah kurva permintaan yang inelastis. Dalam kasus Jepang, permintaan biji gandum dari USA sangat dipengaruhi oleh produksi biji 33 gandum domestik tetapi tidak dipengaruhi oleh pendapatan perkapita, produksi beras, nilai tukar yen terhadap dollar, sedangkan dalam kasus Korea, permintaan biji gandum dari USA sangat berhubungan dengan kemampuan produksi beras, kemampuan impor USA dibawah program bantuan pangan, ketersediaan biji gandum, dan pendapatan perkapita. Sebaliknya permintaan biji gandum tidak dipengaruhi oleh kemampuan produksi lokal dan nilai tukar won terhadap dolar. Afriani 2002 memperlihatkan bahwa permintaan biji gandum Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh penawaran tepung terigu domestik, nilai tukar dan kebijakan pembebasan tataniaga gandum-tepung terigu. Sedangkan produksi tepung terigu domestik sangat dipengaruhi oleh jumlah impor biji gandum, impor tepung terigu, tingkat upah, suku bunga, permintaan tepung terigu domestik, krisis ekonomi dan penawaran tepung terigu tahun sebelumnya. Dalam penelitian Afriani, permintaan tepung terigu domestik didisagregasikan kedalam permintaan tepung terigu oleh industri mie, industri roti dan industri biskuit, namun tidak memperhitungkan permintaan langsung dari rumahtangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penawaran tepung terigu domestik sangat mempengaruhi permintaan tepung terigu di Indonesia, ini juga menunjukkan bahwa pada komoditi tepung terigu struktur pasar yang terbentuk adalah struktur pasar oligopoly. Secara umum kebijakan pembebasan tataniaga gandum-tepung terigu dan pencabutan subsidi menguntungkan pelaku pasar walaupun terjadi penurunan kesejahteraan dari sisi konsumen tetapi dapat dikompensasi dengan peningkatan kesejahteraan produsen. Selanjut Afriani menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap permintaan untuk industri rumahtangga dan industri kecil. 34 Dalam penelitiannya Afriani terpokus pada penawaran dan permintaan biji gandum dan tepung terigu baik dunia maupun Indonesia.2. 6.3. Perdagangan
Parts
» The impact of import tariff and quota policy on performance of the Indonesian wheat flour industry
» 1. Ek onomi Tepung Terigu Dunia
» Kebijak an Perdagangan Tepung Terigu Dunia
» 3. Liberalisasi Perdagangan Tepung Terigu
» 4. Ek onomi Tepung Terigu Indonesia
» 5. Kebijak an Tepung Terigu Indonesia
» 6. 6.1. Produksi 6. Permintaan TINJAUAN PUSTAKA
» 1. Tahapan Produksi dan Pasar Tepung Terigu 2. Permintaan Input dan Penawaran Output
» 2.1. Permintaan Biji Gandum dan Penawaran Te pung Terigu oleh
» Intervensi Kebijak an dan Liberalisasi Perdagan gan
» 1. Intervensi Kebijak an, Pas ar Biji Gandum dan Tepung Terigu Dunia
» 2. Intervensi Kebijakan Fiskal Biji Gandum dan Tepung Terigu
» Dampak Ek onomi dari Kebijak an
» Angola Amerika Serikat KONSTRUKSI
» 2. Prosedur Analisis 2.1. Data 2.2. Identifikasi dan Pendugaan Model
» 2.3. Metode Estimasi 2. Validasi Model 2.5. Simulasi Model
» 1.1. Produksi Biji Gandum Dunia 1.3. Ekspor Biji Gandum Dunia
» Amerika Serikat HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Prancis Tabel 1 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Biji Gandum Prancis
» Uni Soviet HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» CanadaKanada HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Australia HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Italia HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Brasil HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Jepang HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Aljazair HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Dunia 1. 1.3. Harga RiilHarga Biji Gandum Dunia
» Prancis HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 1.7.1. Harga RiilHarga Uni Soviet
» Brasilia HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 2. Pasar Tepung Terigu Dunia 2.1.Produksi Tepung Terigu Dunia 2.2. Permintaan Tepung Terigu Dunia
» 2.3. 2.1. Ekspor Tepung Terigu Dunia Prancis
» Belgia HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Turki HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Jerman HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Dunia 2.2. ; 2.4. Impor Tepung Terigu Dunia
» Belanda HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Libya HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Angola HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» Dunia HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 2.4.2.3. Harga RiilHarga HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 2.2.4. Harga RiilHarga HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 2.6.2. Harga RiilHarga HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 3.3. Impor Biji Gandum Indonesia Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia
» Impor Biji Gandum Indonesia dari CanadaKanada
» Impor Biji Gandum Indonesia dari Amerika Serikat
» Indonesia 3.4. Harga HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 3. 54 3. 3.6. Impor Tepung Terigu Indonesia Impor Tepung Terigu Indonesia dari Australia
» Impor Tepung Terigu Indonesia dari Jepang
» Impor Tepung Indonesia dari Singapura
» Indonesia 3.6. 3.7. Harga RiilHarga Impor Tepung Terigu Indonesia
» 3.3.8. Harga RiilHarga Tepung Terigu
» 3.6. 3.9. HH arga Tepung Terigu di
» 3.10. Harga Tepung Terigu di Tingk at Pedagang Eceran
» 3.7.3.11. Permintaan Tepung Terigu Indonesia Permintaan Tepung Terigu Pemakaian Sendiri
» Permintaan Tepung Terigu Industri
» Permintaan Tepung Terigu Industri Kecil dan Menengah
» Permintaan Tepung Terigu Industri Mak anan dan Minuman
» Indonesia HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» PERAMALAN DAMPAK KEBIJAKAN TARIF DAN
» 2.3.Metode Estimasi Metode 2SLS digunakan dalam penelitian ini karena tergolong metode
» 2.Validasi Model Dalam penelitian ini validasi model dilakukan dengan menggunakan
» 2.5.Simulasi Model Simulasi histories expost dan simulasi peramalan exante f orecast
» 80.96 2.6.Rencana Penelitian Jadwal penelitian dilaksanakan sebagaimana disajikan pada Tabel 12.
» Kegunaan Penelitian Latar Belakang
» 1.2. Pasar Tepung Terigu Dunia 1.2.1. Produksi Tepung Terigu Dunia
» Permintaan Tepung Terigu Industri Rumah Tangga
» 2.2. Identifikasi dan Pendugaan Model
» 1.1. Produksi Biji Gandum Dunia
» 1.3. Ekspor Biji Gandum Dunia
» 1.7.1. Harga RiilHarga HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 2. Pasar Tepung Terigu Dunia 2.1.Produksi Tepung Terigu Dunia
» 2.2. Permintaan Tepung Terigu Dunia 2.3. 2.1. Ekspor Tepung Terigu Dunia
» 2.2. ; HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 2.4. Impor Tepung Terigu Dunia
» 3. Industri Tepung Terigu Indonesia
» 3.1. Permintaan Biji Gandum Indonesia
» 3.2. Permintaan Biji Gandum HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 3.3. Impor Biji Gandum Indonesia
» Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia
» 3.4. Harga HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG
» 3. 54 3. 3.6. Impor Tepung Terigu Indonesia
» Impor Tepung Terigu Indonesia dari Australia
» 3.6. 3.7. Harga RiilHarga Impor Tepung Terigu Indonesia
» 3.7.3.11. Permintaan Tepung Terigu Indonesia
» Permintaan Tepung Terigu Pemakaian Sendiri
Show more