Kesempatan Kerja Pendekatan Ekonomi Lokal

5.2 Kesempatan Kerja Pendekatan Ekonomi Lokal

Daya saing dapat diukur dengan beberapa kategori indikator. Tiap ukuran mencerminkan insentif penting berinvestasi di daerah tersebut. Setidaknya ada empat kategori penilaian yang digunakan untuk mengukur daya saing: 1. Struktur ekonomi: komposisi ekonomi, produktivitas, output, nilai tambah, serta tingkat investasi asing dan domestic. Beberapa teknik analisis yang biasa digunakan perencana, termasuk: Location quotient LQ, Shift Share analysis, economic base analysis, regional income indikators. 2. Potensi wilayah: yang non-tradeable seperti lokasi, prasarana, sumberdaya alam, amenity, biaya hidup dan bisnis, citra daerah. 3. Sumberdaya manusia: kualitas SDM yang mendukung kegiatan ekonomi. 4. Kelembagaan: konsistensi kebijakan pemerintah dan perilaku masyarakat yang pro Pembangunan Ekonomi Lokal, serta budaya yang mendukung produktivitas. Penilaian struktur ekonomi di Kabupaten Natuna melalui kesempatan kerja selama periode 2002-2009, sebagaimana tersaji pada Tabel 15, menunjukkan peningkatan sebesar 50 persen dan peningkatan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan kesempatan kerja yang terjadi di Provinsi Riau sebesar 33 persen. Semua sektor mengalami peningkatan perubahan yang positif bahkan melebihi 100 persen diantara sektor industri, pengangkutan, jasa-jasa dan pertambangan digabungkan dengan listrik gas dan air bersih. Secara absolut peningkatan kesempatan kerja tertinggi pada sektor jasa-jasa sebesar 4.849 orang dan diikuti pertanian sebesar 3.809 orang sedangkan yang paling kecil memberikan kesempatan kerja adalah sektor keuangan adalah 35 orang. Secara umum perkembangan kesempatan kerja di Kabupaten Natuna dan Provinsi Riau dan Kepri memiliki arah yang sama, kecuali pada sektor keuangan Provinsi mengalami pengurangan kesempatan kerja secara absolut. Tabel 15. Perubahan Kesempatan Kerja per Sektor di Kabupaten Natuna, Provinsi Riau dan Kepri Tahun 2002 – 2009 Lapangan Usaha Kabupaten Natuna Perubahan Wilayah Provinsi Riau dan Kepri Perubahan 2002 2009 Absolut orang Persen 2002 2009 Absolut orang Persen Eij Eij rij Ein Ein rin Pertanian 17.644 21.453 3.809 22 1.081.753 1.083.206 1.453 0,13 Industri 622 2.198 1.576 253 161.566 276.502 114.936 71 Bangunan 2.308 2.931 623 27 95.432 138.230 42.798 45 Perdagangan 2.731 3.485 754 28 340.140 515.191 175.051 51 Pengangkutan 584 1.205 621 106 97.373 161.738 64.365 66 Keuangan 67 102 35 52 55.367 46.609 ‐8.758 ‐16 Jasa-jasa 2.461 7.310 4.849 197 194.572 405.035 210.463 108 Pertambangan Listrik,Gas 514 1.714 1.200 233 5.884 67.305 61.421 1044 Total 26.931 40.398 13.467 50 2.032.087 2.693.813 661.726 33 Sumber : BPS Natuna, 2010 dan BPS RI, 2010. Diolah Melalui analisis shift share yang disajikan Tabel 16, kesempatan kerja nyata yang terjadi di Kabupaten Natuna dapat dilihat berdasarkan komponen- komponen yang mempengaruhinya seperti komponen pertumbuhan kesempatan kerja Provinsi Riau dan Kepri, komponen bauran industri, dan komponen keunggulan kompetitif. Laju pertumbuhan kesempatan kerja wilayah Provinsi Riau dan Kepulauan Riau sebesar 33 persen telah menciptakan kesempatan kerja 8.887 orang. Sektor yang paling besar menciptakan kesempatan kerja sebagai pengaruh dari pertumbuhan kesempatan kerja provinsi adalah sektor pertanian sebesar 5.823 orang dan yang terendah adalah sektor keuangan sebesar 22 orang. Pengaruh bauran industri merupakan komponen pertumbuhan sektoral yang timbul karena permintaan tenagakerja, ketersediaan bahan baku dan, kebijakan sektoral, serta pelaku dan kinerja struktur pasar setiap sektor wilayah. Pengaruh bauran industri Provinsi Riau telah menciptakan kesempatan kerja sebesar 2.421 orang. Kesempatan kerja terbesar diberikan pada sektor gabungan yakni, sektor pertambangan dan