4.5 Investasi Gas Natuna
Indonesia akan tetap menjadi produsen gas bumi terkemuka pada tahun- tahun mendatang. Disamping penemuan lapangan gas baru sering terjadi,
kemampuan produksi gas akan meningkat lebih besar lagi bila pembangunan proyek gas Natuna bisa direalisir. Pada saat ini persiapan ke arah pelaksanaan
pembangunan fisik sedang dilakukan. Namun demikian gas yang terdapat di wilayah ini banyak mengandung CO
2
. Analisa laboratorium terhadap gas bumi Natuna yang diambil dari lima sumur yang dibor menunjukkan tingginya kadar
CO
2
dalam gas bumi ini mengharuskan dilakukan penanganan secara khusus, sehingga diperlukan Investasi yang cukup besar.
Sementara itu pendanaan investasi proyek hilir proyek LNG dan infrastruktur akan mengikuti pola Project financing dengan persyaratan antara
lain bunga rendah dan pembayaran kembali jangka panjang. Maka tahapan pembangunan adalah sebagai-berikut: Tahapan Pembangunan proyek gas Natuna
dapat dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu: 1 Kegiatan Hulu terdiri dari, produksi gas bumi, pemisahan CO
2
dari gas, penyaluran gas komersil di Pulau Natuna. Dan 2 kegiatan hilir, melakukan pencarian gas alam menjadi LNG.
Kegiatan hulu dalam rangka ekploitasi gas alam Natuna direncanakan akan dikembangkan suatu komplek yang mencakup pembangunan: anjungan
pemboran, anjungan pengolahan, anjungan akomodasi, anjungan injeksi dan jaringan pipa. Sedangkan kegiatan hilir adalah memproses gas methane menjadi
LNG di komplek pabrik LNG yang akan dibangun di daratan Pulau Natuna. Untuk menunjang pabrik ini, akan dibangun fasilitas dan infrastruktur seperti
pelabuhan, lapangan terbang, gudang, pemukiman dan sebagainya. Pembangunan proyek ini akan dilakukan secara bertahap dan pada tahap pertama direncanakan
akan dibangun dua anjungan pemboran dan dua anjungan pengolahan. Selain itu juga dibangun anjungan injeksi satu buah dan anjungan akomodasi juga satu buah.
4.6 Rencana Pembangunan Base Camp Blok D-Alpha Natuna
Blok D-Alpha Natuna merupakan aset sangat strategis bagi negara.
Keseluruhan Blok Natuna mempunyai luas 17.000 km2 dan kedalaman lautnya antara 140-200 meter. Dengan kedalaman ini, secara teknis Natuna masuk
kategori offshore, pengeboran dangkal. Wilayah migas Natuna sendiri dibagi menjadi Natuna Barat dan Natuna Timur, dimana khusus untuk Natuna Barat,
sejumlah kontraktor sudah melakukan eksploitasi minyak dan gas disana, yang produksinya antara lain dikirim ke Singapore dan Malaysia. Perlu dicatat bahwa
kandungan gas CO2 lebih kecil di daerah Natuna Barat dibanding Natuna Timur. Blok D-Alpha
Natuna terletak di dalam wilayah Natuna Timur, yang mengandung cadangan minyak dan gas. Disamping menyimpan sekitar 500 juta
barel minyak, blok ini adalah salah satu blok gas dengan cadangan terbesar di dunia saat ini, dengan total potensi gas mencapai 222 triliun kaki kubik tcf.
Potensi gas yang recoverable sebesar 46 tcf 46,000 bcf atau setara dengan 8,383 miliar barel minyak 1 boe, barel oil equivalent = 5.487 cf . Dengan potensi
sebesar itu, dan asumsi harga rata-rata minyak US 75 barel selama periode eksploitasi, maka nilai potensi ekonomi gas Natuna adalah US 628,725 miliar
atau sekitar Rp 6.287,25 triliun kurs USRp = Rp 10.000. Pengelolaan Natuna oleh Pertamina dan mitranya harus dilakukan sedemikian rupa sehingga negara
memperoleh penerimaan yang maksimal dari potensi pendapatan sebesar Rp 6.287,25 triliun ini.
Selain itu, letak Natuna yang hanya berjarak sekitar 1.100 km dari Jakarta dan 200 km dari Singapura, memiliki nilai strategis untuk memasok kebutuhan
gas bagi negara-negara sekitar seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Cina, Jepang, dan Korea. Termasuk pula untuk memasok gas bagi Pulau Jawa dan
Indonesia secara umum, yang membutuhkan gas dalam jumlah besar setelah diimplementasikannya kebijakan konversi energi dari minyak tanah ke gas.
Perkiraaan total biaya investasi yang lebih akurat akan diperoleh saat plan of development
PoD diajukan oleh operator kepada Badan Pengelola Migas. Namun saat ini, dengan angka investasi US 25 miliar dibanding US 40 miliar
yang diajukan oleh Exxon Mobil, yang memang sangat perlu diwaspadai. Pemerintah perlu menjaga dan meyakinkan bahwa total investasi yang dibutuhkan
kelak, telah dihitung secara objektif dan bebas dari penggelembungan mark up, karena pada ujungnya seluruh biaya tersebut akan menjadi tanggungan negara
dalam cost recovery. Investasi yang besar membutuhkan potensi pengembalian yang terjamin dari
para konsumen gas. Dalam hal ini Pertamina memperkirakan, berdasarkan harga
pokok di wel sebesar US 4 mmbtu, harga jual gas Natuna haruslah sekitar US 7 atau 8 mmbtu. Adapun target pasar penjualan gas Natuna antara lain
Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam, Korea, Jepang, serta konsumen domestik terutama di Jawa dan Batam. DESDM Departemen Energi Sumberdaya
Mineral sedang mengkaji moda transportasi yang akan digunakan, apakah pipa transmisi yang menghubungkan Natuna dengan seluruh lokasi pembeli, atau
menggunakan tanker dengan membangun fasilitas LNG terapung di Natuna. Potensi Natuna yang ribuan triliun rupiah, pentingnya menjaga ketahanan energi,
dan terkontrolnya total biaya investasi dari mark-up adalah sekian diantara banyak alasan mengapa Natuna harus dikelola oleh Pertamina.
4.7 Kependudukan Kabupaten Natuna