gedung untuk ruang makan dan olah raga, ruang praktek las, mesin pompong, dan ruang praktek mesin bubut. Hingga saat ini status Balai Latihan Kerja Kabupaten
Natuna masih belum tetap atau masih dibawah Dinas Tenagakerja Kabupaten Natuna. Pada tahun 2009 Dinsosnaker pernah mengadakan pelatihan bordir
menjahit, pelatihan bubut dengan bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja Provinsi Kepulauan Riau, karena Balai Latihan Kerja Kabupaten Natuna belum
memiliki intstruktur staf pengajar.
6.1.3 Identifikasi Peluang Opportunities
1 Pangsa Pasar Asia
Beberapa forum internasional yang menjadi keterlibatan aktif Indonesia dalam sektor ketenagakerjaan, diantaranya, International Labor Organization
ILO, ASEAN Labor Ministers Meeting ALMM, Asia Europe Meeting ASEM, Colombo Process, Abu Dabhi Dialogue, serta kerjasama bilateral seperti
dengan Brunei Darussalam, Kuwait, Syria, dan Yordania untuk memperbaiki MoU untuk mengantisipasi traffiking in person karena memberlakukan visa on
arrival di negara tersebut.
Indonesia dapat digolongkan sebagai negara yang progresif dalam mengadopsi standar-standar ketenagakerjaan yang dikeluarkan lembaga ILO yang
didirikan tahun 1919 dan Indonesia sendiri menjadi anggota ILO. Keanggotaan Indonesia di Forum ILO ini penting bagi pembangunan ketenagakerjaan nasional,
melalui pergaulan internasional terdapat proses saling belajar, peluang kerjasama multirateral maupun bilateral, dukungan dalam forum-forum ketenagakerjaan
internasional lainnya terhadap suatu isu tertentu yang menjadi kepentingan nasional.
2 Pembangunan Base Camp Blok D-Alpha
Kementerian Energi Sumberdaya Mineral ESDM dipastikan belum menetapkan daerah tempat pengolahan gas hasil dari Blok D-Alpha Natuna. Selain
itu, hingga kini pemerintah juga belum menetapkan perusahaan yang melakukan eksplorasi gas alam cair atau Liquid Natural Gas LNG di Blok tersebut. Namun
Pemerintah Kabupaten Natuna yakin bahwa tempat pembangunan base camp
Blok D-Alpha Natuna akan berada di wilayahnya. Untuk meyakinkan BP Migas terkait itu sudah dipersiapkan lahan di wilayah Bunguran untuk dijadikan base
camp .
Dampak mega proyek ini akan memerlukan tenagakerja mencapai ribuan orang baik yang memiliki skill atau keterampilan maupun tenagakerja kasar atau
buruh. Hal ini akan memberikan peluang kepada tenagakerja daerah untuk berkiprah terhadap pembangunan base camp tersebut. Industrialisasi ini akan
menimbulkan trikcle down effect pada sektor lainnya. Seperti pertanian khususnya sub sektor perikanan di Kabupaten Natuna, juga sektor pariwisata daerah ikut
akan menikmati hasil dari banyaknya tenagakerja asing yang akan menikmati keindahan alam di Kabupaten Natuna.
3 Kebijakan Otonomi Daerah
Undang undang No. 33 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan kebijakan nasional yang memberi peluang kepada daerah untuk semakin berdaya
dan mandiri dalam pengelolaan daerah. Dengan kebijakan otonomi daerah, pemerintah daerah diberi peluang untuk lebih berkreatif mengembangkan
daerahnya. Bagi Kabupaten Natuna yang termasuk kategori daerah tertinggal disebabkan daerah perbatasan, kebijakan otonomi daerah memberikan peluang
yang harus dicermati dan disikapi untuk menata diri guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain.
Kebijakan otonomi daerah merupakan momentum bagi Kabupaten Natuna untuk memulai proses implementasi kebijakan pengembangan kesempatan kerja.
Kebijakan otonomi daerah menimbulkan implikasi bagi Kabupaten Natuna untuk mengembangkan kemampuan mobilisasi serta mengelola sektor ketenagakerjaan
yang memiliki keunggulan daya saing komparatif dan kompetitif, baik untuk pasaran lokal, regional, nasional bahkan internasional.