listrik, gas dan air bersih sebesar 5.196 orang. Pengaruh bauran industri di daerah Riau menyebabkan penurunan kesempatan kerja pada sektor pertanian sebesar 5.799 orang selama kurun waktu tujuh tahun. Tabel 16. Analisis Shift Share Kesempatan Kerja di Kabupaten Natuna Tahun 2002-2009 Sumber: Tabel 15 diolah Selain karena pengaruh pertumbuhan di tingkat provinsi dan bauran industri, perubahan kesempatan nyata di Kabupaten Natuna juga dipengaruhi oleh keunggulan kompetitif yang dimiliki. Menurut Syafrizal 2008 bahwa keunggulan kompetitif muncul dari dua sisi, yang pertama, sektor-sektor mampu berproduksi dengan biaya per unit yang lebih murah dibandingkan dengan produk yang sama pada daerah lain. Kedua, sektor-sektor yang mampu memproduksi barang dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan daerah lain. Dampak dari keunggulan kompetitif yang dimiliki, Kabupaten Natuna mampu menciptakan kesempatan kerja baru sebesar 2.172 orang. Sektor terbesar yang menciptakan kesempatan kerja adalah sektor pertanian sebesar 3.786 orang. Sektor yang tidak memiliki keunggulan kompetitif adalah sektor bangunan, perdagangan dan gabungan sektor pertambangan dan listrik, gas dan air bersih. Secara umum, kesempatan kerja nyata di Kabupaten Natuna yang tercipta selama kurun waktu tujuh tahun dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 13.466 orang. Lapangan Usaha Komponen Pertumbuhan Provinsi Riau dan Kepri Komponen Bauran Industri Komponen Keunggulan Kompetitif Kesempatan Kerja Nyata Nij Mij Cij Dij Pertanian 5.823 5.800 3.786 3.810 Industri 205 236 1.134 1.579 Bangunan 762 277 416 628 Perdagangan 901 492 639 760 Pengangkutan 193 193 236 628 Keuangan 22 33 46 43 Jasa-jasa 812 1.846 2.191 4.858 Pertambangan Listrik,Gas 170 5.197 4.166 1.200 Total 8.887 2.407 2.172 13.467 Tabel 17. Koofisien Location Quotient LQ Kesempatan Kerja di Kabupaten Natuna Tahun 2002-2009 Sumber : Tabel 15 diolah Berdasarkan analisis LQ pada tabel 17, diketahui sektor-sektor yang merupakan sektor basis dan sektor non basis di Kabupaten Natuna. Sektor-sektor yang merupakan basis apabila nilai koofisien LQ 1. Pada tahun 2002 sektor basis terdapat tiga sektor, yakni masing-masing sektor pertanian LQ = 1,23 sektor bangunan LQ = 1,82 dan gabungan sektor pertambangan dan penggalian dan sektor listrik, gas dan air bersih LQ = 6,59. Ketiga sektor tersebut adalah sektor yang mampu menyerap tenagakerja lebih dari cukup sehingga dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan lokal Kabupaten Natuna dan juga dapat dijual ke daerah lain. Karena hanya ada tiga sektor yang merupakan sektor basis maka sisanya merupakan sektor non basis karena nilai kooefisien LQ 1. Sektor tersebut diantaranya: sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Pada tahun 2009 sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor gabungan sektor pertambangan, penggalian dan listrik, gas dan air bersih masih menjadi sektor basis dengan tambahan satu sektor basis yakni sektor jasa-jasa. Perubahan sektor jasa-jasa dari sektor non basis menjadi basis. Hal ini diakibatkan meningkatnya penduduk yang berdomisili di Ranai sebagai ibukota Kabupaten Natuna. Meningkatnya jumlah penduduk yang berdomisili di wilayah Kecamatan Lapangan Usaha Location Quotient 2002 2009 Pertanian 1,23 1,32 Industri Pengolahan 0,29 0,53 Bangunan 1,82 1,41 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,61 0,45 Pengangkutan dan Komunikasi 0,45 0,50 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,09 0,15 Jasa-jasa 0,95 1,20 Pertambangan dan Penggalian Listrik,Gas, dan Air 6,59 1,70 Total 1,00 1,00 Bunguran Timur mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan berbagai jasa- jasa, tentunya sektor akan banyak menyerap tenagakerja yang relatif besar. Tabel 18. Angka Pengganda Basis Lapangan Kerja di Kabupaten Natuna Tahun 2002-2009 No Komponen Perhitungan 2002 2009 1 Kesempatan Kerja Basis 20.466 33.408 2 Kesempatan Kerja Non Basis 6.465 6.990 3 Total Kesempatan Kerja 1 + 2 26.931 40.398 4 Pengganda Basis Kesempatan Kerja 3 : 1 1,32 1,21 5 Rasio Basis 2 : 1 0,32 0,21 Sumber : Tabel 15 diolah Nilai pengganda basis kesempatan kerja pada Tabel 18 menunjukkan besarnya total kesempatan kerja yang terjadi jika adanya perubahan pada sektor basis. