Peningkatan Kesempatan Kerja Melalui Penanaman Modal Tinjauan Kajian Terdahulu

Jumlah total kunjungan wisata tersebut, proporsi dari kegiatan pariwisata bahari diharapkan menjadi sekitar 25 persen atau 40 juta orang Kusumastanto, 2007.

2.8 Peningkatan Kesempatan Kerja Melalui Penanaman Modal

Investasi Penanaman Modal adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat Sukirno, 1994. Investasi merupakan tambahan stok barang modal tahan lama yang akan memperbesar peluang produksi dimasa mendatang. Salah satu peranan yang sangat penting untuk menjalankan suatu perekonomian adalah investasi, karena merupakan salah satu faktor penentu dari keseluruhan tingkat output dan kesempatan kerja dalam jangka pendek. Apabila penemuan-penemuan baru atau pembebanan pajak yang ringan atau pasar-pasar yang semakin berkembang memberikan insentif bagi investasi-investasi yang ada, yang membuat permintaan agregat meningkat sementara output dan kesempatan kerja tumbuh dengan cepat. Penggunaan tenagakerja penuh dapat dicapai dengan cara menaikkan jumlah investasi oleh para pengusaha. Bila investasi tidak tidak mencapai tingkat tersebut pengangguran akan berlaku Sukirno, 1994.

2.9 Tinjauan Kajian Terdahulu

Penyusunan Rencana Tenagakerja Kabupaten Sragen tahun 2011-2014 dilakukan atas kerjasama Kementrian Tenagakerja dan Transmigrasi RI dengan Pemerintah Kabupaten Sragen tahun 2010. Adapun maksud dan tujuan adalah untuk memotret situasi dan kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Sragen saat ini existing, memperkirakan persediaan, kebutuhan dan jumlah angkatan kerja yang tidak terserap oleh perekonomian di Kabupaten Sragen selama lima tahun mendatang 2011-2014 menurut karakteristiknya. Metode yang dilakukan dengan menggunakan formula regresi linier dan elastisitas. Hasil dari penelitian ini bahwa penduduk usia kerja Kabupaten Sragen di masa mendatang masih didominasi oleh usia 15-34 tahun, yakni proporsinya mencapai lebih dari 40 persen. Perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja menurut tingkat pendidikan Kabupaten Sragen dimasa mendatang untuk tingkat SD ke bawah tahun 2007-2009 diperkirakan akan terus menurun. Sedangkan TPAK untuk tingkat pendidikan pergurun tinggi dimasa mendatang diperkirakan juga akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Perkiraan kebutuhan tenagakerja Kabupaten Sragen pada kesempatan kerja menurut lapangan usaha, hal ini selaras dengan karakteristik dan potensi daerah yang berbasis pertanian. Pada tahun 2011 diperkirakan akan mencapai 206.677 orang 43,23 persen, meningkat menjadi 215.420 orang 44,12 persen pada tahun 2012. Sedangkan perkiraan kesempatan kerja menurut status pekerjaan utama pada tahun 2011- 2014 masih akan didominasi oleh sektor informal. Proporsi sektor informal ini sangat signifikan, yakni mencapai lebih dari 70 persen. Meskipun proporsinya diperkirakan terus menurun, yakni dari 78,04 persen pada tahun 2011 menjadi 76,91 persen pada tahun 2014, namun kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Sragen belum cukup mampu menyediakan banyak kesempatan kerja sektor formal yang notabene memiliki tingkat kesejahteraan lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan di sektor informal. Penelitian yang dilakukan oleh Putu Ayu Pramitha Purwanti pada tahun 2009 dengan judul Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Kabupaten Bangli Dengan Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor. Tujuan penelitian menganalisis kesempatan kerja nyata di Kabupaten Bangli yang dipengaruhi laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Bali, bauran industri dan keunggulan kompetitif yang dimiliki. Menganalisis sektor-sektor basis yaitu sektor yang memiliki kesempatan kerja lebih dari cukup dan menganalisis besarnya pertambahan lapangan kerja total sebagai akibat dari adanya pertambahan lapangan kerja di sektor basis. Metode analisis yang digunakan adalah Shift-share , LQ dan Angka Pengganda Basis. Hasil penelitian ini menggambarkan laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Bali sebesar 19 persen telah menciptakan kesempatan kerja di Kabupaten Bangli bagi 21.036 orang. Sektor-sektor yang merupakan sektor basis dengan nilai koefisien LQ 1 pada tahun 1998 adalah sektor pertanian LQ = 1,59 dan sektor industri pengolahan LQ = 1,61. Kedua sektor tersebut adalah sektor yang mampu menyerap tenagakerja yang lebih dari cukup sehingga dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan lokal dan juga untuk daerah lain. Pada akhir periode penelitian 2007, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan tetap menjadi basis dengan tambahan satu sektor lagi yaitu sektor pertambangan dan penggalian. Angka pengganda kesempatan kerja pada tahun 1998 sebesar 1,37 dan pada tahun 1,35. Angka 1,37 ditafsirkan bahwa bila kesempatan kerja sektor basis meningkat 100 persen, akan mengakibatkan pertambahan kesempatan kerja total 137 persen yaitu 100 persen di sektor basis dan 37 persen di sektor non basis. Nilai pengganda basis kesempatan kerja di Kabupaten Bangli tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 1,35. Ini berarti peningkatan kesempatan kerja sektor basis sebesar 100 persen akan meningkatkan kesempatan kerja total sebesar 135 persen, disektor non basis. Penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih pada tahun 2001 dengan judul Kebijakan Publik dibidang Perencanaan Ketenagakerjaan Dalam Memperluas Kesempatan Kerja di Provinsi Bali. Tujuan penelitian adalah melihat sejauhmana kesempatan kerja yang bisa diciptakan oleh sektor pariwisata, pertanian dan industri. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan elastisitas kesempatan kerja, laju pertumbuhan produktivitas dengan asumsi cateris paribus setelah diperoleh hasil penelitian selanjutnya secara sektoral dan regional dibanding dengan Program Pembangunan Daerah Propeda Provinsi Bali 2001- 2004. Hasil penelitian menyatakan bahwa elastisitas kesempatan kerja dalam jangka panjang untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 0,33 dengan hasil propeda menyatakan 0,16. Hal ini perlu dikoreksi oleh Pemerintah Daerah Pemda setempat karena sektor ini masih dapat menampung tambahan tenagakerja yang ada dengan laju produktivitas pekerja sektor yang relatif cukup tinggi yaitu sebesar 5,88. Untuk sektor pertanian diperoleh hasil elastistas yaitu sebesar – 2,88 dalam arti dengan penambahan PDRB sektor pertanian sebesar satu persen akan menurukan perluasan kesempatan kerja sektor pertanian sebesar 4,5 persen. Tetapi pemda setempat menggunakan elastisitas yang jauh berbeda, yaitu sebesar 0,22, sehingga sektor ini sudah tidak dapat lagi diandalkan dalam penyerapan tenagakerja pada masa-masa yang akan datang. Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa karakteristik ketenagakerjaan di Provinsi Bali unik, dimana kualitas pekerjanya unik, dimana kualitas pekerjanya tidak harus dilihat melalui tingkat pendidikan yang ditamatkan saja karena keahlian dan keterampilan yang mereka miliki bidang kebudayaan memiliki nilai jual dan nilai seni yang tinggi.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Kajian