4 Perkembangan Pendidikan Tinggi Nasional
Pendidikan tinggi adalah lembaga yang berfungsi sebagai “agent of development
” dalam rangka pembangunan nasional secara keseluruhan. Perguruan tinggi diharapkan berperan, mempersiapkan sumberdaya manusia yang
berkualitas. Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang sangat mendasar termasuk dalam konsep pembangunan perekonomian. Semula
ekonomi dunia lebih mengandalkan kekuatan SDA natural resources based tetapi sekarang bergeser dan beralih pada kekuatan SDM yang dikenal
knowlegde based economy . Perguruan tinggi merupakan instansi yang berkaitan
langsung dan paling bertanggungjawab atas penyiapan SDM yang demikian. Tanpa mengabaikan ilmu-ilmu sosial yang juga penting bagi kehidupan
bangsa dan pembangunan, perguruan tinggi harus banyak menghasilkan lulusan- lulusan dibidang sain dan teknologi dalam menunjang proses industrialisasi
bangsa kita dan masyarakat didaerah pada khususnya. Perguruan tinggi harus mencetak SDM yang dapat menjadi wirausahawan yang akan menjadi pelopor
dan menggerakkan pembangunan daerah. Instansi pemerintah sudah tidak boleh lagi jadi tujuan lapangan pekerjaan dari para lulusan perguruan tinggi. Tugas
perguruan tinggi justeru adalah menghasilkan SDM mandiri. Perguruan tinggi sebagai institusi sosial yang modern harus menjalankan
peran dan fungsi sebagai agen transformasi budaya. Peran strategis ini dilakukan melalui penyebaran gagasan-gagasan baru kepada masyarakat dan menjadi
jembatan antara pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya oleh masyarakat. Sosialisasi nilai-nilai budaya modern ini
diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis pada industri. Perguruan tinggi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta
berperan secara aktif dalam memecahkan masalah-masalah praktis yang dihadapi dalam pembangunan. Mengidentifikasi masalah secara cermat, melakukan
analisis yang mendalam, dan mencari solusi atau merekomendasikan alternatif pemecahannya. Pakar ilmu ekonomi, sosial dan budaya tidak hanya berteori
melainkan mencari jalan pemecahan masalah. Perguruan tinggi aktif berkiprah ditengah masyarakat untuk membantu memberdayakan masyarakat pendampingan
kelompok-kelompok masyarakat dalam melepaskan diri dari belenggu kemiskinan dan membangun kesejahteraan merupakan tugas pokok perguruan tinggi yang
berorientasi kemasyarakatan.
5 Dukungan Kebijakan Agroindustri
Menurut Syam dan Ma’arif 2004 bahwa dampak dari pola pembangunan ekonomi Indonesia yang mengarah pada era liberalisasi perdagangan yang
ditandai dengan adanya perubahan term of trade. Menimbulkan kondisi industri Indonesia mengalami, 1. Mendapat perlindungan dari pemerintah melalui subsidi
dan tarif, 2. Industri yang padat modal dan tergolong industri berat yang selama ini memiliki tingkat keunggulan komparatif rendah akan dihadapkan pada
tantangan produk-produk impor. 3. Industri yang insentif sumberdaya lokal tampaknya berada dalam posisi yang aman dalam liberalisasi perdagangan. Oleh
karena itu agroindustri berbasis pada sumberdaya lokal akan memiliki prospek yang cerah sehingga dimungkinkan akan menjadi leading sector dengan beberapa
alasan, diantaranya: a
Kegiatan agroindustri umumnya bersifat resources based industry, kenyataan menunjukan bahwa pasar internasional hanya industri yang berbasiskan
sumberdaya lokal yang mempunyai keunggulan kompetitif dan mempunyai kontribusi terhadap ekspor terbesar, dengan demikian pengembangan
agroindustri di Indonesia menjamin perdagangan yang lebih kompetitif. b
Kegiatan agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang sangat besar, keterkaitan berspektrum luas bahwa keterkaitan agroindustri
tidak hanya dengan produk sebagai bahan baku, tapi juga dengan kosumsi, investasi dan fiskal.
c Teknologi agroindustri sangat fleksibel yang dapat dikembangkan dalam padat
modal ataupun padat tenagakerja, dari manajemen sederhana sampai canggih dari skala kecil hingga besar.
Berdasarkan alasan tersebut, maka strategi pembangunan agribisnis nasional harus menjadi pilihan utama dan tidak bisa ditawar lagi. Hal ini dikarenakan oleh
usaha peningkatan kesempatan kerja, peningkatan ekspor, pertumbuhan, pemerataan pengentasan kemiskinan dan ketahanan nasional dapat terjamin. Jadi
agroindustri harus dipandang sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi nasional.
6 Pengembangan Ekonomi Lokal
Pengembangan ekonomi lokal merupakan proses penjalinan kepentingan antara sektor pemerintah, swasta, produsen dan masyarakat dengan
mengoptimalkan sumberdaya lokal manusia, alam dan sosial, di dalam sebuah komunitas dengan tujuan menciptakan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan
kerja. Perhatian khusus diberikana pada dampak pertumbuhan ekonomi rumah tangga miskin dan usaha kecil Boulle et al, 2002. Sedangkan Dendi et al 2004
bahwa penekanan pembangunan ekonomi lokal terletak pada kewenangan lokal dalam menggunakan sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan kelembagaan.
Kemitraan pengembangan ekonomi lokal mengintegrasikan upaya mobilisasi para pelaku, organisasi dan sumberdaya, serta pengembangan kelembagaan baru
melalui dialog dan kegiatan-kegiatan strategik. Pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah pendekatan yang
menghubungkan daerah perdesaan atau daerah terbelakang dengan sistem ekonomi pasar guna memacu kegiatan ekonomi daerah tersebut. Pengembangan
dan integrasi tersebut dicapai dengan berfokus pada klaster yang memberikan kesempatan bagi kaum miskin untuk menaikan peranan penting dalam kegiatan
ekonomi. Implementasi pengembangan ekonomi lokal akan meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan kesempatan, serta memunculkan strategi untuk
menjaga agar sebahagian besar kesempatan memperoleh pendapatan bertahan di daerah bersangkutan. Daerah akan memberikan manfaat berupa peningkatan
kegiatan ekonomi sebagai akibat dari peningkatan pendapatan rumah tangga, disamping memproleh pendapatan langsung Boulle et al, 2002.
6.1.4 Identifikasi Ancaman Threats