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa besarnya angka pengganda kesempatan kerja basis pada tahun 2002 sebesar 1,32 dan pada tahun 2009 justeru menurun menjadi 1,21. Angka 1,32 diintrepretasikan bahwa bila kesempatan kerja di sektor basis meningkat 100 persen, akan berdampak terhadap pertambahan kesempatan kerja total sebesar 132 persen yaitu 100 persen disektor basis dan 32 persen di sektor non basis. Nilai pengganda basis kesempatan kerja di Kabupaten Natuna tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 1,21. Ini berarti peningkatan kesempatan kerja sektor basis sebesar 100 persen akan meningkatkan kesempatan kerja total sebesar 121 persen, yaitu 100 persen di sektor basis dan 21 persen di sektor non basis. Penurunan ini mengindikasikan bahwa kemampuan sektor basis dalam menciptakan lapangan kerja baru semakin menurun. Oleh karena itu sektor-sektor basis yang merupakan sektor penyerap tenagakerja yang tinggi harus ditata kembali agar kemampuannya meningkat dan tetap bisa bersaing dengan daerah lain. Sejalan dengan perkembangan permasalahan dan beberapa isu kebijakan pembangunan ekonomi lokal, menurut World Bank menyebutkan bahwa fokus dari pembangunan ekonomi lokal juga telah mengalami pergeseran dari tiga dekade belakangan ini, sebagaimana Tabel 19. Fokus pendekatan dan tools yang digunakan mengarah pada pendekatan yang holistik guna membangun lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi, mengutamakan networking kemitraan antar pelaku bisnis dan stakeholders pembangunan, pengembangan business clusters guna membentuk daya saing kegiatan ekonomi, serta pengembangan sumberdaya manusia. Tabel 19. Fokus dan pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal Fokus Tools Akhir 1990an – Seterusnya public sector led - Membuat keseluruhan lingkungan bisnis kondusif. - Investasi non-fisik pengembangan SDM, rasionalisasi peraturan - Kemitraan pemerintah- swasta. - Target tinggi untuk menarik investasi, membangun daya saing lokasi. - Strategi holistik untuk menyediakan lingkungan bisnis yang kompetitif rangsangan bagi pertumbuhan bisnis setempat. - Networking dan kerjasama antar komunitas. - Memfasilitasi business clusters kumpulan bisnis yang saling berkaitan. - Pengembangan angkatan kerja. - Menunjang peningkatan kualitas hidup. Sumber : World Bank, 2001 Menurut World Bank 2001 bahwa model pengembangan ekonomi lokal yang pada intinya berfokus pada lima kata kunci: 1. Ekspor ke luar daerah. Dalam pendekatan ini diprioritaskan untuk mengembangkan kegiatan yang beorientasi ekspor ke luar daerah karena kegiatan ini memberikan. 1. Permintaan lebih besar, pasar lebih luas bagi produksi daerah. 2. Tambahan pendapatan bagi daerah. 3. Dampak postitif bagi peningkatan belanja rumah tangga lokal. 2. Pemasaran. Dalam pemasaran terdapat beberapa kendala, antara lain: 1. UKM umumnya terlalu kecil untuk bersaing di pasar luar daerah, 2. Sementara usaha menengah - besar mengeluh karena permintaan besar, 3. Tapi mereka kesulitan untuk menyediakan pasokan produk yang memadai dan berkualitas baik. Solusi yang dapat dilakukan antara lain: a. Hubungkan produsen skala kecil dengan lebih besar, b. Jual produk melalui perantara seperti perusahaan besar eksportir atau trading house, c. Pada sisi produk: tingkatkan kualitas melalui pelatihan dan bantuan teknis d. Promosikan merek dagang bagi produsen daerah e. Sertifikasi pemasok berdasarkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas. 3. Pendekatan Pengembangan kluster. Kriteria dalam menyeleksi kegiatan ekonomi untuk diprioritaskan pengembangan clusternya antara lain: 1. Potensinya kapasitas, kualitas untuk diekspor ke luar daerah, 2. Luas efek ganda multifliers dan nilai tambah dari kegiatan ekonomi tersebut, 3. Jumlah pelaku UKM yang dapat dilibatkan dalam kluster, 4. Daya saing daerah terhadap daerah lain. Untuk kegiatan ekonomi tersebut, 5. Sektor tersebut relatif telah terorganisasi. 