Kabupaten Natuna merupakan salah satu daerah tertinggal dari tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Riau. Daerah tertinggal adalah daerah yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Daerah tertinggal ditetapkan dengan menggunakan enam kriteria yaitu perekonomian masyarakat, sarana prasarana infrastruktur, kemampuan keuangan lokal, aksesbilitas, karakteristik daerah dan sumberdaya manusia. Menurut Arfida 2003 ekonomi sumberdaya manusia membicarakan: 1 faktor-faktor mempengaruhi penyediaan lapangan tenagakerja, 2 faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan tenagakerja, dan 3 pasar kerja dimana terjadi proses mempertemukan lowongan kerja dan pencari kerja. Selain itu ekonomi sumberdaya manusia atau ekonomi tenagakerja juga membahas masalah- masalah yang timbul dalam aspek 1, 2, dan 3 di atas, dan alternatif kebijakan yang perlu diambil untuk masalah-masalah tersebut. Pengembangan kesempatan kerja, diperlukan langkah untuk mengidentifikasi karakteristik tenagakerja Kabupaten Natuna. Karakteristik yang menyatakan persediaan dan kebutuhan tenagakerja, dengan pendekatan Peraturan Menteri Tenagakerja RI Nomor PER.24.MENXII2008 tentang Metode Perhitungan Persediaan dan kebutuhan tenagakerja. Data ketenagakerjaan diperoleh dari profil ketenagakerjaan Kabupaten Natuna Tahun 2009. Proyeksi penduduk usia kerja menurut golongan umur dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Golongan umur dibagi menjadi 3 bagian, 1. Golongan umur 15-19 tahun, 2. Golongan umur 20-54 dan, 3. Golongan umur 55 tahun ke atas. Metode analisis yang digunakan untuk mengolah data ketersediaan dan kebutuhan tenagakerja adalah regresi linier sederhana. Kabupaten Natuna masih menghadapi permasalahan terhadap pengelolaan sumberdaya manusia, terutama bidang ketenagakerjaan, tingginya angka pengangguran, rendahnya kualitas tenagakerja menyebabkan daerah Kabupaten Natuna menjadi tertinggal. Daerah-daerah yang terbelakang atau tertinggal mempunyai ketergantungan yang kuat dengan daerah