4. Kemitraan stakeholder. Forum kemitraan dibentuk stakeholder Potensial yang terkait dengan kluster yang dipilih, dengan keanggotaan yang diambil dari, antara lain: 1. Produsen primer petani, nelayan, UKM, 2. Pengolah sekunder sortir, pengepakan, pengolahan 3. Pedagang, pengumpul dan grosir, 4. Dinas teknis dan lembaga lain yang terkait dengan kluster di pemda pertanian, industri dan perdagangan, koperasi, dst. 5. BUMD kalau ada, 6. Lembaga keuangan bank atau non-bank yang ada, 7. Pusat pelatihan dan penelitian, 8. KADIN, LSM, 9. Pembeli besar dari luar daerah. 5. Pemberdayaan Forum. Dalam pemberdayan forum kemitraan, diarahkan agar: 1. Kelompok yang relatif kecil, lebih fokus kepada berbagi kepentingan bersama, 2. Memberdayakan forum kemitraan untuk saling berbagi sharing dalam merumuskan masalah, solusi, rencana tindakan. 3. Delegasikan kewenangan kepada mereka untuk mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan usaha dan kerjasama dengan pihak terkait, 4. Pertimbangkan dalam mengalokasikan dana agar fokus pada tujuan spesifik, langsung kepada kelompok sasaran. Mengembangkan ekonomi lokal berarti bekerja secara langsung membangun economic competitiveness daya saing ekonomi suatu daerah untuk meningkatkan ekonominya. Prioritas ekonomi lokal pada peningkatan daya saing ini adalah krusial, mengingat keberhasilan kelangsungan hidup komunitas ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan meningkatnya kompetisi pasar. Setiap komunitas mempunyai potensi lokal yang unik yang dapat membantu atau menghambat pengembangan ekonominya. Atribut-atribut lokal ini akan membentuk benih tumbuhnya strategi pembangunan ekonomi lokal memperbaiki daya saing lokal. Untuk membangun daya saing tiap komunitas perlu memahami dan bertindak atas dasar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk membuat lokasi kota nya menarik bagi kegiatan bisnis, kehadiran pekerja dan lembaga yang menunjang. Pengembangan business cluster merupakan mesin dari ekonomi lokal. Suatu kluster mempunyai tiga dimensi yang menyangkut: produsen pengekspor, pemasok dan perantara, dan institusi dasar yang memberikan input, seperti ide, inovasi, modal dan prasarana. Kluster industri dimaksudkan sebagai lokomotif untuk mendorong perkembangan sistem industri di daerahnya melalui fokus pada dukungan terhadap jenis-jenis industri setempat yang potensial sebagai basis ekspor ke luar daerah. Hubungan keterkaitan antar industri, dan meningkatnya pendapatan daerah, dapat merangsang kebutuhan atau permintaan akan jasa dan produk lokal yang lebih luas lagi multiflier effects. Pengembangan kluster berfokus pada fasilitas atau penguatan keterkaitan dan saling ketergantungan antar unit usaha hubungan pemasok dan pembeli dalam suatu network produksi dan penjualan produk dan jasa. Dengan mendorong industri yang prospek pasarnya tinggi, mampu berkompetisi diharapkan akan meningkatkan perolehan devisa surplus dan menciptakan kebutuhan akan produk industri setempat atau sekitarnya. Demikian pula peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan akan produk dan jasa dari kegiatan ekonomi setempat pula domestic demand. Rantai ini jika berhasil diperluas akan mengembangkan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat.

5.3 Pemberdayaan Penganggur Terbuka guna Mengantisipasi